"selamat belajar." Itu kalimat terakhir yang aku dengar saat aku ingin menutup pintu kelasku.
Aku berjalan ke tempat dudukku dengan tergesa-gesa. Demi tuhan jantungku berdebar kencang. Pada saat itu kondisi kelas masih sepi. Seperti yang aku katakan, aku berangkat lebih pagi hari ini.
Aku mendaratkan bokongku pada tempat dudukku di sebelah Angel. Namun hari ini dia berbeda. Dia hanya terlihat diam dan sibuk memainkan ponsel-nya. Sesekali ia melirik ke arah ku sinis.
"pagi, gel?'" sapa-ku mencoba mencairkan suasana.
"hm" jawabnya singkat, masih dengan lirik sinis-nya.
Menurutku, mungkin saja ia sedang berada di mood yang tidak baik. Mungkin dia didatangi oleh tamu bulanannya. Aku memilih diam seribu bahasa dari pada memperkeruh suasana.
10 menit kemudian bel tanda jam pelajaran dimulai pun berbunyi. Segera aku buka buku trigonometri yang tebalnya menyerupai kamus 1000000 milyar itu.
***LE(YOU)KIMIA***
Bel istirahat berbunyi sekitar 2 menit yang lalu. Namun aku memilih untuk tetap duduk diam di kelas. Padahal aku sangat yakin cacing-cacing di dalam perutku sedang ber-orasi meminta asupan. Hal itu terdengar dari suara perut lapar-ku. Tetapi apa daya. Sahabatku sendiri terduduk diam dengan muka masamnya dan sibuk dengan ponselnya. Tidak ada diantara kami yang berani untuk membuka obrolan. Aku bosan dan lapar.
Sampai aku menyadari kenop pintu kelasku bergerak, tanda ada yang ingin masuk. Pintu setiap kelas disekolahku memang selalu tertutup. Mengingat bahwa setiap kelas dilengkapi dengan pendingin udara.
Aku masih mengamati siapa yang masuk. Ternyata dia Andrew, ketua kelasku. tatapanku bertemu dengan tatapannya. Ia tersenyum manis, aku tersenyum membalas senyumannya. Ia tampan, jujur saja.
Seperti pernyataanku barusan, aku bosan dan lapar. Aku membuka tasku dan mengambil sebuah benda berbentuk persegi panjang.
Selisih 2 detik kemudian kenop pintu kembali bergerak. Namun aku tidak terfokus pada kenop pintu itu. Aku memilih membaca komik yang tadi aku ambil dari dalam tas-ku. Saat aku sudah merasa masuk dalam imajinasiku, suara bariton seseorang membuat konsentrasiku buyar.
"kamu gak makan?" aku nyatakan dia gila dengan gaya bahasa aku-kamu dan suaranya yang tiba-tiba menjadi lembut.
"kamu ngapain kesini?!" ucapku pelan namun dapat ia dengar. Dia mengerutkan dahinya.
"pastiin kamu makan." balasnya lembut dengan ekspresi yang makin datar.
"aku lagi gak pengen." Aku memutar bola mataku dan mengalihkan pandanganku kembali ke komik yang tadi sedang aku baca.
Dari sudut mataku aku melihat punggung Varo menjauh, aku menghembuskan nafasku lega. Karena entah kenapa, setiap dia berada di dekat-ku, aku merasa aku tiba-tiba mengidap penyakit jantung koroner.
Saat aku mendengar suara pintu yang tertutup, aku mengangkat kepalaku. menoleh kearah Angel, namun dia menghilang. Kemana dia pergi? Bagaimana bisa aku tidak mengetahuinya? Apa dia keluar melalui jendela? Hei, lou jernih-kan pikiranmu!
5 menit berlalu. Aku yang terlanjur ada di dalam posisi nyaman memilih tidak mencari Angel. Mungkin ia sedang ke toilet. Sampai akhirnya aku mendengar suara pintu yang terbuka. Itu Angel.
"lo dari mana?" tanyaku padanya yang memamerkan mata bengkak-nya.
"toilet" jawabnya sambil menundukkan kepalanya. Aku bingung.
"lo habis nangis? Lo gak papa kan?" tanyaku lagi yang dijawab dengan gelengan kepalanya.
Aku kembali fokus pada komikku, sampai seseorang menepuk puncak kepalaku pelan. Aku mengangkat wajahku melihat siapa dia dan terkejut saat mengetahui siapa dia yang menepuk puncak kepalaku.
"kamu ngapain lagi?" tanyaku refleks.
"kamu makan." Jawabnya singkat sembari menyodorkan rice bowl Ayam Lada Hitam khas kantin sekolah kami.
hai readers!
tinggalkan jejak dengan vote dan comment!
I LOVE YOU 3000 :)
KAMU SEDANG MEMBACA
LE(YOU)KIMIA
Dla nastolatków"aku bahkan takut untuk memejamkan mataku." Varo menghembuskan nafasnya berat. Louisa mengerutkan dahinya, menatap mata indah Varo. "Apa yang kamu takutkan?" Varo menatap gadis didepannya itu. "aku takut gak bisa buka mata aku lagi, Lou. Karena aku...