0.0

1.5K 70 2
                                    

Baju putih dan bawahan abu-abu. Itulah gambaran yang dapat aku berikan jika melihat lapangan sekolah ini. Lapangan ini dipenuhi oleh ratusan murid yang baru saja menginjakkan kaki di jenjang Sekolah Menengah Atas atau SMA. Diantara keramaian akan ratusan peserta, disinilah aku. Berdiri diantara peserta-peserta lain dengan serangam putih abu-abu.

"oke adik-adik, sekarang kita akan memainkan sebuah game." Suara suara itu menggema sampai keseluruh pojok sekolah. Keadaan yang tadinya riuh kembali menjadi hening saat suara itu menginstruksi.

"dalam game ini kalian diharuskan mencari pasangan dengan mata tertutup." perintah salah satu senior laki-laki di seberang sana.

"waktu kalian sepuluh detik dari sekarang!" sekarang senior perempuan yang berseru. Tanda jika waktu bagi semua peserta untuk mencari pasangan telah dimulai.

Aku pun mulai mencari pasangan. Ternyata tangan yang menjulur kedepan dengan mata yang ditutup bukanlah pilihan yang tepat untuk menemukan seseorang. Sesekali tubuh kecilku tertabrak atau tersenggol peserta lain yang bahkan aku tidak tahu siapa.

Semuga gue dapet pasangan yang asik. Amin.

Sampai akhirnya aku menggapai tangan seseorang. Tangan itu besar, tapi aku yakin itu bukan tangan seseorang yang gemuk. Seseorang itu juga menggapai tanganku.

"tiga" senior laki-laki itu mulai menghitung mundur.

"dua"

"satu"

"oke adik-adik, kalian sudah boleh membuka mata kalian." Aku sangat penasaran. Rasa penasaranku hanyalah tentang siapa pasangan yang aku dapatkan. Dan pada saat aku membuka kedua mataku, rasa penasaranku pun akhirnya terbayar.

Ya ampun, dia ganteng.

Ternyata takdir di siang itu adalah kali pertama aku melihat dirinya dari dekat. Tahu namanya, berdialog dengannya, menyaksikan senyum manisnya, menatap mata indahnya, mengaguminya, mencium aroma tubunya, dan menyentuh dirinya. Dia dan aku berjabat tangan, tanda perkenalan.

"hai, gue Louisa." Ucapku semangat pada seseorang yang susah payah aku dapatkan dengan mata tertutup ini.

Namun, yang disapa masih saja diam dengan ekspresi datarnya.

"halo?" aku melambaikan tanganku tepat di depan wajahnya dan alhasil mendapat lirikan malas darinya.

"Varo" ucapnya singkat dengan senyuman tipis seraya menyodorkan tangan sebagai tanda perkenalan. Aku pun balas menjabat tangannya.

Suara berat miliknya saat itu bahkan masih bisa aku ingat di kepalaku. Walaupun hanya satu kata singkat di tengah suasana yang ramai akan ratusan peserta Pengenalan Lingkungan Sekolah atau PLS.

Andai kalian tahu, suara itu adalah suara favoritku setelah suara mamaku.

Bertukar nama dan bertukar senyum. Sungguh aku mengutuk diriku sendiri kala aku merasa ketergantungan melihat senyum rupawan miliknya. Bahkan, aroma tubuhnya membuatku merasa tenang dan merasa ada di rumah. Rambutnya yang lembut bergelombang membuat tangan-tangan kecil ku ingin menyentuhnya gemas. Pipinya yang mulus, mengundang bisikan-bisikan di telinga untuk mencubitnya. Bibirnya yang kemerahan, dengan bentuk yang indah menciptakan senyuman yang mampu membuat diriku lupa daratan. Hidungnya yang lancip menambah kesan karismatis yang ada di dirinya. Kulit putih bersihnya membuat siapa saja menganggapnya orang yang sangat merawat diri. Dua buah alis tebal dan mata abu-abu indah miliknya membuat para wanita tergila-gila dengan tatapan yang ia berikan. Badannya yang tinggi tegap, juga postur dada bidang yang membuat dirinya pantas dijuluki sebagai sang 'peluk-able'. Serta betapa dinginnya dirinya yang terlihat dari bagaimana dia bersikap dan berbicara. Singkat. Entah mengapa bagiku hal itu menambah nilai plus pada dirinya.

Begitulah aku mendeskripsikan dirinya saat itu.

Aku Louisa Adinda. Pada siang ini menyatakan resmi berkenalan dengan seorang cogan bernama Alvaro Danendra. Dalam suasana hati yang gembira dan tempo memori selama-lamanya.

Batinku bahkan ikut berceloteh. Aku masih bisa mengingat betapa konyolnya itu. Dimana hebohnya aku bertemu dirinya untuk pertama kali. Terkutuklah kau Louisa!

"lo kenapa?" tanya Varo datar, tanpa intonasi. Sontak itu membuatku tersadar dari lamunanku.

"gue gak papa kok!" aku merasa pipiku memanas. Untung saja ia langsung mengalihkan pandangannya. Padahal aku yakin bahwa pipiku sudah berwarna merah saat itu.

Lucunya, saat itu aku hanya menganggap dirinya sebagai seseorang yang baru ku kenal, tanpa mengira seberapa berharganya ia dihidupku pada masa yang akan datang.

***LE(YOU)KIMIA***

Setelah bermain games dengan pasangan yang kita dapatkan dengan mata tertutup, kami diberi waktu 30 menit untuk mencari nama kami yang telah di tempelkan di masing-masing pintu kelas. Aku mulai mencari namaku dan well, namaku terpampang di kelas IPA X-1. Aku memasuki kelas dan menduduki bangku yang kosong. Disebelahku ada seorang perempuan berwajah manis. Kami pun berkenalan.

Ia terlihat sangat manis. Bahkan matanya yang sipit masih terlihat indah. Kulitnya putih, matanya kecoklatan, suaranya lembut. Dari awal aku bertemu dengannya, dia terlihat memiliki kepribadian yang hangat. Sehingga mudah bagi siapapun untuk bergaul dengan dirinya. Dia adalah teman sebangku-ku sekarang.Ia Angela Abigail. Disapa Angel. Kami berdua mengobrol singkat sebelum seorang guru laki-laki yang notabene-nya sebagai wali kelas kami memasuki kelas.

Singkat cerita, bel tanda istirahat pun dibunyikan. Seluruh siswa dan siswi sekolah ini berhamburan menuju suatu tempat. Tempat itu adalah tempat dimana para siswa mengisi tangki makanan mereka yang sudah kosong terkuras pelajaran. Tempat itu sejenis surga yang biasa disebut Kantin.

Disana aku melihat banyak manusia-manusia lapar yang sedang mengantre, makan, bercerita dan bahkan berpacaran. Di waktu yang sama saat aku mengamati para manusia di kantin ini, Angel berbisik padaku.

"eh coba deh lo liat arah jam 3" Instruksi-nya tepat di telingaku. Aku menggulirkan dua bola mataku menuju arah yang ia katakan.

"udah, emangnya kenapa?" Mataku berhenti tepat di satu titik.

"gue ngerasa, diantara ratusan yang diterima disini, dia yang paling ganteng." Matanya menatap kagum. Tidak aku pungkiri laki-laki itu tidak hanya mencuri perhatian Angel, melainkan hampir seluruh gadis disana.

"oh, dia Varo." Ucap-ku santai. Angel melotot.

"lo kenal dia?!" Balasnya kaget.


***LE(YOU)KIMIA***

LE(YOU)KIMIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang