"reminder minum obat?" aku menatap Varo kebingungan, dia merampas ponselnya.
Aku terkejut. Ia merampas benda itu dari tanganku dengan cara yang sangat kasar. Sekarang aku bertanya- tanya, Bagaimana mungkin seorang Alvaro Danendra yang tadinya bersifat selembut dewa kebahagiaan mendadak berubah menjadi dewa perang yang kasar dalam 2 detik?
Keheningan kembali terjadi. Varo sibuk dengan ponselnya, sementara aku masih diam membeku sembari menatap ke arah kota di bawah sana. Tangannya tidak lagi menggenggam tanganku. Entah mengapa aku merasa ada yang hilang saat tangan besarnya tidak lagi menyalurkan kehangatan pada tangan kecilku. Jujur saja, sekarang aku merasa bingung. Bingung yang di sebabkan rasa penasaran. Rasa penasaran tentang apa sebenarnya hubugan Varo dengan obat-obatan.
"kamu minum obat apa var? kalo boleh tau aja sih" tanyaku hati-hati, ia menatapku tajam.
Dia nampaknya tidak ingin menjawab apapun, aku kembali diam sambil berpura-pura menikmati pemandangan kota, padahal aku sedang berkelut dengan kekhawatiran di dalam pikiranku. Kekhawatiranku terbagi menjadi dua. Yang pertama, aku khawatir Varo marah padaku hanya karena pertanyaan konyolku. Kekhawatiran yang kedua adalah aku khawatir kalau dia memang diharuskan minum obat.
Dasar payah! Kenapa aku selalu ngancurin suasana sih?!
Tapi kalau memang doa minum obat, apakah dia sedang sakit?
"Cuma vitamin." Tiba-tiba Varo membuka suara.
Aku menghembuskan nafasku lega. Pelajaran pertama untuk diriku, bahwa Varo tidak suka disinggung dengan obat.
Tak terasa kami sudah berada di wahana ini selama 15 menit. Bilik yang kami naiki sudah kembali berada di titik awal sebelum roda raksasa ini berputar. Kami turun dari bilik itu pada pukul 9 malam. Itu tanda kalau kami berdua harus sampai dirumah secepatnya.
Kami berjalan menuju kearah parkiran. Selama di perjalanan menuju parkiran, aku hanya menunduk. Aku masih merasa tidak enak tentang pertanyaanku. Bagaimana mungkin aku bisa merasa biasa saja saat pertanyaanku itu merubah moodnya seratus delapan puluh derajat.
Tiba-tiba aku merasa ada sesuatu di tangan kananku yang berusaha untuk berada di setiap sela jari-jariku. Itu tangan besar Varo, ia kembali menggenggam tanganku erat. Aku merasa lebih tenang, ia ternyata tidak semarah yang aku duga. Aku mengangkat kepalaku, tatapanku tertangkap oleh tatapan indahnya.
Ia tersenyum tulus. "maaf ya," ucapnya menyesal, aku menggeleng.
"aku yang harusnya minta maaf" balasku, ia kembali tersenyum.
Kami berhenti berjalan tepat di samping motor Varo, ia mengelus kepalaku. "maaf tadi aku agak kasar."
Aku tersenyum. "enggak papa" lalu memakai helm dan duduk di kursi penumpang.
Sepanjang perjalanan tidak ada yang membuka suara. Aku hanya mengeratkan tanganku di pinggang Varo, sembari menghirup aroma parfumnya yang menyeruak di indera penciumanku. Beberapa kali aku mencuri pandang ke arah spion yang membuat aku dapat melihat wajah tampan miliknya.
Angin malam yang berhembus menerpa wajahku dan aroma tubuh Varo yang khas membuat aku berjanji bahwa aku tidak akan melupakan malam ini untuk selamanya. Kencan pertama dalam hidupku yang sungguh indah.
Tak terasa kami berdua telah sampai di hadapan gerbang putih tinggi, gerbang rumahku. Aku turun dari motor Varo dan melepas helmku.
"makasih var, aku seneng banget malem ini."
"sama-sama, sudah sana kamu masuk. Udah malem." Dia tersenyum, senyum kesukaanku.
Pada saat aku mulai melangkahkan kakiku untuk masuk kedalam halaman rumahku, ia memanggilku. "Louisa!"
Aku pun menoleh "ya?"
"nothing, just sleep tight." Ucapnya yang sukses membuat aku salah tingkah. Aku hanya mengangguk lalu berjalan lurus menuju pintu rumahku tanpa ingin menoleh ke arahnya sekali lagi. Aku terlalu malu.
***LE(YOU)KIMIA***
Aku berbaring dikasur empuk milikku sambil memainkan ponselku. Jam menunjukkan pukul 1 dini hari. Aku sedari tadi hanya men-scroll time line Instagram milikku, dan alhasil sekarang aku merasa sangat bosan. Tiba-tiba ada sebuah notifikasi yang menarik perhatianku.
alvaroo started following you.
Aku menekan opsi follow back dan mencoba untuk nge-stalk akun pribadinya itu. Saat dibuka, ia memiliki 0 postingan. Aku menghembuskan nafasku kesal, namun perjuanganku tidak hanya sampai disini. Aku memutuskan untuk melihat foto yang menandai dirinya. Ternyata disana juga tidak ada sama sekali postingan. Aku melihat angka followers milik Varo yang menunjukkan angka 3.251.
Gak nge-post aja follsnya banyak.
Tidak lama kemudian muncul notifikasi direct message yang mencantumkan username varo disana.
alvaroo
gak tidur?
louisaad
suka-suka aku
besok kan libur
alvaroo
selamat tidur,
tuan putri.
Dih! Kenapa aku baper gini?!
Apakah aku harus membalas pesannya?
Mungkin tidak, aku harus terlihat cool.
Setelah membaca pesan singkat dari Varo, tanganku tergerak untuk membuka galeri ponselku. Aku kembali memandangi potret seorang Alvaro yang tadi aku ambil diam-diam. Dia tampan. Aku mencoba untuk men-zoom salah satu foto yang aku ambil dari samping.
Alisnya, Matanya, Hidungnya, Bibirnya, dan rahangnya terlihat sangat sempurna. Dia perfect.
Aku bahkan masih tidak percaya bahawa semalam aku telah mengencani seseorang yang sangat sempurna ini, seseorang yang membuatku terbang ke langit ketujuh, dan seseorang yang membuatku penasaran tentang hubungan dirinya dan obat.
Tunggu, obat?
Louisa yang bodoh! Bukankah dirinya pernah meninggalkan sebuah benda berisi obat-obatan?
Aku langsung menuju meja belajarku, mencari barang yang aku yakini milik Varo. Aku akhirnya mendapatkan benda itu. Benda berbentuk kubus yang berisi beberapa pil dan kapsul obat."yang pertama mimisan, kedua kotak obat, dan yang ketiga reminder untuk minum obat. Ada apa dengan dirimu Varo?" aku mulai mengkait-kaitkan kejadian-kejadian yang menurutku janggal.
Namun semakin aku memikirkannya, aku semakin tidak bisa berpikir dengan jernih. Pikiranku buntu tanpa ada jalan keluar sama sekali.
"mungkin ia hanya terserang penyakit kekebalan tubuh, calm down louisa." Aku mencoba untuk menenangkan pikiranku yang kurasa mulai menuju kearah yang tidak benar.

KAMU SEDANG MEMBACA
LE(YOU)KIMIA
Ficção Adolescente"aku bahkan takut untuk memejamkan mataku." Varo menghembuskan nafasnya berat. Louisa mengerutkan dahinya, menatap mata indah Varo. "Apa yang kamu takutkan?" Varo menatap gadis didepannya itu. "aku takut gak bisa buka mata aku lagi, Lou. Karena aku...