"aku gak suka kamu deket-deket sama dia." Ujar Varo lalu menarik pergelangan tanganku entah kemana.
Aku mencoba untuk menarik tanganku agar Varo melepasnya, namun hasilnya nihil. Terbesit dipikiranku untuk mencoba sekali lagi. Aku optimis mampu melepaskan tanganku dari cengkramannya itu hanya dengan menambah sedikit tenaga. Tetapi entah mengapa nyaliku menciut saat melihat raut wajahnya yang sangat berbeda.
Sekarang aku merasa dia bukan lagi Varo yang aku kenal. Rahangnya yang tegas berkedut, alisnya menekuk tajam dan wajahnya yang memerah membuat aku takut sekaligus penasaran. Aku penasaran akan hal apa yang membuat dirinya semarah ini.
Pergelangan tanganku masih didalam cengkramannya. Aku mencoba menyesuaikan langkahku yang kecil dengan langkah Varo yang cukup lebar. Tak terhitung jumlah pasang mata yang terarah ke arah kami. Namun pria yang sedang membawaku entah kemana ini hanya cuek bebek dengan tatapan aneh orang-orang disekitar kami.
"var, kita mau kemana?" tanyaku hati-hati, namun ia bahkan sama sekali tidak merespon pertanyaanku dan masih fokus dengan kemana ia pergi.
Langkah lebarnya itu membawa kami ke sebuah gazebo dibelakang sekolah. Di bagian belakang sekolah kami memang memiliki sebuah gazebo yang lengkap dengan kolam ikan di hadapannya. Tempat ini tergolong cukup sepi. Karena banyak dari siswa dan siswi sekolah ini yang memilih kantin atau tempat lainnya. Padahal gazebo ini cukup menenangkan bagi mereka yang ingin menghabiskan waktu sendiri.
Varo melepaskan cengkramannya dan membalikkan tubuhku agar menghadap ke arahnya. Ia menatapku tajam, tajamnya bagaikan sebuah belati. Aku menunduk, aku takut.
"Louisa, angkat kepalamu." Ia menginterupsi diriku dengan tegas. Aku yang ketakutan hanya menuruti perintahnya.
Kami saling bertatapan. Ia menarik nafasnya dan menghembuskannya kasar, seolah menahan emosinya. "tadi kenapa telat?"
Aku mengucap syukur dalam hati saat nada bicaranya melembut, "tadi kesiangan, var."
"kenapa kesiangan?" tatapannya dingin. Semarah ini kah dia hanya karena aku kesiangan?
"tidurnya kemaleman, maaf." Aku berpikir mungkin jika aku meminta maaf semua akan kembali normal.
Tatapannya yang dingin kembali menghangat, "aku yang minta maaf."
Aku menautkan alisku. "kenapa?"
"harusnya aku gak ngajak kamu jalan di weekday." Dia terlihat menyesal.
Lagi-lagi aku dibuatnya tersenyum. "bukan salah kamu kok, aku aja yang main hp sampai larut."
"beneran?" tanyanya yang masih terlihat ragu.
"iya Alvaro Danendra" aku meyakinkan Varo, dia mengangguk.
"yaudah kalo gitu, kita pergi aja yuk" aku mengajaknya untuk beranjak dari tempat sepi ini. Bagaimana jika ada yang melihat? Pasti mereka akan berpikir yang tidak tidak.
Aku berjalan mendahului dirinya, namun langkahku terhenti saat aku merasa tanganku tercekal. "jangan deket-deket sama Andi lagi" nada bicaranya kembali tegas. Aku hanya meng-iyakan perkataannya dengan anggukkan.
Pipiku kembali memerah. Dia cemburu?
Gak gak gak. Jangan jadi seseorang yang baperan Louisa.
Tapi ada apa sih sebenarnya dengan Varo dan Andi?
***LE(YOU)KIMIA***
Bel sekolah kembali berbunyi, tanda bahwa waktu pelajaran yang tadinya terjeda oleh istirahat kembali berjalan. Aku melangkahkan kakiku dengan menggendong tasku menuju kelas. Begitu juga dengan Andi. Namun aku memilih untuk berjalan terlebih dahulu dari pada harus berjalan berdampingan dengan dirinya. Yang aku takutkan hanya satu, aku takut Varo marah.
Aku menempatkan bokongku untuk duduk dikursi dimana seharusnya tempat dudukku berada seperti biasanya. Aku memperhatikan seisi kelas, sepertinya tidak ada yang berubah. Sampai aku menengok kesamping dan tidak menemukan Angel disana.
Mataku bergulir mencari keberadaan gadis itu. Aku menemukan Angel duduk disamping Rina, teman sekelasku. Aku kembali menoleh kesampingku dan tidak menemukan barang Angel sama sekali. Dia pindah tempat duduk?
Aku melihat Angel tertawa ceria dan tampak bahagia bersama Rina. Sementara ia bahkan tidak bertegur sapa dengan diriku. Ada apa dengannya? Mengapa ia berubah begitu cepat? Apa aku memiliki kesalahan? Lantas mengapa ia tidak bilang saja jika aku memiliki kesalahan? Dia bahkan menjauhiku tanpa memberikan alasan sedikitpun.
Ada apa dengannya?
"misi neng," aku memegangi dadaku karena kaget. Sedangkan orang menyebalkan ini kembali mengeluarkan cengiran kuda aneh miliknya itu.
"bisa gak sih lo gausah ngagetin gue?" ketusku pada orang aneh ini.
"ya habisnya gimana? Dari tadi lo mah ngelamun mulu, bingung gue" Andi mengeluarkan cengirannya, aku memutar bola mataku.
Aku mendapati dirinya yang masih berdiri dihadapanku sambil menggendong tas miliknya. "trus lo ngapain bawa-bawa tas segala kesini? Diusir dari rumah?"
"lo liat kan Angel dudukin tempat gue? Jadi mau gak mau harus mau, gue mesti pindah kesitu." Jelasnya sambil menunjuk ke arah kursi yang tadinya tempat duduk Angel dengan dagunya.
Aku menggerutu kesal. "dih! gak mau! najis gua duduk sama lo!" bertepatan dengan ucapan itu, seorang guru matematika memasuki kelas.
"kalo gue dimarahin cuma gara-gara gue masih berdiri, gue bakal ngaduin lo." Ancamannya itu berhasil membuat aku dengan terpaksa memberikannya akses untuk menduduki tempat duduk Angel.
"gitu dong dari tadi! Cantik-cantik ribet banget lo." Andi tersenyum kemenangan, sementara aku menatapnya tajam seolah aku ingin menelannya hidup-hidup kala itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
LE(YOU)KIMIA
Teen Fiction"aku bahkan takut untuk memejamkan mataku." Varo menghembuskan nafasnya berat. Louisa mengerutkan dahinya, menatap mata indah Varo. "Apa yang kamu takutkan?" Varo menatap gadis didepannya itu. "aku takut gak bisa buka mata aku lagi, Lou. Karena aku...