19. Perubahan Hubungan

14.1K 2.1K 513
                                    

"Aku tidak tahu jika kau masuk jurusan kimia." Yoona menunduk sedih saat putranya tidak memberikan respon, "Kau sudah besar. Walau begitu, wajahmu masih sama seperti saat masih kecil, maka dari itu aku langsung mengenalimu."

Jeno menatap ibunya tajam sedangkan Jaemin merasa bahwa ia seharusnya tidak berada di sana. Lelaki manis itu mengarahkan pandangannya ke arah pasangan ibu dan anak itu. Ia langsung dapat menyadari kemiripan di antara keduanya. Yoona cantik, tentu saja menghasilkan anak yang tampan seperti Jeno.

"Sungkyung sekarang sudah duduk di bangku sekolah menengah atas. Aku menemukan facebook-nya dan kadang-kadang aku melihat bahwa sepertinya ia memiliki kekasih. Bagaimana denganmu? Kau tidak memiliki kekasih?" Yoona mencoba mengakrabkan diri dengan putranya.

"Kau tidak menyuruh orang berbohong untuk memanggilku hanya untuk membicarakan hal-hal kecil seperti ini, bukan?"

"Iya, bukan." jawab Yoona tanpa menatap Jeno. Jaemin di sebelahnya tampak terkejut mendengar betapa tajamnya perkataan Jeno pada ibunya sendiri.

"Aku benar-benar meminta maaf pada kalian. Setelah kalian berkata tak ingin menemuiku lagi, aku tidak bisa datang untuk meluruskan kesalah pahaman karena takut mendapat penolakan lagi."

"Kesalah pahaman?"

"Iya, kesalah pahaman."

"Salah paham katamu?" tanya Jeno sekali lagi. "Walaupun ada kesalah pahaman, aku tidak memiliki kewajiban untuk mengerti tentang kejadian waktu itu."

Yoona terdiam dan Jeno kembali menyerangnya dengan kata-kata pedas, "Mengapa baru sekarang kau datang untuk melakukan pembelaan? Dengan hak apa? Bukankah kau hidup bahagia dengan wajah itu? Atau, sekarang wajah itu sudah tidak berguna?"

Jaemin memasang wajah khawatir dan Yoona menatap Jeno tanpa berkedip dengan tangan yang mengepal di atas meja.

"Keparat. Persis dengan ayahnya." Wanita cantik itu bangkit dari kursinya dengan sebelah tangan yang menutup mulutnya, "Membuatku ingin muntah."

Jaemin langsung merasa panik saat Yoona meninggalkannya berdua dengan Jeno, "Itu... Jadi, aku hanya... Maaf."

Lelaki tampan itu melirik Jaemin dengan tatapan seolah ingin menghabisinya saat itu juga, "Kau, ikut aku keluar."

Jaemin membuka mulutnya kemudian mengatupkannya lagi saat Jeno menuangkan botol soju keduanya ke dalam gelas.

"Tidak minum?" tanya Jeno.

"Aku tidak terlalu suka." jawab Jaemin. Ia merubah pikirannya saat Jeno kembali menatapnya tajam, "Iya, aku minum!"

"Tolong empat botol lagi." ujar Jeno pada waitress.

"Empat? Kau ingin minum sebanyak itu?"

"Kenapa? Kau juga ikut minum, bukan?"

"Tapi... Maaf jika aku memanggilmu tanpa bicara apa pun. Semua minuman biar aku yang bayar, tetapi... sebenarnya aku sedang diet jadi alkohol itu agak..."

"Diet?" sela Jeno. "Kau masih belum puas juga?"

Jaemin menatap Jeno terkejut dan Jeno entah mengapa kembali mengingat perkataan Jaemin pada waktu itu.

"Kau tidak tahu apa-apa! Kau tidak pernah merasa putus asa karena selalu bertanya-tanya apakah dirimu bisa dicintai, bukan?!"

Keadaan begitu hening saat itu. Jaemin hanya menunduk sedangkan Jeno melirik ke arah lain karena merasa bersalah.

"Sudahlah. Sesuai perkataanmu, aku memang tidak tahu apa-apa."

Jaemin mengangkat kepalanya, "Kau sama sekali tidak mabuk?"

[✓] my id is gangnam beauty | nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang