28. Festival - Sebelum Ledakan

11.2K 1.9K 405
                                    

Donghae menghampiri putranya yang duduk di sofa, "Apa?"

"Semua itu benar?"

💣

Jeno sudah menanyakan apa yang ia ingin tanyakan pada ayahnya, tetapi respon yang didapatkannya sungguh di luar dugaan.

"Perilaku macam apa ini?! Kau sudah kubesarkan selama 20 tahun, tetapi dalam hitungan hari kau meragukan ayah hanya karena cerita ilusi dari wanita itu yang membuat seolah-olah ia adalah korbannya?!" sentak Donghae.

"Aku hanya bertanya apakah semua itu benar?"

"Semua orang melakukan kesalahan! Tetapi, yang membedakanku dengan wanita itu adalah aku melakukan kesalahan dan telah menebusnya, sementara wanita itu tanpa tahu malu justru melarikan diri dari rumah."

Menebus kesalahan? Ilusi? Batin Jeno.

"Apa kau tidak terlalu gegabah dengan melarikan diri dari rumah seenaknya?"

"Aku akan baik-baik saja. Aku sudah dewasa." Jeno menjawab pertanyaan ibunya.

"Jika belum berusia 24 tahun berarti belum dewasa."

Jeno terdiam. Beberapa detik kemudian barulah ia membuka suara kembali, "Sekarang aku tidak bisa seperti dulu lagi dengan ayah."

"Kau tidak perlu sampai seperti itu. Walaupun seperti itu, selama ini kau tumbuh besar sembari menganggapnya sebagai ayah yang baik, bukan? Sungkyung juga."

"Sungkyung masih duduk di bangku sekolah menengah atas, ia harus tetap di sana. Biar nanti ia akan menilainya sendiri, dan ini adalah penilaianku sendiri."

Mata sang ibu meredup, "Aneh. Padahal sampai beberapa saat lalu, aku masih berpikir seumur hidup tidak akan bisa menemuimu, tetapi sekarang kita justru mengobrol santai seperti ini. Aku bahkan tidak pantas meminta maaf pada kalian."

Jeno hanya menatap ibunya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

"Akan kucarikan rumah untukmu. Lebih baik jika dekat dengan kampus, bukan?"

Dan Jeno, yang selalu dingin dan tak pernah menunjukkan perasaannya, kini menatap ibunya seolah ingin menangis, "Aku tidak pernah meminta hal seperti itu."

"Mengapa sekarang kau datang untuk melakukan pembelaan? Dengan hak apa? Bukankah kau hidup bahagia dengan wajah itu? Atau, sekarang wajah itu juga sudah tidak berguna?"

Wajah Jeno memerah. Ia menunduk agar tidak terlihat oleh ibunya, "Mana mungkin aku bisa menerimanya."

Yoona yang sedari tadi berdiri di sisi Jeno tanpa saling menatap, kini mengubah posisinya agar berhadapan dengan putranya itu, "Lalu, apa yang bisa kulakukan untukmu? Apa yang bisa kulakukan untuk kalian? Aku tidak bisa kembali ke saat itu untuk memeluk kalian. Aku juga tidak bisa kembali untuk menghapus masa lalu. Aku tidak akan berbohong bahwa aku tidak pernah melupakan kalian. Selama ini aku hidup bahagia, jauh lebih bahagia daripada dulu. Aku sengaja bekerja sangat keras demi membahagiakan diriku sendiri. Kupikir dengan itu aku bisa melupakan semuanya. Aku memang merasa bersalah pada kalian, tetapi aku harus menyelamatkan diriku sendiri dulu. Saat itu atau pun sekarang, yang paling utama bagiku adalah diriku sendiri, tetapi, jika saja saat itu aku sedikit lebih waras, pasti akan ada pilihan lebih baik yang bisa kupilih. Maafkan aku yang tidak dapat melakukannya. Tetapi, daripada menyesali hal yang tidak dapat kita ubah, bukankah mencarikan sebuah rumah untuk anak remaja di hadapanku yang sedang melarikan diri adalah suatu hal yang dapat dilakukan oleh seorang ibu?"

[✓] my id is gangnam beauty | nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang