42. Bermain Tarik Ulur

8.7K 1.6K 249
                                    

Aku harus mengatakan hal yang bisa membantu, tetapi apa? Batin Jaemin sambil melirik Renjun yang duduk di sebelahnya.

"Jeno!" Jaemin mengalihkan pandangannya ke depan ketika mendapatkan sebuah ide.

"Apa?" jawab Jeno dingin sehingga membuat Jaemin gugup.

"Tadi di ruang jurusan kita membicarakan tentang selera. Bagaimana denganmu? Seleramu seperti apa?" tanya Jaemin hati-hati.

"Yang beraroma parfum."

Suasana menjadi hening selama beberapa saat, kemudian Jaemin membelalakkan matanya, "Sekarang kau menyukai parfum?! Aku baru sadar. Akhir-akhir ini, kau selalu memakai hadiah parfum yang kuberikan. Senang sekali! Akhirnya kau menyukai parfum! Bu direktur juga pasti senang sekali. Apakah ia mengetahuinya?"

"Reaksimu hanya itu?" tanya Jeno.

"Hadiah? Parfum? Direktur?" Renjun kebingungan.

"Aku pernah berhutang pada Jeno sehingga aku membelikannya parfum. Renjun juga suka parfum? Apakah kau biasa memakainya?" tanya Jaemin yang membuat Jeno kesal.

"Parfum? Benar juga. Bukankah Jaemin suka parfum? Aku sendiri belum tahu apakah aku menyukai parfum atau tidak." gumam Renjun.

Jaemin meneguk minumannya sembari memikirkan waktu yang tepat untuk meninggalkan Jeno dan Renjun. Tepat saat itu, ponselnya berbunyi dan nama Minhyung terpampang di layar.

"Aku menerima telepon sebentar." Lelaki manis itu bangkit berdiri, "Kalian berbincang dulu saja."

"Berbincang? Apa-apaan?" Jeno menoleh ke belakang untuk melihat Jaemin yang keluar dari kafe.

"Jeno, kau sangat menyukai Jaemin? Terlihat jelas sekali." Renjun menopang wajahnya dengan sebelah tangan.

"Apa?" jawab Jeno datar.

"Tiba-tiba menjadi dekat seperti itu. Padahal saat-saat canggung ketika kita berada di kelompok yang sama dan pergi MT rasanya masih seperti kemarin." Renjun tersenyum, "Aku iri pada Jaemin."

Jeno menghela nafasnya dan bangkit berdiri untuk membayar di kasir. Ia kembali lagi ke tempat duduknya setelah selesai.

"Bukankah Jaemin yang akan membayar?" tanya Renjun sambil mengeluarkan dompetnya, "Apakah aku boleh membayar? Ini bukan lagi zaman dulu di mana hanya ada satu pihak saja yang selalu membayar padahal kita semua mahasiswa."

"Bukankah kau tahu bahwa aku membayar bukan karena ingin terlihat baik di depanmu? Kau... Benar yang kau katakan. Aku dan Jaemin hari ini memang ingin makan berdua saja dengan nyaman. Jika kau tahu itu, pergilah."

"Ya? Tetapi, Jaemin tidak berkata seperti itu."

"Orang ini." geram Jeno.

"Orang ini?" Renjun tertawa, "Bukankah itu kata-kata yang jahat?"

Senyuman dan tawa Renjun justru membuat Jeno semakin kesal. Lelaki mungil itu melanjutkan perkataannya, "Jeno, aku tahu kau tidak menyukaiku walaupun aku tidak tahu alasannya, tetapi aku berpikir bahwa kita bisa menjadi dekat dan aku berharap seperti itu. Kau sama sekali tidak berpikir seperti itu?"

"Kau tuli? Sok dekat seka—"

"Semaumu sendiri menarik orang, membuat orang takut, bicara semaumu saja!"

"Aku takut..."

Jeno mengeraskan rahangnya untuk menahan agar perkataan jahat tidak terlontar dari mulutnya. Tidak untuk Jaemin, dan juga tidak untuk orang lain.

"Sudahlah. Apa yang sebenarnya kau inginkan? Bukankah kau tidak suka padaku? Apa yang akan kau peroleh dengan melakukan hal seperti ini?"

🧗

"Iya. Sampai bertemu nanti, kak." Jaemin menutup panggilan dan masuk kembali ke dalam kafe. Ia memperhatikan Jeno dan Renjun dari jauh sambil memikirkan bagaimana jika mereka menjadi sepasang kekasih. Jaemin berpikir bahwa dirinya yang hanya sebatas teman Jeno saja sudah diperlakukan dengan begitu baik, apalagi kekasihnya.

Aku agak ingin melihat jika Jeno memiliki kekasih. Batin Jaemin. Ia memutuskan untuk membayar dan meminta izin untuk pergi agar tidak mengganggu mereka.

"Apa maksudmu? Aku tidak—" Perkataan Renjun terpotong karena kedatangan Jaemin, "Jaemin, sudah selesai menerima telepon?"

Jaemin tidak menjawab. Ia menatap Jeno dan memberikan selembar uang lima puluh ribu won pada lelaki tampan itu, "Mengapa kau selalu seperti itu? Aku sudah mengatakan bahwa hari ini aku yang akan membayar. Aku bukan orang yang sama sekali tidak memiliki uang."

"Apa?"

"Maaf, tiba-tiba aku ada urusan. Aku pergi dulu. Kalian makan berdua saja. Aku benar-benar meminta maaf! Bersenang-senanglah!" Jaemin berlari kecil keluar kafe.

"Apa?!" Jeno bangkit dari duduknya untuk mengejar lelaki manis itu dan meninggalkan Renjun sendiri, "Hei!"

Jaemin menoleh dan membelalakkan matanya ketika melihat Jeno, "Apa? Mengapa kau keluar dan meninggalkan Renjun sendiri?"

"Maaf. Jika aku membayar semauku, aku sama sekali tidak bermaksud untuk meremehkanmu."

"Iya." jawab Jaemin gugup.

"Soal itu, memang salahku, tetapi apa yang sekarang kau lakukan?"

"Apa?" Jaemin kebingungan.

"Mengapa kau tiba-tiba mengajak Renjun?" tanya Jeno tajam.

"Apa?!"

"Ia meminta bantuanmu agar kami menjadi dekat karena ia suka padaku?"

"Mengapa kau—"

"Ternyata seperti itu. Jadi? Kau menyetujuinya dan sekarang ingin menjodohkan orang? Kau bahkan tidak tahu bagaimana perasaanku!"

"Maaf! Renjun sepertinya sangat menyukaimu."

"Lalu? Mengapa jika ia menyukaiku?! Kau benar-benar berpikir ingin menjodohkanku dengan orang itu?! Kau langsung menyetujuinya?! Bahkan kau tidak memikirkan orang lain sedikit pun?!"

"Bukan! Aku hanya... Semua orang mengatakan bahwa kau dan Renjun sangat cocok. Mungkin kau juga berpikir bahwa Renjun cantik, jadi—"

"Jadi kau ingin agar aku menjadi kekasihnya?!"

"Bukan seperti itu. Aku sedikit berpikir ingin melihatmu memiliki kekasih walaupun mungkin kau sudah sering memilikinya." Jaemin menggerak-gerakkan tangannya, "Kau memperlakukanku dengan sangat baik padahal aku hanya temanmu. Kupikir pasti orang yang menjadi kekasihmu beruntung sekali!"

Jeno terdiam dengan wajah yang bersemu. Ia baru bisa mengeluarkan suara setelah beberapa detik, "Apa? Kau..."

"Apa yang kukatakan?!" Jaemin panik. Ia tidak pernah berpikir sampai sejauh itu.

"Apa maksudnya itu?"

"Apa? Jadi, kau dan Renjun... Aduh! Aku ada urusan penting! Aku harus pergi!"

"Tunggu! Mau ke mana kau?!" Jeno memegang tangan Jaemin, "Kau... Jangan-jangan kau sedikit menyukaiku?!"

🧗

🦄nanapo

[✓] my id is gangnam beauty | nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang