"Muntah setelah makan? Kebiasaan memuntahkan makanan yang dimakan agar tidak gemuk?" tanya Tzuyu.
"Ingatkah kau saat dosen membelikan kita pizza untuk perayaan selesainya ujian tengah semester? Saat itu sepertinya setelah makan pizzanya, Renjun pergi ke toilet dan muntah." jelas Chaeyoung.
Renjun menyandarkan tubuhnya di tembok. Jangan. Jangan, jangan, jangan. Batinnya.
"Benarkah? Kau yakin?"
"Yakin."
Hentikan. Batin Renjun.
"Tetapi, sepertinya ia tidak tahu jika aku mendengarnya."
Hentikan! Renjun mengepalkan tangannya.
"Padahal saat makan ia terlihat sehat-sehat saja. Maka itu semakin mencurigakan."
Jika seperti ini aku... Rahang Renjun mulai mengeras.
"Ia memang terlalu kurus."
Aku... Jika seperti ini, sekarang...
"Sepertinya bukan." ujar Jaemin, "Kudengar pencernaan Renjun sangat tidak bagus, jadi ia sering muntah setelah makan. Ia berkata seperti itu."
"Ternyata seperti itu." kata Chaeyoung.
"Iya. Lagipula jika membicarakannya karena itu, bukankah agak di luar topik?" kata Tzuyu, "Lagipula jika dikatakan terlalu kurus, aku juga."
Chaeyoung tertawa canggung, "Aku bukan ingin bergosip atau semacamnya, Jae—"
Ucapan Chaeyoung terhenti karena tiba-tiba saja Renjun muncul dari dalam toilet. Jaeminlah yang pertama kali melihatnya. Lelaki manis itu terpaku, mungkin karena terkejut.
Renjun memandangnya datar. Ia berpikir bahwa sekarang Jaemin sedang merasa iba padanya dan ia tidak suka itu. Lelaki mungil itu langsung berbalik pergi tanpa mengatakan apa pun.
"Lihat wajahnya?"
"Apakah ia mendengar semuanya?"
"Aku, sebentar." Jaemin berbalik pergi untuk menyusul Renjun hingga teman-temannya terkejut.
"Renjun." Lelaki mungil itu menoleh ketika Jaemin memanggil namanya. Ia berdiri di hadapan Jaemin dengan jarak yang begitu dekat hingga membuat Jaemin sedikit terkejut.
"Menarik. Menarik sekali. Kau ingin seberani apa lagi?"
"Kau benar-benar orang lain?" tanya Jaemin hati-hati.
"Kau sendiri tidak perlu berpura-pura baik. Mengapa kau ikut campur dan membuat orang kesal?" Renjun menatapnya tajam.
"Kapan aku ikut campur?"
"Kau merasa iba padaku. Memangnya kau siapa? Kau pikir posisimu di mana sehingga kau bisa merasa iba padaku? Kau pikir levelmu naik karena sekarang menjadi kekasih laki-laki yang tampan?!"
Level? Batin Jaemin. Ia teringat pada dirinya yang dulu selalu memberikan penilaian pada wajah orang lain dan ia juga teringat pada perkataan Jeno yang menyadarkannya bahwa ia tidak merasa iba pada Renjun. Janganlah terlalu baik pada lelaki mungil ini.
"Aku tidak merasa iba padamu. Iya, seperti yang kau katakan, memangnya aku pantas merasa iba padamu? Aku hanya... Mungkin tidak masuk akal, tetapi aku merasa mungkin kau orang yang mirip denganku. Karena itu aku tidak bisa membiarkanmu begitu saja."
Renjun tampak terkejut kemudian tertawa keras hingga perhatian semua orang yang ada di sana tertuju padanya.
"Mirip? Ini tidak waras. Jaemin, jika kau memiliki cermin, bercerminlah!" Renjun berbalik pergi. Ia berpapasan dengan Jisung, tetapi tidak menyapa lelaki itu seperti biasanya.
🙃
"Apa? Ia melakukan itu untuk mendekatkanku dengan Felix? Sepertinya bukan? Benar-benar bukan seperti yang kalian pikirkan." kata Changbin pada teman-temannya.
"Belum lama ini juga Renjun suka pada Jeno."
"Apa? Benarkah? Aku tidak tahu."
Sementara itu, Woojin, Jinyoung, dan Yootae juga sedang membicarakan Renjun.
"Tetapi, bukankah Renjun memang agak suka menebar pesona?" tanya Jinyoung, "Bukankah kau juga korbannya?"
"Enak saja! Dulu kita berdua benar-benar dekat!"
"Sebenarnya Renjun juga tidak cantik sekali, hanya paling cantik di jurusan saja."
"Jangan melawak." jawab Yootae. "Padahal jika kau sendiri disukai oleh Renjun pasti kau akan langsung menjadi kekasihnya."
"Apa? Tidak." kata Jinyoung berbohong.
"Akhir-akhir ini reputasi Renjun tidak bagus. Jika kau berbuat baik padanya, ia pasti akan luluh." usul Yootae.
"Apa?" tanya Woojin.
"Bercanda."
"Halo! Selamat pagi!" Renjun tiba-tiba muncul sambil tersenyum.
"Hai, Renjun."
"Sudah datang?"
Renjun berpikir walaupun anak-anak perempuan dan lelaki submisif selalu membicarakannya, ia tidak peduli. Jika dirinya terus menjadi cantik, para laki-laki dominan tidak akan pernah meninggalkannya, terbukti dari percakapan Jinyoung, Woojin, dan Yootae yang tidak sengaja ia dengar tadi. Walaupun dirinya kehilangan satu orang, akan ada orang lain yang mendekat. Dirinya tidak sendiri dan tidak boleh sendiri.
🙃
"Terlepas dari Renjun yang menyebalkan, di sekitarnya juga tidak ada orang yang baik."
"Apakah semua karena salahnya sendiri?" tanya Changbin.
"Terutama senior Yootae. Ia benar-benar rendah. Sudah dipukuli oleh Jeno juga masih tidak sadar." kata Tzuyu.
Aku tidak suka sekali senior itu. Batin Jaemin ketika mengingat perkataan Yootae tentangnya.
"Ia berkata akhir-akhir ini reputasi Renjun tidak bagus, jika berbuat baik padanya pasti akan luluh. Menjijikkan." Tzuyu memberitahu perkataan Yootae yang tidak sengaja ia dengar saat sedang melewati tempat di mana ketiga laki-laki dominan itu berbincang, "Walaupun orangnya aneh, tetapi Renjun tidak akan mungkin jatuh pada laki-laki seperti itu."
🙃
🦄nanapoo
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] my id is gangnam beauty | nomin
Fanfic❝ᴍᴀᴀꜰ, jaemin! aku benar-benar tidak bisa bersamamu!❞ ❝eh? maksud kakak?❞ ❝kau... terlalu jelek.❞ ➠remake webtoon "i am gangnam beauty" ⚠️CERITA INI DIKHUSUSKAN UNTUK ORANG-ORANG YANG BISA MEMBEDAKAN MANA REAL LIFE DAN MANA FIKSI. JIKA TIDAK, LEBIH...