Patah hati.
Entah harus berapa lama lagi Senja menahan rasa sakit itu sendirian, diam-diam. Terjebak dalam cinta sepihak pada pria dingin bernama Satria. Ditambah, sepertinya Satria tertarik pada Luna, kembaran Senja.
Tapi, disaat Senja berusaha m...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Senja sudah siap dengan seragam sekolahnya, Dia juga tidak lupa memakai rok pemberian Satria semalam.
Gadis itu mengunyah sarapannya dengan wajah tersenyum, sesekali dia membayangkan kembali kejadian semalam yang rasanya ingin sekali terulang lagi.
Di meja makan, hanya ada Senja dan mamanya, karena Luna dan papa sudah berangkat pagi-pagi sekali.
Jangan ditanya kenapa Senja bisa bangun sedikit terlambat. Semalaman, Senja susah sekali memejamkan mata, rasanya sulit mempercayai bahwa Satria melakukan hal yang manis. Bahkan Satria tersenyum kepadanya. Benar-benar sulit dipercaya.
"Kamu makan jangan sambil ngelamun Ja, lihat jam udah siang," tegur Mama karena Senja sejak tadi memang asik dengan dunianya.
"I-iya Ma," jawab Senja cengengesan.
"Mikirin apaan sih?" tanya Mama penasaran.
"Ih Mama, pengen tau aja." Senja buru-buru menghabiskan sarapannya, Dia benar-benar tidak sabar ingin segera bertemu dengan Satria.
"Mau berangkat naik apa? Mama pesenin Ojol yah," tawar Mama.
"Gak usah Ma, Senja mau naik bus aja. Masih sempet kok."
"Yakin? Kamu sih dari tadi bengong mulu. Wira ngajak bareng kamu tolak, bukannya bareng aja."
"Ih Mama, Senja malu kalo bareng Kak Wira terus. Lagian nanti fans-fans nya Kak Wira pasti iri sama Eja. Eja gak mau kena bully Ma." Senja emang paling bisa membuat alasan.
Huh. Mama hanya bisa mendesah pasrah.
"Ya udah, hati-hati di jalan yah. Kalo telat jangan salahin Mama."
"Gak apa-apa telat juga, asal bareng Satria." Batin Senja menjawab.
"Siap Ma, Assalamu'alaikum." Senja mencium tangan Mamanya.
"Wa'alaikum salam."
***
Senja celingukan di depan gerbang rumah Satria. Sepertinya Senja kesiangan, dia tidak melihat tanda-tanda keberadaan Satria. Tentu saja, pasti Satria sudah berangkat. Dasar Senja.
Senja melangkah lesu, haruskah dia naik bus sementara ini sudah siang? Apa naik ojek online saja seperti usul Mama? Memang benar, ucapan orang tua itu ajaib sekali.
Greekkk. Langkah Senja terhenti saat suara pintu gerbang dibuka.
Senja membalik tubuhnya. Penasaran siapa yang keluar barusan. Apakah mungkin Satria?
