Part 22 : Hanya Teman

12.5K 1.2K 105
                                    

Ada yang nunggu SENJA kah?

Happy reading..

Vote dulu sebelum baca.

Semoga feel nya dapet.

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Setelah kejadian di hari pertama bekerja, keesokannya Pak Denis langsung membuat jadwal menjadi dua shift. Agar pekerjaan terbagi rata dan yang terpenting Devin tidak malas-malasan karena banyak tugas yang harus dikerjakan. Bagaimanapun, Bu Ana ingin Devin belajar mandiri dan tidak seenaknya.

Semuanya berjalan dengan lancar, sampai tak terasa sudah seminggu terlewati masa PKL. Tidak ada yang spesial, hanya pekerjaan seperti biasa yang dilakukan berulang setiap harinya.

Juga tentang hubungan Satria dan Senja, belum ada perkembangan. Devin sampai geram melihatnya, apa harus main dukun untuk mendekatkan mereka berdua? Kenapa rasanya bertugas sebagai Cupid menyusahkan sekali.

Hari ini dan hari-hari sebelumnya yang sudah terlewati, Senja selalu bekerja dengan shift yang sama dengan Satria. Tidak usah heran lagi, sudah pasti ini ada campur tangan Devin yang meminta pada Pak Denis.

Selesai bekerja, Senja dan Satria pulang ke rumah tante Devin bersama. Setiap hari sering jalan berdua tapi ya seperti itulah mereka, progresnya lambat.

Karena hari ini mereka mendapat shift pagi, jadi menjelang malam begini sudah ada di rumah. Ditambah cuaca Jakarta juga mendung, tidak biasanya. Mungkin karena memasuki musim hujan, jadi tidak ada salahnya kan jika Jakarta hujan? Setidaknya udara di luar tidak begitu gersang.

Senja yang sedang berada di kamarnya sedikit was-was, hujan mulai turun, cukup deras. Semoga saja tidak ada petir yang menakutkan seperti di Bogor. Tapi keadaan seperti tidak memihak padanya, baru saja gadis itu akan menutup jendela sudah ada kilatan petir beserta angin kencang yang menutup jendela secara tiba-tiba. Membuat gadis itu berjengkit kaget karena takut.

Kenapa harus hujan deras di saat seperti ini? Keadaan rumah juga sedang sepi. Apa iya harus minta ditemani oleh Satria?

Senja menuruni tangga dengan tergesa, dia memutuskan untuk ke ruang tengah saja, dari pada di kamar sendirian, syukur-syukur jika ada Satria. Meski pria itu tidak banyak bicara, tidak mengapa setidaknya dia tidak sendirian.

"Sat," sapa Senja saat melihat Satria sedang main game di sopa ruang tv.

"Kenapa?" jawab pria itu masih fokus pada layar ponselnya.

"Gak apa-apa," jawab Senja kikuk kemudian duduk di sisi Satria, tidak terlalu dekat tidak juga terlalu jauh.

"Ngomong aja kalau lo takut, iya kan?" Satria meletakkan ponselnya di atas meja.

"Lumayan, petir nya keras banget," jawab Senja jujur.

Ngomong-ngomong soal petir, Senja jadi ingat kejadian di atap sekolah waktu itu, saat Satria menolongnya.

SENJA (Revisi 2023) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang