Part 15 : Tepi Barat

13.8K 1.2K 49
                                    

"Gak masalah. Menikmati senja bersama Senja, tidak buruk," ~Satria~

Happy Reading.
Jangan lupa Vote dan koment.

Jangan lupa Vote dan koment

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Sesuai rencana, keluarga Rafi dan Bagas liburan bersama di perkebunan teh milik keluarga Rafi.

Cuaca di perkebunan teh sangat sejuk, berbeda dengan keadaan kota Bogor yang mulai berpolusi.

Senja menghirup nafas dalam, menikmati desiran angin sejuk yang menerpa wajahnya. Sayangnya, hari sudah mau sore. Jadi, gadis itu tidak bisa menyaksikan para pemetik teh yang sedang bekerja, mungkin dia bisa melihatnya besok pagi saat matahari belum naik ke permukaan.

"Lagi apa?" Wira muncul di belakang, menepuk pelan kedua pundak Senja.

"Lagi menikmati karunia tuhan," jawab Senja sembari membuka kedua matanya. Menatap ke depan, pada hamparan kebun teh di bawah sana.

"Kamu suka?" tanya Wira, ikut mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru hamparan hijau nan segar.

Senja mengangguk. "Kalau ada kesempatan, aku pengen deh tinggal di sini," jawab Senja tanpa mengalihkan rasa takjubnya dengan apa yang gadis itu lihat.

"Suatu saat, kamu bisa tinggal di sini," ucap Wira.

Senja tersenyum, seolah mengamini.

"Aku pengen ke bawah, Kak," ucap Senja.

"Ayo, turun. Ambil foto di bawah bagus kayanya Ja." Wira mengajak Senja dengan menarik pergelangan tangan gadis itu agar mengikutinya.

"Woah, luas banget Kak perkebunannya. Aku gak nyangka kalau Kakak anak orang kaya," ungkap Senja takjub.

Wira tersenyum, "Kakak cuma numpang hidup aja, kebun teh ini milik Kakek. Karena Papa anak satu-satunya, jadi ini semua sekarang milik Papa," jelas Wira, sembari ikut melihat hamparan luas pohon teh seperti tidak ada ujungnya.

"Tapi aku salut deh, keluarga Om Rafi tetap hidup sederhana. Aku kira Om Rafi cuma punya pabrik teh aja, ternyata punya perkebunan pribadi juga." Senja benar-benar tidak menyangka.

"Papa emang sederhana orangnya, anak-anaknya harus usaha dulu kalau mau sesuatu." Wira kembali menjelaskan.

Senja mengangguk setuju. "Sama kaya papa aku, gak bisa kasih cuma-cuma buat anaknya."

"Mereka ingin anaknya tetap bisa mandiri," ucap Wira.

"Iya," kata Senja tersenyum.

"Ngomong-ngomong, aku pengen ambil foto tapi gak bawa hp. Kakak bawa ga?" tanya Senja.

"Kakak juga sama gak bawa, bentar ya tungguin. Kakak ambil dulu." Wira segera bergegas menuju Villa.

Setelah Wira pergi, Senja memutuskan menyusuri jalan setapak antara barisan pohon teh ke arah barat, karena pemandangan di sana terlihat lebih indah dengan bias matahari menuju peraduannya.

SENJA (Revisi 2023) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang