Jaehyun benar-benar merasa tertimpa kesialan dua hari belakangan. Pasalnya, Jihyo masih juga marah karena ia melupakan hari jadi hubungan mereka. Lalu kemarin, Taeyong pun menunjukkan ketidaksukaan pada dirinya. Dari situ pula pertanyaan Jaehyun selama ini terjawab, Taeyong bukanlah penyuka sesama jenis sepertinya.
Tapi bukan Jaehyun jika ia menyerah begitu saja.
Hari ini ia bertekad untuk kembali mendatangi klinik Taeyong setelah mengunjungi Jihyo di kantornya. Untuk menenangkan wanita itu sebenarnya tidak susah, pikir Jaehyun. Ia hanya perlu membawa bunga dan cokelat lalu bersimpuh dan meminta maaf.
Tapi berbeda lagi dengan Taeyong, Jaehyun masih memikirkan cara bagaimana agar pria yang telah membuatnya gila itu dapat menerimanya. Akan menjadi sebuah misi sulit dan membutuhkan waktu yang tak sedikit untuk menaklukkan Taeyong, pikir Jaehyun.
"Apa Jihyo ada di ruangannya?" Tanya Jaehyun pada rekan kerja sang kekasih.
Mina menunduk sopan lalu mengangguk pada Jaehyun, wanita dengan senyum cerah itu buru-buru bangkit dari kursinya lalu berucap, "Beruntung kau datang tepat waktu, Jaehyun-ssi."
"Kenapa?" Tanya Jaehyun sembari menautkan alisnya.
Wanita berambut hitam dihadapannya menmbuang nafas kasar, "Sejak dua hari yang lalu Jihyo sepertinya kurang sehat," ucapnya, "Dan hari ini Jihyo terlihat benar-benar hancur, bahkan kantungan dibawah matanya sudah sangat besar."
"Baiklah, kalau begitu aku ke ruangannya sekarang." Ujar Jaehyun yang dibalas anggukan oleh Mina.
Jaehyun sudah dapat menebak alasan mengapa Jihyo terlihat hancur seperti ucapan Mina tadi. Sejak bertengkar di rumahnya dua hari yang lalu, hingga saat ini Jaehyun belum pernah menghubungi wanita itu lagi.
Tok!
Tok!Jihyo yang tengah mengetik laporan kinerja karyawan dengan tampang ogah-ogahannya melirik malas ke arah pintu. Bahkan untuk berjalan saja rasanya ia sudah tak mampu.
"Masuklah!" Teriaknya sekuat tenaga.
Pintu ruangannya terbuka, Jihyo sedikit terkejut ketika iris legamnya mendapati Jaehyun berjalan ke arahnya. Menoleh ke arah lain, wanita itu tak ingin terlihat lemah dihadapan Jaehyun lagi.
"Sayang."
"Ada apa?" Jawab Jihyo lalu kembali menatap komputer dihadapannya, "Aku sedang sibuk, Jae."
Jaehyun tidak memerdulikan ucapan Jihyo, bahkan ia kini telah berdiri tepat disamping sang kekasih. Membelai surai hitam Jihyo, pria berlesung pipi itu membungkuk lalu mencium pipi chubby kekasihnya.
"Maafkan aku," ucapnya sembari memeluk bahu Jihyo dari belakang.
Mata Jihyo berbinar ketika melihat bunga mawar putih favoritnya berada tepat dihadapannya. Jaehyun memegangi bunga itu sembari memeluknya dari belakang.
"Aku benar-benar menyesal karena telah melupakan hari jadi kita, Jihyo-ya." Bisik Jaehyun dengan nada penyesalan, "Kau boleh marah dan tak memperdulikanku, aku tidak apa-apa. Tapi jangan menyiksa dirimu ya?"
Jihyo terdiam, tak membalas perkataan kekasihnya.
"Kau harus makan dan tidur teratur," lanjut Jaehyun lalu mengecupi pucuk kepala Jihyo, "Aku tak ingin kau drop lagi, sayang."
Tanpa Jihyo sadari kedua matanya telah berair sejak mendengar perkataan Jaehyun. Melepaskan pelukan lelaki dibelakangnya, Jihyo berbalik lalu memeluk leher Jaehyun erat, "Maafkan aku Jae, maafkan aku."
"Tidak apa-apa," Jaehyun mengusap punggung wanita itu, "Aku yang salah. Maafkan aku juga."
"Seharusnya aku tidak bersikap kekanakan seperti ini," ucap Jihyo dengan nada sesal.
Jaehyun menggeleng, meletakkan bucket bunga ya ia pegang diatas meja kerja Jihyo lalu melepas pelukan wanita itu. Ia beralih menangkup pipi berisi sang kekasih lalu berucap, "Wajar jika kau bersikap seperti ini, Jihyo-ya." Jaehyun menarik nafas pelan, "Seseorang memberitahuku jika wanita akan sangat marah jika kekasihnya melupakan hari spesial mereka."
"Ya, aku sangat marah." Jihyo memandangi wajah Jaehyun dihadapannya, "Dengan kau melupakan hari jadi kita membuatku berpikir jika kau mungkin telah jatuh cinta pada wanita lain."
"Tidak sayang, tidak." Jaehyun mengecup kening Jihyo sejenak, "Aku tak mencintai wanita manapun selain dirimu."
Karena aku mencintai Taeyong, Jihyo-ya.
"Kupegang ucapanmu, Jae."
"Ya," Jaehyun mengusap pipi Jihyo dengan Ibu jarinya, "Kau boleh meninggalkan ku jika aku terbukti menyukai wanita lain."
Jihyo mengerucutkan bibir, "Aku tak bisa dan tak ingin meninggalkanmu."
Tatapan Jaehyun dan Jihyo terkunci, keduanya saling memandangi dengan tatapan teduh sebelum pria berlesung pipi itu kembali merengkuh kekasihnya, "Ya, jangan tinggalkan aku Jihyo-ya."
Jihyo mengangguk dalam dekapan Jaehyun dan semakin mempererat pelukannya pada pria itu. Namun kegiatan berbagi kehangatan mereka tak bertahan lama sebab suara telepon kantor di ruangan wanita itu menggema.
"Angkatlah," ucap Jaehyun sembari melepaskan pelukannya.
Jihyo buru-buru menekan tombol jawab dalam mode loud speaker, "Ya, Selamat siang?"
"Jihyo-ssi, tolong kumpulkan divisi hubungan masyarakat di ruang rapat. Sekarang."
Mendengar perintah dari pria pemilik suara tegas itu membuat Jihyo refleks mengangguk paham, "Baik, sajangnim." Ucapnya lalu menutup telepon.
"Sepertinya aku harus pergi," Jaehyun mengacak pelan rambut sang kekasih, "Jangan lupa makan siang."
Jihyo tersenyum lebar, "Hm, kau juga." Ucapnya, "Apa kau akan kembali ke kantormu sekarang?"
Jaehyun hanya memberi respon senyuman pada kekasihnya. Jika menjawab ia maka dosanya pada Jihyo akan semakin besar, ia tak ingin membohongi wanita itu lagi.
Aku akan mendatangi Lee Taeyong, Jihyo-ya.
ㅡto be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving Her Boyfriend | Jaeyong ✓
Hayran Kurgu❝I hate hers just because I like you and want you❞ M/M | AU | FRAME STORY | MATURE Lee Taeyong, seorang dokter hewan muda nan bersahaja diam-diam menyimpan perasaan pada sosok Jung Jaehyun, lelaki yang notabennya adalah kekasih dari pelanggan di kli...