Pt 16♦

402 81 38
                                    

"Heh, bangun kau jalang kecil." ujar seseorang dengan menendang kaki Jiyeon yang terduduk di atas kursi.

Keadaan Jiyeon saat ini adalah ia tertidur dengan mata yang tertutup kain berwarna merah juga tangan dan kaki yang terikat di kursi.

Saat ini ia dan si penculik sedang berada di bawah tanah yang hanya di terangi oleh sebatang lilin saja.

"Siapa kau? Dimana aku? Kau mau apa?" tanya Jiyeon panik mencoba menggerakkan tangan serta kakinya.

"Heh! Kau mau tahu siapa aku? Hahahaha! Shhh! Kau harus diberikan pelajaran terlebih dahulu jalang kecil, baru bisa aku beritahu siapa sebenarnya aku. Dan–, nanti aku juga akan memberitahumu tentang suatu fakta yang akan mengejutkan serta menyakiti dirimu." ujar orang itu dengan memegang dagu Jiyeon hingga kepala gadis itu mendongak karenanya.

"Tolong! Tolong jangan sakiti aku. Apa salah ku padamu? Siapa kau sebenarnya? Apakah kita pernah bertemu dan aku ada berbuat salah padamu?"

"Kita tak pernah bertemu jalang kecil, salahmu adalah karena kau berhasil membuat hubungan ku rusak dengan salah satu dari oppamu asal kau tahu itu! Kau berhasil membuat kisah asmara yang telah lama kami jalin jadi hancur berantakan begitu saja! Kau seperti jalang kecil! Kau sungguh sangat menjijikkan." ujar orang itu lagi, ia melepaskan tangannya dari dagu Jiyeon dengan kasarnya sehingga membuat kepala gadis itu jadi terlempar kesembarang arah.

Ia lalu menjentikkan jarinya untuk memanggil bawahannya guna memasuki ruangan tersebut.

"Habisi dia! Terserah mau kalian apakan dia. Bahkan bila perlu kalian musnahkan saja dia dari dunia ini untuk selama-lamanya." Kemudian terdengar derap langkah kaki yang pergi menjauh dari lokasi penyiksaan itu.

"Tolong! Tolong jangan sakiti dan lukai aku! Aku yakin kalian dulunya adalah orang baik, jadi tolong berbaik hatilah padaku, tolong lepaskan aku. Kasihanilah aku." ujar Jiyeon memohon pada bawahan orang yang telah menculiknya.

Tapi bukannya merasa iba pada gadis itu mereka malah menertawakannya.

"Hahaha!! Melepaskanmu. Kalau kami melepaskanmu maka kami tidak akan mendapatkan uang yang banyak asal kau tahu!Terima sajalah nasibmu gadis manis, karena dunia ini memang kejam dan tak adil." ujar salah satu dari mereka.

Selesai orang jahat itu mengeluarkan kalimatnya, terdengarlah bunyi cambukan dari dalam ruangan tersebut, serta jerit kesakitan dan kepiluan yang mengiringi.

"Akh! Oppa!" Jerit Jiyeon dalam ruangan itu.

Lagi dan lagi tali cambuk itu terus di tebaskan pada tubuhnya.

"Akhhh!! Sakit! Huwaaa!"

–Disisi Lain

"Aaaa Jiyeon!! Hakh." teriak seseorang yang baru tersadar dari alam bawah sadarnya.

Ia tiba-tiba terbangun karena bermimpi buruk tentang sang adik.

"Hah–hah–hah Jiyeon. Jiyeon!" teriaknya lagi.

"Dimana dia?" Seseorang tersebut menoleh kesana-kemari mencari keberadaan Jiyeon.

Seseorang tersebut adalah salah satu dari kakak Jiyeon yaitu–

"Emhhh. Jim, kau kenapa?" tanya seseorang yang telah terusik tidurnya karena jeritan Jimin.

"Aku bermimpi buruk hyung." jawab Jimin pada kakaknya.

"Mimpi apa?" tanya seseorang itu lagi.

"Hobie hyung. Jiyeon dimana?" tanya Jimin menolehkan kepalanya kearah sisi kiri dimana Hoseok masih menidurkan tubuhnya.

"Jim, kau tak tahu?"

"Tak tahu? Tak tahu mengenai apa hyung?" tanya Jimin penasaran.

"Jiyeon menghilang, sudah lebih dari lima hari ini kami mencari keberadaannya namun ia masih belum ditemukan sampai sekarang Jim. Kami sudah mengerahkan semua kemampuan kami untuk mencarinya namun hasilnya nihil, ia masih tetap belum ditemukan. Besok kami akan mencarinya lagi." ujar Hoseok menjelaskan mengenai kehilangan adik perempuan mereka satu-satunya yang sangat mereka sayang.

"Hyung! Kenapa kau baru memberitahuku mengenai masalah ini sekarang? Apakah kau lupa jika aku sudah lebih dari enam hari ini sakit dan tak sekolah." ujar Jimin dengan wajah sedihnya.

"Oh, astaga! Maafkan hyung lupa jika kau sedang sakit, dan baru tersadar sekarang dari alam bawah sadarmu karena panas tubuhmu yang terlalu tinggi waktu itu. Tapi karena itu jugalah hyung jadi tambah tak ingin memberitahumu. Sekarang bagaimana keadaanmu ha Jim?" tanya Hoseok sambil meraba kening, pipi, dan tengkuk adiknya itu.

"Aku sudah sehat hyung, malah sekarang aku merasa khawatir dengan Jiyeon, dimana dia sekarang berada hyung?" tanya Jimin merasa cemas akan keberadaan Jiyeon.

"Kami belum tahu Jim. Kami juga sangat khawatir dengannya, tapi kami juga butuh istirahat yang cukup untuk bisa mencarinya kembali esok hari, lagian kami juga sudah mengerahkan beberapa aparat kepolisian dan bawahan lainnya untuk membantu mencari keberadaan Jiyeon. Sebaiknya kita beristirahat terlebih dahulu Jim, besok baru kita cari bersama-sama. Lagian hampir lima hari ini juga kami tak bisa tidur karena harus mencarinya. Ayo kita tidur dulu Jim."

"Hah–, baiklah hyung." Lalu mereka tertidur kembali untuk menunggu hari esok dengan perasaan yang kalut karena Jiyeon.

Mereka harus mengisi tenaga agar kuat untuk bisa mencari keberadaan Jiyeon pada hari berikutnya.













Sedangkan bunyi cambukan masih menggema di ruangan dimana Jiyeon disekap.

'Tolong aku Tuhan!!'

Pada akhirnya karena sudah merasa tak kuat lagi menahan rasa sakitnya cambukan yang dilakukan oleh para bawahan dari orang yang menculiknya, Jiyeon jadi jatuh pingsan dengan tangan dan kaki yang masih terikat tali, mata yang masih tertutup kain merah, dan juga dengan keadaan tubuh yang sedang dalam posisi terduduk.

Cambukan yang dilakukan oleh mereka tadi tak ada hentinya sama sekali selama sepuluh menit lamanya, mereka berjumlah dua orang dan berjenis kelamin laki-laki.

Disaat mereka mencambuk Jiyeon, mereka seakan menulikan telinga akan teriakan kesakitan gadis itu.

Mereka sungguh tak punya hati dan rasa kasihan sedikit pun.

"Apakah dia sudah diambang batas?" tanya sang penculik yang sudah kembali kedalam ruangan penyekapan.

"Iya nona." jawab mereka serempak.

"Keluarlah." perintah orang tersebut kepada kedua bawahannya.

"Baik." ujar mereka dengan nada yang tegas.

"Hah–, dasar jalang kecil. Ternyata kau sangat lemah ya. Aku jadi semakin suka untuk menyiksamu hingga mati! Kau tenang saja, aku akan mengirimkanmu untuk bertemu dengan kedua orang tuamu itu. Dan jika kau sudah di ambang kematian nanti, baru aku akan memberitahu siapa diriku. Juga memberitahu mu tentang fakta menyakitkan yang telah lama di jaga rapat oleh seluruh keluarga mu. Tch! Sungguh aku sangat menginginkan dirimu untuk menyusul kedua orang tuamu saja disana." ujar orang itu dengan seringai jahat nan liciknya.

Lalu ia pergi dari ruangan tersebut meninggalkan Jiyeon yang sedang dalam keadaan pingsan sendirian dalam pencahayaan yang remang.

√TBC√


OUR-SISTER | BTS |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang