Penantian Selama Ini

19 6 0
                                    

Update lanjutan kemarin

✓✓✓

Semua mata tertuju pada teriakan amarah yang keluar dari mulut seseorang tersebut. Dengan amarah yang meluap-luap, ia melepas topeng yang sedari tadi menempel di wajahnya, tidak ada wajah kaget yang tercipta di wajah Anya dan teman teman yang lain. Karena mereka sudah menduga semua ini pasti akan terjadi.

Dengan kepalan tangan penuh emosi, ia mencari seseorang yang ingin ia interogasi segera. Sampai matanya tertuju pada seorang wanita berambut panjang bergelombang yang memakai dress merah malam ini.

Ia menarik kuat kuat tangan wanita itu, dengan susah payah wanita itu juga berusaha melepaskan kepalan tangan yang menciptakan rasa perih di pergelangan tangan nya. Sampai tempat di depan panggung, wanita tersebut dapat melepaskan tangannya.

Dengan bergegas wanita tersebut juga melepas topengnya dan berkata, "Kenapa sih pa? Sakit tau." Ucap Anya sambil terus memegangi pergelangan tangannya yang memerah.

"Kamu kenapa ikutan segala  beasiswa kayak gitu hah?"

Anya tersenyum miring dengan tatapan tajam mengarah ke papa nya "Karena papa ngeremehin Anya."

"Apa maksud kamu? Kamu sudah berani nggak sopan sama papa? HAH?"

" Papa yang bilang kalau papa ngekang Anya untuk jadi apa yang papa mau itu karena semua soal otak. Papa pikir Anya nggak tau apa maksud dari perkataan papa itu apa? Anya tau kalau papa ngeremehin kemampuan otak Anya, sehingga papa ngedaftarin Anya ke anggota kepolisian karena papa gengsi kan? Karena papa takut kalau Anya masuk universitas, Anya hanya bakal buat papa malu karena nilai Anya nggak sebagus Kak Andro!! Lagian papa pasti juga khawatir kalau Anya hanya bakal malu - maluin karena mungkin Anya hanya bisa masuk universitas yang nggak ternama. Iya kan pa?! " Ucap Anya dengan nada tinggi.

"Kamu udah berani sama papa?" Ucap Doni sambil akan melayangkan satu tamparan namun kegiatan tersebut terhenti tatkala Anya menjawab perkataan Doni.

"Apa? Papa mau nampar Anya? Tampar aja pa tampar!!" Ucap Anya dengan menunjuk-nunjuk pipinya.

"Sebenarnya apa mau kamu Anya?"

"Hah? Papa masih tanya mau Anya apa? Mau Anya adalah Anya ingin menentukan hidup Anya sendiri, Anya nggak kuat kalau harus di dididik untuk menjadi polisi. Anya hanya ingin Anya masuk universitas manajemen bisnis pa. Karena itu cita-cita Anya. Anya ikutan beasiswa ini karena Anya pengen ngebuktiin ke papa, kalau Anya itu juga bisa kayak kak Andro, Anya nggak mau di remehin, apalagi itu sama papa Anya sendiri. Dan asal papa tau semua ini adalah rencana sahabat-sahabat Anya, orang tua Delardo, orang tua Zayn, orang tua Stella, dan orang tua Marco yang udah ngebelain Anya dengan memberikan beasiswa itu ke Anya. Papa nggak malu apa kalau semua orang tau? Bahkan semua orang yang ada disini, yang papa sendiri nggak tau nama mereka siapa, mereka tau dengan kegengsian papa yang selangit. Lagian setelah Anya lulus, kalau Anya sukses itu juga bisa menjadi kebanggaan tersendiri kan pa buat papa? Tapi kenapa papa hanya egois, egois, dan egois? Hah?" Luapan emosi Anya sudah tidak bisa terkendali kan lagi, air mata yang ia bendung sudah tidak kuat untuk ia tahan, ia meluapkan semua kekesalannya dengan meluapkan amarah dan juga air matanya di depan semua orang yang berada disini.

Doni menatap semua orang yang tengah menatapnya dengan nanar, terutama saat ia menatap sahabat-sahabat Anya beserta orang tua yang sedang memeluk anaknya masing-masing. Ia juga menatap Eli yang juga tengah menangis tersedu sedu.

ANYA & DELARDO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang