Laki-laki berseragam sekolah seni nomor satu di Korea Selatan masuk ke dalam dorm dengan keadaan yang berantakan. Dengan malas dia melempar sebuah kertas ke hadapan kakak tertuanya dan melengos begitu saja duduk di atas sofa.
"Apaan nih?"
"Surat panggilan. Besok ke sekolahan gue ya, Bang." Laki-laki ber-name tag Sohn Eric itu melepas dasi yang mencekik lehernya.
Chanhee yang sedari tadi tengah berbaring di atas lantai menatap ke atasㅡmenatap sang termuda sembari menyipit. Sedetik kemudian dia bangkit sambil memekik terkejut, "LO BAKU HANTAM LAGI?!"
"Aduh, Kak, jangan teriak-teriak, berisik."
Chanhee lantas berlari untuk mengambil kotak P3K. Sangyeon yang mendengar klaim sepihak milik Chanhee bahwa sang termuda berkelahi hanya bisa menghela nafas, lelah.
"Bae, kamu aja yang besok ke sekolah Eric ya." Sangyeon melempar titah sang termuda.
Jacob yang tengah menggulung sushi mendelik, begitu juga Changmin yang tengah membantunya. "Ngga mau. Lo aja, gantian, gue mulu."
"Changmin, kamu ya? Kakak minta tolong."
Changmin menggeleng ribut. "Ngga mau."
Sangyeon lagi-lagi menghela nafas. Bukannya tidak mau, hanya saja besok dirinya sudah ada tugas yang tak bisa diabaikan begitu saja. Terlebih hanya untuk datang ke sekolah, memenuhi surat panggilan milik Eric.
Younghoon keluar dari kamar. "Gue aja, Bang," katanya tiba-tiba.
"Ngga apa-apa, Hoon?"
"Gapapa, besok gue kosong. Hyun, anterin gue ya."
Hyunjae ikut keluar dari dalam kamar dan mengangguk mengiyakan. Laki-laki kelahiran 1997 itu berjalan ke arah Eric. Menarik rahang yang termuda dan membalik-balikkannya dengan kasar.
"KAK HYUN!!" Eric memekik nyeri.
"Baku hantam sama siapa lo?" Hyunjae sama sekali tak peduli dengan pekikan nyeri Eric, dia justru bertanya dengan mata yang menyipit remeh.
Chanhee buru-buru menyelip masuk di antara Hyunjae dan Eric. "Kak Hyunjae minggir dulu, aku mau ngobatin Eric."
Hyunjae lantas melepas cengkeramannya dari rahang Sohn Eric. Melengos malas dan melenggang pergi menuju dapur. Laki-laki bermarga Lee itu mengambil sepotong sushi yang sudah diiris Jacob dan memasukkannya ke dalam mulut.
"Hyunjae...," Jacob menggeram sebal.
"Minta satu." Hyunjae tiba-tiba bersiul saat melihat Sunwoo masuk ke dapur, membuka kulkas, dan mengambil jus instan miliknya dari dalam sana. "Woi, Nu."
Sunwoo hanya berdeham.
"Besok anterin gue sama Younghoon ke SOPA, ye."
Changmin yang tengah memotong kimchi menyahut, "Kak Younghoon kenapa emangnya, Kak?"
"Dia mah awut-awutan. Meskipun gue udah siap ketemu Tuhan tapi ngga mati karena kecelakaan juga, bareng si bongsor pula. Hidup gue dua puluh empat tahun kayaknya sia-sia banget."
Jacob tertawa geli, begitu pun Changmin. Akan tetapi Sunwoo menggeleng. Laki-laki bersurai merah maroon itu membuang bungkus jus instannya dan berkata, "Besok gue ada tugas negara bareng Bang Sangyeon, ngga bisa."
Hyunjae mendengus. "Pantes dia nyuruh orang lain."
Jacob membuka sarung tangan yang dipakainya. "Juyeon kemana, Hyun? Ngga keliatan dari pagi."
"Kerja," Hyunjae menyahut singkat.
"Kerja mulu, kali-kali kek nikmatin rasanya jadi idol. Juyeon ini memang tak patut bersyukur, ckck," Changmin mencibir.
"Adek lo tuh, Bae."
"Adek kamu juga, Hyunjae."
Berakhir lah dengan Hyunjae dan Jacob yang saling menuduh siapa yang lebih pantas menjadi kakak dari seorang Lee Juyeon.
.
Sunwoo duduk di samping Juyeon yang tengah fokus pada tiga layar LCD yang ada di depannya. Menaruh sekaleng minuman bersoda dan seporsi ayam di depan sang kakak.
"Makan dulu, tolol. Kerjaannya kelar, lo juga kelar dari dunia."
Juyeon terkikik geli. Mengambil sepotong ayam dan menggigitnya, akan tetapi tetap saja fokusnya masih penuh pada deretan kata asing yang sama sekali tak Sunwoo pahami.
"Haknyeon mana?" Juyeon membuka suara.
"Keluar bareng Bang Kevin."
"Ketemu Hwall ya?"
Sunwoo menggeleng. Memutar kursi yang didudukinya dan menatap benda yang sama persis dengan milik Juyeonㅡbedanya yang ditampilkan LCD itu bukan kata asing, melaikan deretan angka acak yang berhasil membuat Sunwoo makin pening. "Bang Kevin ngga ada kerjaan?"
Juyeon pun ikut memutar kursinya. "Ada. Tuh komputernya lagi kerja."
"Terus kenapa ditinggal pergi?"
"Hampir lima jam tapi ngga ada kemajuan, gitu-gitu aja terus. Daripada dia ngeliatin bengong mending keluar, kan."
"Lima jam?"
"Iya, lima jam. Lumayan ketat sih sistemnya, makanya Kevin kewalahan."
"Lo ngga bisa bantu, Bang?"
Juyeon menggeleng. "Bukan spesialis gue. Gue mah bantu yang ringan-ringan aja. Meretas sistem Gedung Biru tugasnya Kevin."
Well, ada sisi baru The Boyz yang baru saja kalian tahu.
Fakta bahwa The Boyz bukan hanya sekedar grup idol mampu membuat kalian tercengang bukan?

KAMU SEDANG MEMBACA
Daily Boyz
FanfictionTadinya mau bikin The Boyz jadi mafia ala-ala gitu, tapi kayaknya cinta segibanyak lebih menarik ya? ⚠Trash word ⚠Informal ⚠Just FF!! status: on-going [slow]