Lagi-lagi Haknyeon harus berlari tunggang langgang dari kamarnya menuju pintu saat dirinya kembali di tendang dari kamar oleh Moon Kevin. Meski bel-nya baru berbunyi sebanyak dua kali, tapi laki-laki itu kekeuh menyuruh Haknyeon buru-buru membuka pintu agar si tamu tak menunggu lama. Mendengarnya Haknyeon tiba-tiba mual. Apa-apaan? Meski begitu dia tetap saja berlari ke arah pintu saat bel berbunyi untuk ketiga kalinya. Dia itu tetap adik yang baik, meski menjadi kakak yang kurang ajar bagi Sohn Eric.
"Eh, Mirae ke sini lagi?"
Gadis yang kini mengikat seluruh rambutnya menjadi satu ke belakang mengangguk semangat.
"Hum! Ericnya ada, Kak?"
Haknyeon tertawa kecil. Eric benar-benar pacaran ya? Dasar bocah gengsian.
Alih-alih menjawab dengan jawaban yang konkret, Haknyeon justru menunjuk pipi kirinya yang lebam dan berucap dramatis, "Kamu liat ini? Ini tuh ditonjok Eric. Mirae jangan mau pacaran sama Eric, dia tuh bar-bar. Liat pipi Kakak, sampe biru gini. Tangan baja dia tuh."
Memang benar sih pipi kiri Haknyeon memar dan berwarna agak kebiruan. Tapi kayaknya nggak sampai tangan baja juga deh. Haknyeon ini memang hiperbola sekali.
"Aduh gimana dong Kak, Mirae-nya udah suka," Mirae membalas tak kalah dramatis. Hitung-hitung latihan drama.
"Kamu mau sama yang modelannya kaya Eric? Dia tuh jorok, bar-bar, berisik, bacot. Astaga, apa sih baiknya bocah dajjal itu," Haknyeon nangis sendiri mengatakannya.
Kehabisan kata untuk merespon, jadi Mirae hanya mampu tertawa sebagai balasan. Haknyeon menyuruh Mirae untuk masuk ke dalam dan menunggu Eric. Katanya Eric sedang mandi, mereka berduaㅡHaknyeon dan Ericㅡbaru saja kembali dari jadwal individu. Awalnya Mirae menolak, takut di-cap sebagai 'orang asing' yang kurang ajar, dan jujur saja dia masih ngeri membayangkan Sangyeon yang berdiri menjulang di depannya dengan wajar super dingin. Ugh, Mirae tiba-tiba merasa seperti di Antartika.
Haknyeon meminta Mirae untuk duduk sendirian di atas sofa sedang dia ingin menaruh semangkuk ayam goreng miliknya dan mengambil minum untuk Mirae. Iya, sedari tadi Haknyeon menjamu tamu sambil memeluk semangkuk ayam. Kevin menolak untuk dititipi entah apa alasannya.
Tiba-tiba dua dari sebelas penghuni di sana mendadak muncul dan sedikit terkejut melihat Mirae berada di sofa sendirian. Gadis itu tiba-tiba bangkit dan mengucap salam ke arah keduanya. Kikuk. Mereka bertiga tidak ada yang mengucap sepatah kata apapun. Bak penyelamat di siang bolong, Haknyeon muncul dari arah dapur dengan dua botol minuman bersoda di tangannya.
"Eh ada Sonu sama Eric. Asik banget ya ketemu mantan pas ada gebetan di sini. Iyakan, Mirae?"
Gadis itu tiba-tiba gelapan. Buru-buru mengamit tasnya dan pamit pulang dengan tergesa. Sunwoo dan Eric saling melempar tatap.
"Lo nge-gebet Mirae?"
Diam-diam Haknyeon bersumpah pada dirinya sendiri akan membawa se-plastik popcorn mulai sekarang. Jaga-jaga sebagai camilan untuk melihat drama dari maknae line. Kapan lagi 'kan melihat Eric yang super sensi berhadapan dengan Sunwoo yang sama sensinya.
.
Chanhee dan Changmin meletakkan seluruh barang belanjaan mereka di atas meja. Menghembuskan nafas dan menyeka keringat yang hinggap di dahi.
Mereka berdua baru saja kembali dari acara belanja bulanan. Meski Changmin itu pendiam luar biasa dan Chanhee cerewet bukan main, mereka berdua merupakan kombinasi yang sempurna untuk dipercaya memegang kendali atas dapur. Alih-alih memilih Jacob untuk menjadi partner belanja serta dapurnya, Changmin justru memilih Chanhee. Menurutnya Chanhee itu super perfeksionis dan teliti (mungkin bawaan dari profesinya sebagai dokter), meski di beberapa kesempatan Changmin juga membiarkan Jacob mengambil alih atas dapur. Seperti yang dikatakan di atas, Chanhee itu cerewet bukan main dan Changmin terkadang membenci sikapnya yang satu itu. Karenanya dia tidak terlalu nyaman jika berada di samping Chanhee untuk memasak.
"Apalagi yang kurang, Hee?"
"Ngga ada kayaknya."
Selalu saja begitu. Meski mereka tak memegang catatan sama sekali tapi mereka berdua berhasil untuk tidak melupakan satu item pun yang harus dibeli. Chanhee dan Changmin itu memori berjalan, mereka mampu mengingat semuanya. Lain halnya dengan Younghoon dan Juyeon jika disuruh berbelanja. Mereka akan lupa segalanya dan hanya ingat untuk membeli lima lusin ramyeon untuk dimakan selama sebulan non-stop. Jika mengingat hal itu, Changmin diam-diam berdoa agar dua laki-laki bervisual luar biasa tersebut terkena usus buntu.
"Kak Bae kemana, Min?"
Changmin menggeleng. "Ngga tau. Kayaknya ada jadwal individu. Kak Bae jadi MC 'kan di salah satu statiun tv?"
Chanhee menggidik tak tahu. Jujur saja, ia tak terlalu menyukai Jacob. Tak tahu apa alasannya, hanya tak suka. Dia merasa seperti Jacob merebut seluruh atensi yang seharusnya menjadi miliknya.
Bahkan saat laki-laki itu baru saja resmi masuk ke dalam agensi, Chanhee sudah mendeklarasikan diri bahwa ia tidak menyukai Jacob, sebaik apapun laki-laki kelahiran 1997 itu memperlakukan dirinya.
Dia tetap tak suka.
Baginya, Jacob itu... pembawa sial.
.
"Anjir. Semuanya di reject?"
Sangyeon yang sedari tadi memperhatikan seluruh deretan pesan online di layar komputer Juyeon akhirnya berkomentar. Merasa kaget sekaligus bingung.
"Kan kemarin balik fansign lo bilang kalo kita rest dulu. Ya si Haknyeon reject lah semuanya."
Sangyeon menggeleng tanpa sebab. "Gue kaget anjir. Biasanya si Younghoon kalo gue bilang rest dia ngga reject semuanya, ada beberapa yang di accept. Lah ini, anjir emang Haknyeon."
Juyeon tertawa renyah. "Beda orang, beda otak lah, Bang. Lo tau sendiri kata rest buat Haknyeon itu artinya apa."
"Rebahan."
Juyeon mengangguk setuju. Bagi Ju Haknyeon, rest atau istirahat tandanya adalah rebahan dan waktu senggang. Tak ada yang bisa mengusiknya selain jadwal sebagai idol dan makanan. Haknyeon dan kata istirahat itu bagai sohib yang sudah terpisah lama, sekalinya bertemu tak akan mengijinkan siapapun untuk memisahkan mereka.
"Oh iya Bang,"
Sangyeon hanya mampu berdeham. Dia masih sedikit shock dengan kenyataan bahwa mereka tak akan menerima job sedikit pun selain job idol. Haknyeon, astaga. Pening kepalaku.
"Lo ngga bisa bujuk Hwall buat bareng kita lagi?"
Sangyeon yang diterpa pernyataan di luar perkiraannya mengenyit bingung. Tiba-tiba sekali? "Ngapain nanyain Hwall? Tumben," Sangyeon menjawab seadanya.
Juyeon terlihat salah tingkah. "Ya gimana ya Bang. Gue barengan sama dia dari jaman akademi, trainee, sampe sekarang udah jadi agen dan idol. Agak kosong aja kalo ngga ada dia."
"Lo kangen Hwall?"
Juyeon lantas mengangguk. Dia merindukan adik kecilnya, benar-benar rindu. Juyeon dan Hwall sudah menghabiskan banyak waktu bersama sebelum mereka sampai di titik ini. Dan rasanya sedikit tidak adil jika hanya dia yang mampu bertahan di atas sedang Hwall hanya mampu berada dalam bayangan, meski Juyeon tahu Hwall tak masalah sama sekali jika dia bekerja di balik layar. Tapi tetap saja. Bagi seorang Lee Juyeon, tidak adanya keberadaan Hwall di sini itu berarti salah satu sisi dunianya ada yang kosong.
"Gitu deh. Gue ketemu dia boleh?"
"Ngga. Lo ngga boleh ketemu Hwall."
Bukan. Itu bukan suara Sangyeon, melainkan suara orang lain yang ternyata sedari tadi menguping pembicaraan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daily Boyz
FanfictionTadinya mau bikin The Boyz jadi mafia ala-ala gitu, tapi kayaknya cinta segibanyak lebih menarik ya? ⚠Trash word ⚠Informal ⚠Just FF!! status: on-going [slow]