Haknyeon yang tadinya ingin berjalan ke dalam kamar justru berhenti mendadak di depan pintu, menatap pintu masuk dorm sambil terus mengunyah. Tak sadar, Kevin yang berjalan di belakangnya menubruk punggung Haknyeon.
"Woi anjir, jalan, ngapain berhenti mendadak," protes Kevin.
Mengabaikan protes sang kakak, Haknyeon justru melimpahkan semangkuk ayam goreng miliknya ke pelukan Kevin. "Pegangin dulu, Bang, ada yang namu kayaknya."
Kevin hampir saja mengumpat jika tak ingat bahwa ada Sangyeon yang tengah menelepon seseorang di sudut ruangan dengan serius. Jadi, Kevin memilih untuk memberengut dan lebih dulu masuk ke dalam kamarㅡmengabaikan Haknyeon yang sedang berjalan menuju pintu.
Laki-laki kelahiran Jeju, 1999 itu membuka pintu dorm mereka dan sedikit terkejut kala melihat perawakan gadis yang memakai seragam yang sama dengan milik Sunwoo dan Hwall.
Teman sekelas, eh?
"Nyari siapa, Dek?"
"Ericnya ada, Kak?"
"Lo anak Hanlim, kan?"
"Iya, aku anak Hanlim."
"Bukan temennya Sunwoo?"
Gadis itu tiba-tiba menyengir lebar. "Bukan, hehe."
Haknyeon lantas mengangguk paham. Laki-laki itu menyuruh gadis tersebut untuk masuk ke dalam. Di langkah ke empat mereka berdua terpaksa berhenti saat Sangyeon dengan angkuhnya memalang jalan masuk.
"Siapa?"
"A-aku Na Mirae."
"Bang, jangan galak-galak kenapa," Haknyeon menyela tak enak.
Alih-alih peduli dan menurunkan nada suaranya, Sangyeon justru makin dingin. "Nyari siapa?"
"Ericnya ada, Kak?"
Sangyeon langsung berbalik. Baik Mirae maupun Haknyeon tak berani lagi memacu langkah. Jadi mereka berdua hanya mampu terdiam, mendengarkan detik jarum jam.
"Sorry ya, Bang Sangyeon aslinya ngga segalak itu kok," Haknyeon berujar, berusaha untuk meruntuhkan kecanggungan.
"Gapapa, Kak."
Tak lama kemudian Eric muncul di hadapan mereka berdua. Haknyeon pun pergi karena merasa dia tak lagi dibutuhkan di sini sebab Mirae sudah bertemu dengan Eric.
"Lo ngapain?"
"Cuㅡ"
"ERIC, SEBELUM LO CAKAP PANJANG LEBAR NANTI, MENDING LO KELUAR DARI DORM SEKARANG. GUE NGGA SUKA YA ADA ORANG ASING DI SINI."
Eric mendengus. Lantas menarik lengan Mirae dan membawa gadis itu keluar dari dormnya sambil berkata, "Itu Kak Chanhee. Congornya emang kaya kuda, berisik."
Mirae hanya mampu tertawa. Di tengah perjalanan mereka Mirae tiba-tiba bertanya, "Lo ngga kenapa-kenapa, kan?"
"Gue oke."
"Makasih ya buat kemarin."
Eric mengangguk. "Lo mau es krim?" tanya Eric tiba-tiba.
Tak ada alasan untuk menolak, Mirae akhirnya mengangguk setuju. Dan mereka berdua pun kembali memacu langkah menuju supermarket 24 jam yang ada di ujung jalan.
.
"Kev, gimana?"
Kevin mendesis frustasi. Kembali meneguk cola miliknya dan berujar, "Susah banget, Bang. Mau mampus aja gue."
Younghoon pun hanya mampu menghela nafas. "Pake programnya si Juyeon coba. Mungkin aja bisa."
"Udah dicoba, tetep aja ngga tembus."
"Hwall?"
"Ngga bisa. Kata Hwall rumit banget, programnya ngga bakal bisa nembus."
Baik Younghoon atau Kevin hanya mampu mendesah bingung. Entah harus bagaimana lagi mereka mengakali sistem milik Gedung Biru.
"Padahal gue udah upgrade program punya gue, tetep aja ngga kena. Bingung lama-lama, itu yang kerja di Gedung Biru niat amat sih."
Younghoon menjitak kepala Kevin. "Ya iyalah, mereka 'kan dibayar bodoh."
Jacob tiba-tiba saja masuk ke dalam ruang kerja milik Kevin dan Juyeon. Duduk di kursi milik Juyeon sambil bertanya, "Ada kemajuan? Kita ngga bakal bisa gerak kalo belom dapet apa-apa."
Kevin menatap Jacob memelas. "Ngga ada, Kak. Stress banget aku."
Jacob mendengus. Meminta Kevin bangkit dari kursinya, dan ganti dia yang berhadapan dengan tiga LCD besar di depan.
Tangan lentik yang biasanya memetik gitar kini menari lincah di atas di keyboard dan beberapa kali menggeser kursor di atas mouse. Younghoon menganga lebar, sedang Kevin biasa saja tapi tetap tak mampu menyenbunyikan gurat kagum dari wajah bulenya.
"Program yang kamu buat ada yang korup, Kevin. Lain kali teliti."
Kevin meringis bodoh sambil menatap layar LCD miliknya yang kini tengah menampilkan deretan kata berulang di atas black screen. Tercetak jelas di wajah Jacob bahwa dia puas telah memperbaiki program cacat milik teman se-negaranya.
Jacob lantas berdiri, meninggalkan Kevin dan Younghoon di ruangan tadi.
Younghoon tiba-tiba nyeletuk, "Gue ngga tau kalo Jacob bisa ngeretas juga."
Kevin tertawa kecil. "Mungkin kalian ngga akan percaya ini, tapi Kak Jacob mentor gue waktu masih di akademi."
"Serius?!"
Kevin tambah tergelak. "Kak Jacob bisa aja ninggalin grup ini dan ngediriin grup sendiri, tapi dia ngga mau."
"Kenapa?"
"Kak Jacob itu ngga suka jadi kepala. Dia juga lebih suka pegang senapan daripada pegang tanggung jawab."
"Wah, Bang Sangyeon harus hati-hati sama Kak Jacob."
"Ngapain hati-hati?" Kevin duduk di kursinya. "Wong hatinya Kak Jacob aja ada di Bang Sangyeon."
"NGOMONG APA KAMU, KEVIN?!"
Kevin meringis. "Ampun, Kak Bae."
Younghoon mendengus, melenggang pergi dari ruangan Kevin dan Juyeon. Kemudian mendumel, "Sumpek lama-lama di ruangan yang isinya cuma komputer doang. Bau CPU, anjir."

KAMU SEDANG MEMBACA
Daily Boyz
Fiksi PenggemarTadinya mau bikin The Boyz jadi mafia ala-ala gitu, tapi kayaknya cinta segibanyak lebih menarik ya? ⚠Trash word ⚠Informal ⚠Just FF!! status: on-going [slow]