16등

328 45 4
                                    

sorry for the late post😣
sorry for typo's too😄
oo

Jika Lee Hyunjae dan Heo Hwall adalah kombinasi mematikan, maka Lee Hyunjae dan Kim Younghoon adalah kombinasi berbahaya. Tidak, tidak. Sudah cukup dengan membuat adik termuda mereka mendapatkan delapan jahitan di kepala serta gips kecil di jari kelingking, mereka tidak berniat memperparah atau menambah luka yang tertoreh manis di tubuh lebam Sohn Eric. Sebab sesaat setelah laki-laki kelahiran Desember itu dihempas hingga menubruk televisi, Sangyeon menghentikan Hwall yang hampir mematahkan kaki kiri Eric. Katanya, "Stop. Gue baru inget kalau sebentar lagi kita bakal syuting Road to Kingdom."

Hwall jelas protes sebab nafsu untuk menghabisi temannya itu masih menggebu-gebu. Lantas, Hwall berlalu masuk ke dalam sebuah ruangan dan tak keluar lagi hingga sekarang.

Hyunjae memukul tangan kanan Younghoon yang gemetaran. "Lo bisa nggak sih?!" tanyanya agak sewot.

"Bisa, Hyun, bisa!! Lo jangan bikin gue panik dong, ini udah jahitan terakhir, sabar!!" Younghoon balas tak kalah sewot.

Sedangkan Jacob dan Changmin hanya mampu menjadi penonton seraya menyesap soju yang terhidang di hadapan mereka.

"Kenapa juga harus kita yang ngobatin Eric sih?! Jacob sama Changmin tuh, nganggur!" Hyunjae mendumel tak terima. Sudah jelas dirinya sangat tidak cocok dengan pekerjaan yang membutuhkan kesabaran dan ketelitian tingkat tinggi, tapi Sangyeon bisa-bisanya meminta dia untuk mengobati Eric setelah dirinya memukuli lelaki itu habis-habisan.

Younghoon menyeka keringat yang mengalir di keningnya. "Untung ya, Hyun, untung," katanya.

"Apa?!"

"Untung Bang Sangyeon selalu ngejadiin gue partner lo dalam segala hal jadinya lidah lo masih aman. Coba kalo orang lain, udah putus kali lidah lo saking ga tahannya mereka sama ocehan lo."

"Lo mau baku hantam di sini atau nyewa ring tinju?"

Jacob hampir maju jika saja lengannya tak ditahan oleh Ji Changmin. Laki-laki manis itu menggeleng, melarang sang kakak agar tidak bergabung di sanaㅡentah apa alasannya; mungkin takut jika Hyunjae dan Younghoon mendadak saling memukul dan Jacob terkena pukulan nyasar.

"Nanti mereka baku hantam lagi gimana, Ji?" Jacob kepalang panik.

"Nggak bakal. Liat," Changmin menunjuk sesuatu menggunakan dagunya. Jacob mengikuti arah yang ditunjuk Changmin dan mendapati Lee Sangyeon tengah memerhatikan dua orang yang menjadi teman sekamar tersebut sambil memainkan sebuah botol. "Bang Sangyeon bawa air keras. Mereka bisa disiram air keras sewaktu-waktu kalau nanti beneran baku hantam."

Jacob tersedak ludahnya sendiri.

.

Tadinya Chanhee ingin segera langsung bertolak ke Korea ketika ia sampai di Bandar Udara Internasional Los Angeles (LAX) begitu mendengar kabar bahwa Eric dipukuli hingga hampir mampus. Meski terkesan cuek, Chanhee tetaplah seorang kakak yang akan merasa khawatir setengah mati jika adik tersayangnya dikeroyok. Bukannya tak tahu dan bersikap bodo amat saat Eric tiba-tiba mengambil rute berbada dengannya dan Juyeon, serta berkata pada mereka bahwa dia sudah memiliki janji dengan seseorang. Bukan sekali dua kali pemuda Sohn melimpir dari tugas negara, tapi tak pernah terciduk basah hingga sampai ke telinga si kepala.

Juyeon sama peningnya, hampir menjedukkan kepala ke tiang terdekat kala Younghoon memborbadirnya dengan serentetan pertanyaan. Juyeon tak berniat membalas, lelaki itu langsung mengaktifkan mode pesawat dan membiarkan Younghoon memaki sendirian di sana. Biarlah, Juyeon tak peduli. Kenapa juga Eric bisa-bisanya ketahuan di saat dia sudah sangat ahli bersembunyi. Bocah gendeng.

"Juy, gimana?" Chanhee bertanya.

"Ya gimana? Gue juga gatau, Hee," Juyeon balas seadanya, ikut bingung.

"Pasti Bang Sangyeon bakal nanya macem-macem sama gue. Gue harus bilang apa kalo dia nanya udah sebanyak apa Eric bolos? Gue nggak mungㅡ"

"Lo bisa diem sebentar?"

"Juy,"

"Gue lagi mikir. Bukan cuma lo yang terancam mati, gue dan Eric pun juga, jadi diem."

Beberapa saat kemudian Juyeon mengeluarkan ponsel miliknya yang lain. Ponsel sekali pakai. Chanhee mengerutkan keningnya saat Juyeon menekan beberapa digit angka di sana.

"Lo mau apa?"

"Bang Yuta pasti bisa bantu."

"Gausah ngelibatin Bang Yuta deh. Gue gamau ngelibatin banyak orang."

"Tapi lo ngelibatin gue, Hee."

"Kenapa lo mau? Lo bisa aja noㅡ"

"Karena lo."

Well?

.

Kevin tersentak kaget saat seseorang tiba-tiba saja masuk ke dalam kamarnya. Jujur saja, Kevin bukan orang yang menjunjung tinggi privasi tapi Ju Haknyeon jelas orang yang menggilai hal tersebut. Haknyeon bisa saja melempar makian nan nyelekit jika saja netranya tak menangkap persepsi Hwall yang tampak kacau di depan pintu. Tak ada Sunwoo di belakangnya, jadi Haknyeon asumsikan bahwa Hwall ingin bertemu dengannya atau Kevin.

"Mau ketemu siapa, Hwall?"

"Kevin."

Lantas Haknyeon pun melimpir dari sana. Haknyeon itu tahu privasi dan batas.

Tak ada yang membuka percakapan bahkan setelah dua menit pintu ditutup. Hwall masih mematung, begitu pun dengan Kevin. Detik jarum jam seakan meledek, terus bergerak tanpa peduli kedua manusia yang berada di sana mati keki. Kevin bangkit lebih dulu, duduk di atas ranjang Haknyeon dan menepuk sisi kanannya yang kosongㅡmengisyaratkan pada pemuda Heo itu bahwa ia harus duduk di sana.

Hwall pun menurut.

Tak ada percakapan lagi sebelum akhirnya tangis Hwall pecah. Tidak meraung-raung seperti Hyunjae tapi dia terisak begitu hebat hingga nafasnya putus-putus. Kevin tak begitu peduli, membiarkan Hwall menangis sendirian tapi diam-diam Kevin menghela nafas lega. Rupanya, Heo Hwall tidak pernah berubah.

"Udah?" Kevin bertanya sesaat setelah Hwall berhasil mengendalikan tangisnya.

Hwall mengangguk. Kemudian tanpa aba-aba lelaki kucing itu meringsek masuk ke pelukan Kevin, kembali menangis di sana. Yang diterjang hanya mampu tersenyum kecil, mengusap surai kelam Hwall dengan jemarinya.

"A-aku nye-nyesel banget, Kak."

"Eric pasti ngerti."

"Tapi kita udah janji buat nggak saling menyakiti. Dia emang brengsek, blangsak, bajingan, bangsat tapi dia teman terbaik yang aku punya. But see, aku hampir membunuh dia dengan tanganku sendiri."

Kevin menarik tangan Hwall yang melingkar di lehernya otomatis pelukan mereka terlepas. Kevin memperhatikan buku tangan pemuda itu yang memar dan memiliki beberapa gores luka.

"Taㅡ"

Hwall menggeleng ribut. "Jangan, aku gapeduli sama tanganku. Karena tadi aku bener-bener hampir lost control aku mukulin apa aja yang ada di ruang latihan biar nafsu binatangku hilang. Tapi gabisa, aku masih pengen membunuh Sohn Eric."

Kevin speechless. Ditariknya lagi Hwall ke dalam dekapan, membiarkan pemuda manis nan garang itu terisak lagi di sana.

"Kenapa?"

Kevin diam, dia tahu Hwall masih ingin bicara.

"Kenapa harus Kakak?"

"Kenapa harus Kakak orang yang bisa ngedengerin aku, orang yang ngertiin aku, dan orang yang buat sesuatu di dalam sana jinak dengan sendirinya. Kenapa harus Kakak?"

"Kenapa bukan Bang Sangyeon, Sonu, atau Eric? Kenapa harus bajingan bernama Moon Kevin yang bisa ngelakuin itu semua?"

"Aku benci Kakak. Benci banget sampe rasa-rasanya aku mau mati."

"Kakak juga, Heo."

Di balik pintu, Kim Sunwoo mendengar segalanya.

Daily BoyzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang