sebenernya publish book ini buat iseng-iseng aja, book naked tanpa alurㅠㅠtapi ak ga nyangka ternyata ada yg baca, ada yg vote pula, makasih huhu :"
ooSangyeon dengan tenang duduk di salah satu kursi yang tersedia. Menunggu Bae Jacob yang saat ini tengah ditangani oleh seorang dokter. Sedang laki-laki yang tadi bersamanya menunggu di luar, Sangyeon yang meminta.
Beberapa menit kemudian sang dokter pun pamit mengundurkan diri, sebelumnya sudah memberi beberapa wejangan serta resep kepada Sangyeon yang tetap mempertahankan wajah datarnya.
"Maaf," Sangyeon tiba-tiba berujar, membuat Bae Jacob sedikit terkesiap.
"It's okay."
"Kenapa bisa kamu bareng sama J tadi?"
"Kerena aku yang minta dia ke sini?"
"Jacob, kamu tau jelas apa yang aku maksud."
"Bisa nggak kita bicarain ini dorm aja? Professional."
Sangyeon berdecih. "Professional? Apa melibatkan orang lain dalam tugas kita juga bisa disebut professional?"
"Lee Sangyeon."
"Bae Jacob. Saya diam bukan berarti saya nggak tau. Pikirmu, saya juga mampu kamu manipulasi seperti yang lainnya? Saya berdiri dan menyandang posisi leader bukan tanpa alasan. Jangan menggali kuburanmu sendiri."
Jacob lantas tertawa pelan. "Sombongnya. Lantas, kenapa kamu tetap diam di saat kamu sudah tau segalanya?"
Sangyeon diam beberapa detik. Mengundang tawa remeh yang kembali Jacob lepas ke udara.
"Kamu nggak perlu sok jago di hadapanku, Lee Sangyeon. Kamu memang kepala, tapi bagi negaraku kamu itu kaki. Jangan bersikap layaknya dewa di saat derajatmu bahkan lebih rendah dari jelata."
Sangyeon berdiri dari duduknya. Wajahnya sama sekali tidak menyiratkan emosi apapun. Datar dan tenang. Layaknya pembicaraan tadi tidak berpengaruh apapun pada mentalnya. "Kamu pulang dengan J," katanya.
"Ah, satu lagi," Jacob berujar, membuat Sangyeon mengurungkan langkahnya. "Berhenti panggil dia J. Namanya Jung Jaehyun."
Sangyeon tak lagi membalas. Tungkai kakinya melangkah menjauhi ranjang yang ditempati Bae Jacob.
Kali ini Lee Sangyeon berhasil mengendalikan amarahnya, lagi.
.
Sangyeon duduk di sofa bersamaan dengan Hyunjae, Younghoon dan juga Kevin yang keluar dari sebuah ruangan. Tak acuh, Sangyeon menutup kedua belah matanya sambil merenggangkan badan. Hyunjae dan Younghoon sontak berlutut, membuat Sangyeon kembali membuka mata karena mendengar suara gedebum yang lumayan keras.
"Lo pada mau ngapain?" tanyanya bingung.
"Minta maaf, Bang."
Kevin menggelengkan kepalanya di tempat ia berdiri. Sangyeon melempar tatap meminta penjelasan yang dibalas dengan gedikan bahu tak tahu. Kevin meringis dalam hati, Bang Hoon apa harus sepolos itu?
"Bangun, bangun. Apaan sih lu pada."
Hyunjae dan Younghoon mengabaikan ucapan sang leader.
"Kali ini mah beneran, Bang. Ampun gue," Younghoon kembali berucap.
"Iya, Bang. Maafin Hyunjae, ya."
Satu menit Sangyeon terdiam. Menatap Younghoon-Hyunjae bergantian. Merasa tak paham apa yang sedang dilakukan oleh kedua manusia itu. Kevin sudah lebih dulu masuk ke kamarnya, tak ingin melihat kebodohan dua orang kakaknya itu.
"Sumpah. Ini lo berdua kenapa begini. Bangun anjir, gue bukan CEO. Ngapain berlutut."
Hyunjae mengangkat kepalanya yang sedari tadi tertunduk. Saat mata mereka bersitatap, Sangyeon kepalang panik. Hyunjae menangis. Air mata itu mengalir deras persis ketika dia tahu bahwa salah satu adik tercintanya (read:Hwall) tertembak saat melakukan tugas negara. Pasalnya, Hyunjae itu sukar berhenti kalau sudah menangis. Seolah-olah kelenjar air matanya tak bisa berhenti memproduksi air mata.
"Aduh, lo jangan nangis gitu, Hyun. Sumpah, gapapa ini gue."
Mendengar bahwa partner in room-nya menangis, Younghoon buru-buru mendongak. Sedikit speechless sebelum akhirnya memeluk teman sekamarnya itu. Alih-alih berhenti atau setidaknya sudah tak begitu terisak seperti tadi, Hyunjae justru makin deras. Membuat Kevin berlari tergopoh-gopoh dari kamar mandi dengan mulut yang sedang mengapit sikat gigi miliknya.
Hyunjae meraung-raung. Menangisi sesuatu yang Sangyeon rasa tak perlu di tangisi. Bahkan Jacob dan hem Jaehyun yang baru saja datang juga ikut membatu di tempatnya berdiri.
Tak ada yang berani bergerak atau bersuara kecuali Younghoon yang masih setia mengusap pundak lelaki Lee itu sambil terus menggumamkan beberapa kata penenang.
"Udah, Hyun, malu," kata Younghoon.
"Gue lebih hiks malu sama Bang hiks Sangyeon. Dia udah hiks ngelindungin gue ta-tapi guenya hiks malah jahat sama diㅡHUWEEEEEEE."
Selama satu jam penuh Hyunjae menangis. Dan selama satu jam itu pula empat orang tidak berkepentingan yang berada di sana (Jacob, Kevin, Sangyeon, dan Jaehyun) tetap membatu di tempatnya sembari menahan kebas di kaki.
Hyunjae lagi nangis pun masih sempet-sempetnya nyusahin orang hhh.
.
Younghoon keluar dari kamar sambil menyeka kening. Mengangguk ke arah Sangyeon yang dibalas dengan dengusan nafas luar biasa lega. Hyunjae sudah dijinakkan dan saat ini tengah tertidur di dalam sana. Younghoon bilang, mata Hyunjae membengkak seperti bola golf dan rambutnya berdiri layaknya bulu kuduk.
Sangyeon menyodorkan sekotak pizza ke arah Younghoon yang kelihatannya lelah sekali. Lelah, karena yang kali ini ia urusi adalah Lee Hyunjaeㅡmaung grupnya.
"Makan, Hoon, makan. Abisin kalo bisa. Nggak tega banget gue ngeliat lo," kata Sangyeon.
Younghoon pun lantas tertawa kecil. Mengurus Hyunjae memang semelelahkan itu.
Kevin yang kali ini sudah tuntas dari acara menggosok giginya sudah duduk di lantai dan menyender di sofa. Handuk menggantung di lehernya, menandakan bahwa laki-laki itu baru saja selesai mandi.
"Capek banget, Bang?" tanya Kevin.
Younghoon mengangguk. "Lumayan. Hyunjae hidup aja udah nyusahin gue."
"Hate relationship, heh?"
Younghoon tersedak sampai terbatuk-batuk. Membuat Jacob buru-buru menyodorinya sekaleng cola. Yang kemudian ditandaskan dalam sekali teguk oleh laki-laki jangkung itu.
"Kalem, Hoon, kalem. Sampe keselek gitu."
"Eh, bajing ya lo, Jaehyun. Kaget gue sampah," Younghoon merutuk.
Laki-laki yang baru datang dari arah dapur itu tertawa. "Kalem aja, kalem. Ini gue, Jung Jaehyun bukan Ji Changmin."
Younghoon hampir saja bangkit dari duduknya untuk memukul Jaehyun jika saja getar ponsel tidak berhasil membuat perhatian seluruh orang yang berada di ruangan tersebut menoleh ke arah Sangyeon, sedangkan yang ditatap tampak tak tahu apa yang sedang terjadi.
Kevin berujar malas, "Bang Sangyeon, hape lo geter."
Sangyeon sedikit terkesiap dan buru-buru menarik ponselnya dari saku celana. Sunwoo menelponnya. Dengan cepat dia menggesek ikon berwarna hijau dan mendekatkan benda itu ke telinga.
"Bang, Eric nggak ke LA."
Satu baris kalimat tersebut berhasil membuat Lee Sangyeon mendatarkan ekspresinya dan melempar ponsel ke tembok.
Sohn Eric benar-benar bajingan kecil yang meminta untuk dilenyapkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Daily Boyz
Fiksi PenggemarTadinya mau bikin The Boyz jadi mafia ala-ala gitu, tapi kayaknya cinta segibanyak lebih menarik ya? ⚠Trash word ⚠Informal ⚠Just FF!! status: on-going [slow]