Sunwoo yang sedari tadi fokus dengan jalanan yang ada di depannya kini menoleh ke arah Sangyeon yang sedang menelepon seseorang. Tak banyak kata yang Sangyeon keluarkan, tapi jelas kalimat orang yang ada di seberang sana berhasil menyulut emosi seorang Lee Sangyeon. Terbukti dengan menajamnya pandangan dan gemeletuk gigi milik pemuda Lee tersebut.
"Nu, berapa menit lagi?"
"Dikit lagi sih, Bang. Mau mampir dulu, ngopi?"
Sangyeon menggeleng. "Telepon Chanhee, minta tolong ke dia buat kasih tau Changmin dan Hwall buat putar haluan ke barat daya."
Sunwoo tak mengerti. Tapi dia bergegas melaksanakan perintah sang leader.
"Ada apa emangnya, Bang?"
"Polisi."
Ah, Sunwoo mengangguk paham. Dia menelepon Chanhee dan memberitahukan pesan Sangyeon kepada pria kecil itu.
"Terus kita gimana, Bang?" tanya Sunwoo sesaat setelah dia usai menelepon Chanhee.
"Lanjut terus. Si Daniel kalo dibiarin makin kurang ajar. Kirim Jacob ke posisi sudut. Pastiin itu titik buta cctv, kalau terlanjur ketangkep kasih tau Juyeon buat atur semuanya."
Sunwoo kembali mengangguk paham. Dia pun menelepon lagi, tapi kali ini ke Jacob serta Juyeon.
Sangyeon tersenyum. "Dan satu lagi, Chanhee harus stand by di posisi terdekat bareng Hyunjae. Jacob ngga boleh luka, meskipun satu centimeter."
Sunwoo tak serta merta merespon ucapan Sangyeon. Laki-laki itu justru terlihat sedikit panik. "Bang, Hwall ngamuk. Dia nembak salah satu polisi."
Sangyeon membuang nafas gusar. Sedikit sebal dengan manusia kucing miliknya. "Habisin. Percuma kalo mati satu."
Sunwoo mengangguk. Kembali berkata lewat benda yang menempel di telinganya. Beberapa menit kemudian Sunwoo menoleh takut-takut ke arah Sangyeon. "Bang, polisi udah habis. Kak Changmin dan Hwall lagi balik ke agensi. Kak Chanhee lagi otw ke tempat Jacob."
"Great."
"Satu lagi, Bang. Kak Hyunjae nanya, kapan eksekusinya."
"Dua puluh tiga menit dari sekarang. Dan kita harus sampai di Daniel sepuluh menit sebelum waktunya."
Sunwoo diam-diam mengulum senyum. Dia suka pertarungan hening.
.
Ke sembilan orang tersebut ramai-ramai masuk ke dalam ruang latihan. Menatap jengah dua orang lainnya yang tengah memakan pizza dengan santai.
"Eh anjir, bangsat ya lo Hyunjae gue ditinggal di SOPA sendirian," Younghoon tiba-tiba memaki.
Hyunjae melengos, berbaring di atas lantai ruang latihan. "Bacot banget, Hoon."
"Abis darimana nih, kusut amat mukanya."
Tak ada yang menjawab pertanyaan sang maknae. Chanhee tiba-tiba saja mengambil se-slice pizza dan memakannya. Duduk di samping Younghoon dan berkata, "Gue ngga ngapa-ngapain tapi kok capek banget ya, Hoon."
"Ada apa sih, Kak?"
Alih-alih Chanhee yang menjawab pertanyaan Eric, justru Haknyeon lah yang lebih dulu menyela, "Eh, lo tadi kemana sama si Mirae?"
"Makan di supermarket."
"Buset, kane bener. Gue telponin juga, ngga diangkat-angkat. Durhaka lo, Ric," Haknyeon mendumel.
"Ngga bawa hp. Lagian pas gue balik, dorm mendadak sepi, ada Bang Juyeon sama Bang Kevin doang, itu pun mereka lagi sibuk."
Tak ada yang membalas perkataan Eric.
"Ih dikacangin, bangsat."
"Tugas negara. Ngomong sekali lagi gue suruh Chanhee ngukir algoritma di badan lo," Hyunjae menyahut garang.
Eric bergidik ngeri sedang Younghoon mati-matian menahan tawa. Mereka bertigaㅡbersama Chanhee tentunyaㅡmemutuskan untuk meneruskan acara mari-kita-makan-pizza-sebelum-mati.
Sangyeon lebih dulu berdiri. Merenggangkan otot kakinya sambil berkata nyaring, "Ayo bangun, latihan. Comeback kita sebentar lagi."
Sunwoo yang masih berbaring di atas lantai buru-buru merubah posisinya menjadi tengkurap, menutup telinganya, dan menggeleng dramatis. "Oh tidakkkkkkk."
Tersenyum melihat respon yang diberikan Sunwoo, Sangyeon kembali melanjutkan, "Mode idol, on." Dan berhasil mendapatkan pekikan protes dari sepuluh orang yang berada di sana.
.
Juyeon serta Kevin menyender lelah di sandaran sofa untuk yang ke sekian kalinya dalam tiga puluh menit terakhir. Alih-alih berlatih dance atau vocal keduanya justru terdampar di ruangan antah berantah (sebenarnya tidak antah berantah juga, tapi Sangyeon lah yang biasanya selalu ke sini).
Mereka berdua buru-buru duduk tegap saat melihat pintu di buka dari luar. Kedua laki-laki berbeda kewarga negaraan itu pun sedikit melengos saat tahu siapa yang datang.
Laki-laki dengan outfit serba ketat juga hitam, dengan ekspresi datar dia meniupkan gelembung permen karet dari dalam mulutnya.
"Anjir, gue kira si bos." Juyeon mendadak keki, sebal.
"Bos mana nih?"
"Bos asli lah. Bang Sangyeon mah bos-bos-an."
Hwallㅡlaki-laki yang baru datang tadiㅡhampir saja menendang wajah tampan Juyeon jika saja dia tak memiliki kontrol yang bagus dalam hal emosi. Manusia kucing itu duduk di sofa yang berbeda dari Juyeon dan Kevin.
"Ngapain sih dikumpulin lagi. Muak banget gue ketemu sama lo berdua," Hwall berkata pedas.
Kevin mendelik. "Ni kocheng emang ngga ada tobatnya. Udah lepas tugas juga masih ngeselin banget."
Juyeon terbahak. "Dia ngga lepas tugas woi. Inget, pangkat dia lebih tinggi dari lo, makanya dia dibebasin."
"Heleh, tetep aja bocah."
Hwall mendadak menyodorkan kakinya di depan Kevin. Juyeon sedikit terbelalak, akan tetapi Kevin tampak biasa saja. Memasang wajah datar meski ia tahu bahwa kaki itu bisa saja menghantam wajah tampannya.
"Banyak bacot lo, Bulan."
Juyeon menurunkan kaki Hwall dari hadapan Kevin. "Dek, turunin. Ngga sopan," katanya.
Hwall melempar senyum sinis. Menaruh kakinya di atas meja dan membawa kaki lainnya untuk ikut serta di atas sana.
"Lo, tetap memuakkan ya, Moon Kevin."
"Dan lo, tetap menjijikkan ya, Heo Hyunjoon."
Seperti yang diharapkan oleh kaum rebahan. Perkelahian tak terelakkan di sana. Hwall meninju Kevin sedetik kemudian, yang dibalas tendangan di perut sixpack milik Hwall oleh laki-laki kelahiran Kanada itu. Sedang Juyeon tak mampu berbuat apa-apa selain memisahkan diri dari adegan bar-bar di hadapannya.
"Gue mau resign aja dari The Boyz. Mau pindah aja ke grupnya Kak Taeyong."
Poor, Lee Juyeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daily Boyz
ФанфикTadinya mau bikin The Boyz jadi mafia ala-ala gitu, tapi kayaknya cinta segibanyak lebih menarik ya? ⚠Trash word ⚠Informal ⚠Just FF!! status: on-going [slow]