"Jack, udah sore, nih, kita pulang, yuk!" ajak Jova.
"Ayo. Kak kita berdua pamit dulu, ya."
"Iya. Hati-hati di jalannya. Jangan pernah kapok untuk main ke rumah Kakak, ya. Dan pintu rumah ini selalu terbuka untuk kalian berdua."
"Iya, Kak. Kita akan sering ke sini. Dan membantu Kakak untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi dengan Juna," ucap Jova.
Kak Renal tersenyum. "Terima kasih."
"Ya sudah kita pulang dulu ya, Kak. Jika ada sesuatu yang terjadi dengan Juna Kakak langsung hubungi Jack saja, ya. Dan titipkan salam dari kita untuk orang tua Kakak."
"Iya, Jack, siap. Eh, gimana kalo kalian pulangnya diantar sama Kakak saja?"
"Tidak usah, Kak. Kita bisa naik taxi lagi. Kakak lebih baik di sini saja jagain Juna. Kasihan dia kalo ditinggal sendirian di rumah, apalagi keadaannya sedang tidak baik seperti itu," tolakku dengan baik.
"Baiklah. Hati-hati."
"Iya, Kak."
Aku dan Jova pun keluar dari rumah Kak Renal untuk pulang ke rumah.
Saat di dalam taxi, Jova membuka pembicaraan.
"Jack?"
"Hmmm?"
"Apa tadi kamu melihat ada yang aneh dengan tatapan mata Juna? Aku seperti baru pertama kali melihat mata itu. Maksudku, itu seperti bukan mata Juna. Apa kamu mengerti dengan maksudku, Jack?"
"Iya, aku melihatnya. Aku juga berpikiran sama denganmu. Aku merasa jika itu bukan mata Juna tapi mata orang lain. Karena mata Juna itu walaupun bulat tapi tatapannya lembut tidak seperti tadi tatapannya seperti penuh dengan amarah dan kebencian."
"Aku pikir hanya aku saja yang merasa seperti itu. Ternyata kamu juga, Jack. Apa itu merupakan mata dari makhluk yang mengendalikan Juna?"
"Bisa jadi, Va. Sekarang aku mengerti dengan maksud Joni. Joni bilang dia merasa akan terjadi sesuatu dengan Juna. Dan mungkin sesuatu itu yang sedang dialami oleh Juna sekarang. Mungkin karena mereka adalah saudara kembar jadi mereka punya ikatan yang sangat kuat. Sehingga Joni bisa merasa akan ada hal buruk yang terjadi dengan Juna."
"Apa Joni tahu siapa pelaku di balik ini semua?"
"Aku juga tidak tahu, Va. Semoga saja Joni memberikan petunjuk kepadaku, agar aku bisa membantu Juna."
"Aamiin. Semoga saja, ya, Jack. Jadi, ini misi barumu?"
"Iya. Ini misi baruku. Dan aku sangat tertarik dengan kasus yang satu ini."
"Aku juga tertarik, Jack. Tapi, aku merasa takut."
"Jangan takut. Kan, ada aku yang akan selalu berada di sampingmu untuk menjagamu," ucapku sambil sedikit menggodanya.
"Makasih banget lho, Jack. Dedek jadi malu by the way digombalin kayak gitu."
"Dasar alay." Aku terkekeh.
"Biarin alay juga, kamu tetep sayang kan sama aku."
"Aku ngga sayang tuh sama kamu."
"Bohong banget kamu, Jack. Kamu emang ngga sayang sama aku tapi kamu sayang banget kan sama aku."
Aku tersenyum mendengar ucapannya itu. "Tahu aja kamu, Va."
"Tahu lah. Kalo ngga tahu mah kebangetan banget aku."
"Iya, deh, iya." Aku mengelus rambutnya yang panjang dengan penuh kasih Sayang.
•••
Setelah melaksanakan solat magrib aku turun ke bawah untuk menonton tv bersama Bunda. Karena Ayah belum pulang kerja sedangkan Varel sedang main ke rumah Jova. Iya, dia memang lebih senang menghabiskan waktunya di rumah Jova daripada di rumahnya sendiri. Terkadang aku ingin berkata 'ya sudah kamu pindah saja sana ke rumah Jova' tapi aku tidak pernah mengatakannya. :v
KAMU SEDANG MEMBACA
WHISPER (COMPLETED)
Teen Fiction"Bisikan-bisikan itu yang selalu aku dengar ditelingaku setiap hari. Baik siang maupun malam. Namun, aku tidak pernah merasa terganggu. Karena, aku senang bisa membantu mereka, selama aku mampu melakukannya." -Jacken...