Bidadari Azizah #4

41 7 22
                                    

"Tadi kamu berbicara dengan siapa, Sayang?" tanya bunda saat aku keluar dari kamar mandi.

"Tidak dengan siapa-siapa, Bun, tadi ada hantu yang isengin Jack saja," jawabku yang langsung duduk di samping Bunda yang sedang duduk di atas sofa.

Bunda tertawa kecil, lalu memeluk tubuhku. "Hahah! Diisengin seperti apa, Sayang? Kok, bisa sih?" tanya Bunda sambil merapikan rambutku yang sangat berantakan. Iya kalian bayangin saja, aku tidak menyisir rambutku dari tadi siang. Hehe!

Aku membalas pelukan Bunda. "Tidak tahu, Bun, itu hantu kurang kerjaan saja mungkin. Masa iya dia pindahin hoodie Jack. Yang tadinya di kiri jadi di kanan," aku menjawab pertanyaan dari Bunda dengan nada yang kesal. Kesal dengan hantu iseng itu.

"Kok lucu ya, Sayang, hahah! Mungkin dia hanya ingin mengambil perhatian kamu saja, dia kesepian. Dia ingin mencari teman." Bunda malah tertawa.

"Hmmn, mungkin juga, Bun, tapi kan jika dia ingin berteman dengan Jack tidak seperti ini caranya. Dia juga tidak menampakan dirinya, Bun...." Aku menghentikan ucapanku sejenak, karena tiba-tiba aku teringat sesuatu. Aku kaget dan langsung melepaskan pelukan Bunda.

"Astagfirullahalazim!" Pekikku. Yang membuat Bunda kaget juga.

"Ada apa, Sayang? Kenapa kamu terlihat kaget seperti ini?"

"Bagaimana jika hantu yang iseng itu adalah seorang perempuan, Bunda? Tadi kan, Jack sedang berganti pakaian. Ah, tidak, Bunda. Jangan-jangan itu hantu emang perempuan, dan dia tadi mengintip Jack yang sedang berganti pakaian. Ah, ya ampun. Jika iya, itu adalah hal yang sangat memalukan. Ah, Bunda, Jack malu." Aku berbicara dengan nada yang sangat cepat dan panik.

"Ya Allah, tenanglah, Sayang. Buang jauh-jauh semua pikiran burukmu itu. Lagipula jika memang dia mengintipmu, kamu tadi kan pake celana jadi kamu aman. Hehe!"

"Ih, Bunda, mah, tapi kan tetep saja Jack malu."

"Iya Bunda sangat paham. Tapi, kan itu sudah berlalu. Jadi, lupakan saja!" Bunda mengelus rambutku sambil tersenyum.

Aku juga mulai tersenyum kembali. "Ya, deh. Jack akan melupakan kejadian yang tadi. Tapi, jangan bilang kepada siapa-siapa ya, Bun."

"Iya, Bunda janji tidak akan menceritakan hal ini kepada siapa-siapa!"

"Terima kasih, Bunda."

"Iya, sama-sama."

"Oh, iya, Bun. Tadi siang, saat Jack sedang berbicara dengan Azizah, tiba-tiba Azizah tersenyum. Apa itu artinya Azizah mendengar semua yang dikatakan Jack kepadanya?"

"Apa benar dia tersenyum, Nak? Kamu tidak salah lihat, kan?" Nampaknya Bunda masih belum percaya dengan apa yang aku katakan barusan.

"Iya, Bunda, beneran. Jack sangat yakin jika Jack tidak salah lihat. Azizah benar-benar tersenyum. Senyuman yang sangat Jack rindukan dari wajahnya." Aku berusaha untuk meyakinkan Bunda. Agar Bunda percaya dengan apa yang aku katakan kepadanya.

"Jika memang seperti itu. Mungkin saja Azizah bisa mendengar suara kamu, Nak. Dan Bunda kasih saran, sebaiknya kamu sering-sering mengajak Azizah mengobrol, siapa tahu hal itu bisa memancing Azizah untuk membuka matanya kembali."

"Baik, Bunda. Akan Jack lakukan!"

"Bagus! Sudah jam 9 lewat, sebaiknya kamu tidur, Sayang! Besok kamu harus sekolah, kan!" Perintah Bunda.

Karena aku adalah anak yang berbakti kepada orang tua, terutama Bunda, jadi aku menurut saja. "Baik, Jack akan tidur. Namun, Bunda juga harus tidur!"

"Bunda akan tidur, setelah kamu tidur, Sayang. Kamu tidur duluan saja, ya! Tidurlah di sini!" Bunda menepuk-nepuk pahanya.

Aku yang mengerti dengan maksud Bunda pun langsung tidur di pangkuan Bunda.

WHISPER (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang