Sosok Misterius #2

159 20 51
                                    

Pelajaran English berjalan dengan lancar. Bel istirahat pun sudah menggema di penjuru sekolah. Semua penghuni kelas segera berhamburan keluar dari kelasnya masing-masing. Untuk pergi ke lapangan olahraga, ke kantin, ke perpustakaan, atau hanya sekedar menghirup udara segar di luar kelas.

Saat hampir semua orang yang ada di dalam kelas keluar. Aku masih setia duduk di mejaku. Rasanya sangat malas sekali untuk melangkahkan kakiku, walaupun cacing yang ada di dalam perutku sudah berteriak meminta makan kepadaku. Namun, rasa malas yang datang mendadak ini sudah menguasai tubuhku sehingga aku memustuskan untuk tetap berada di dalam kelas sambil membaca novel yang sengaja selalu aku bawa dari rumah untuk menghilangkan rasa bosanku saat berada di sekolah. Oke. Aku akan membaca novel sampai jam istirahat selesai. 

Jova yang sudah selesai merapikan bukunya pun langsung mengajakku untuk ke kantin.

"Jack, ke kantin, yuk! Perutku sudah lapar sekali, mungkin cacing yang ada di dalam perutku ini sedang memukul drum sambil berteriak minta makan kepadaku sekarang."

Aku tersenyum mendengarkan pernyataannya yang selalu hiperbola tanpa mengalihkan pandanganku dari novel yang sedang aku baca.  dia memang selalu berlebihan terhadap hal apapun. Dia juga terkadang bersikap sangat
manja kepadaku, mungkin karena dia merupakan anak tunggal. Jadi, yah, begitu. Apapun keinginan yang dia minta, Pasti kedua orang tuanya selalu menurutinya hanya untuk melihat senyuman cerah di wajah putri kesayangan mereka ini.

"Ha-ha! Bisakah kamu tidak lebay sehari saja, Va? Kalo kamu benar-benar lapar, kamu ke kantinnya sendiri saja, yah. Soalnya aku sedang malas melangkahkan kakiku ke mana-mana," jawabku yang masih anteng dengan novelku.

Walaupun aku tidak melihat wajahnya tapi aku sangat yakin dia sedang menekuk wajahnya, dan pasti sebentar lagi dia akan mengomel kepadaku dan memaksaku untuk menemaninya ke kantin. Lihat saja! Dalam hitungan ketiga pasti dia akan melakukannya satu.....dua...ti...

"Ish, Jack. Kamu kok males terus, sih? Kamu sudah seperti seorang Ibu yang sedang hamil besar saja, malas ke mana-mana. Ayolah! Temani aku ke kantin...!"

Nah, benar kan tebakanku yang tadi. Bahkan sebelum selesai menghitung pun dia sudah meletup saja.

Dengan wajah yang pura-pura tidak perduli aku menjawab, "jangan mengomeliku seperti itu, Va. Kamu seharusnya mengomeli Si Malas suruh siapa dia menghampiriku tiba-tiba sehingga aku tidak ingin melangkahkan kakiku sama sekali, jadi jangan salahkan aku."

Aku menahan tawaku sekarang, dan aku rasa Jova akan lebih meletup lagi daripada yang sebelumnya atau mungkin akan meledak. Mari kita saksikan sesaat lagi.

"Jangan main-main, Jack! Aku sedang serius jadi tolong hargailah sedikit!" pintanya, ternyata dia tidak meledak melainkan mereda. Kesal dugaanku kali ini salah.

"Aku juga serius. Kamu kira aku sedang main-main?" aku tidak mau kalah. Sebenarnya aku sedang menggodanya saja, sih.

"Haruskah aku menggendong tubuhmu yang jangkung itu ke kantin agar kamu mau menemaniku ke kantin?"

Aku tengokan kepalaku ke arah Jova yang sedang berdiri di sampingku sambil mengerucutkan bibirnya. Dia terlihat sangat bodoh dengan wajah seperti itu tetapi tidak menghilangkan kesan cantik dan memesona di wajahnya. Tidak tega melihat sahabatku ini memohon terus kepadaku, akhirnya aku pun menyerah dan mengiyakan ajakannya itu.

"Aku tidak ingin wajahmu mengkerut lebih cepat karena kamu selalu mengerucutkan bibirmu seperti itu. Jadi, ayo kita ke kantin!"

Ucapanku yang langsung disambut oleh senyuman  manis di wajahnya. "You're the best, Jack."

Dengan semangat dia menarik tanganku menuju kantin, apa sahabatku ini memang sudah sangat lapar sekali?

Sesampainya di kantin Jova langsung memesan makanannya. Sementara aku,  menunggunya di salah satu meja kosong yang ada di sana sambil membaca novelku. Ya, aku membawa novelku ke kantin.

WHISPER (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang