Sepuluh bulan kemudianAku sedang bersantai dengan Jova di ruang keluarga, aku sedang tidak bertugas karena aku harus menemani dan menjaga Jova yang sedang hamil tua.
"Jack, coba kamu pegang perutku dan apa yang kamu rasakan?" perintah Jova sambil menarik tanganku untuk memegang perutnya yang sudah sangat besar, maklum karena janin yang ada di dalam perutnya Jova ada dua, iya, insyaallah kita akan mempunyai anak kembar berjenis kelamin laki-laki.
Aku tersenyum. "Mereka seperti sedang menendang-nendang perutmu, Sayang!"
"Haha! Iya, sepertinya mereka akan menjadi anak yang sangat aktif dan tidak bisa diam sepertimu." Jova terkekeh.
"Lebih tepatnya, mereka akan tumbuh menjadi seorang anak yang aktif, pintar, tampan, dan sholeh. Seperti ayahnya," ucapku dengan bangganya.
"Hahaha! Iya, aamiin ya Allah. Aku sudah tidak sabar ingin melihat dan menggendong mereka, Jack."
"Aku juga, Jova. Kita harus bersabar, sebentar lagi pasti mereka akan segera lahir ke dunia ini."
"Ya. Aku akan bersabar. Dokter Bilqis memperkirakan aku akan melahirkan sekitar satu minggu lagi."
"Itu hanya perkiraan seorang Dokter saja, kan? Yang tahu pasti tentang hal itu hanya Allah saja. Kita hanya perlu menunggu sampai waktu itu tiba," kataku kepada Jova sambil memeluknya dan mencium puncak kepalanya.
Pada saat yang bersamaan, Zakia dan Alfan datang berkunjung sambil membawa Thomas dan Theresa, kedua anak kembar mereka. Entah sudah ditakdirkan untuk menjadi sahabat sejati atau bagaimana aku juga tidak mengerti, kita punya anak saja sama-sama kembar. Bedanya, anak Alfan dan Zakia berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Sedangkan aku dan Jova kembar laki-laki. Oh iya, usia Thomas dan Theresa baru satu bulan.
"Assalamualaikum Aunty Jova dan Uncle Jack," sapa Alfan dengan nada seperti anak kecil. Seolah yang menyapa kita berdua itu Thomas dan Theresa.
"Wa'alaikumussalam anak-anak manis!" jawabku mewakili Jova.
Zakia menghampiri Jova, sedangkan Alfan menghampiriku.
"Sini, uncle mau gendong Theresa," kataku sambil mengambil Theresa dari gendongan Alfan.
"Ya ampun, Theresa lucu sekali. Lihat Alfan! Dia terlihat sepertimu. She's just like you in small version," kataku setelah mencium pipi Theresa dengan sayangnya.
"Yes she is. But Thomas look like Zakia, look at his eyes and his mouth! That's Zakia's eyes and Zakia's mouth!" balas Alfan sambil menunjuk Thomas yang sedang berada di gendongan Zakia.
"Aku jadi tidak sabar ingin melihat calon dua jagoanku, apakah mereka akan mirip denganku atau Jova. So excited," kataku agak greget.
Jujur saja, sebenarnya aku sudah sangat tidak sabar. Tapi, mau gimana lagi? Aku tidak bisa memaksa mereka untuk keluar dari perut Jova, kan? Kalau pun bisa, itu akan menjadi hal yang sangat mengerikan. Aku tidak ingin membayangkannya juga.
"Feelingku mengatakan Si Kembar akan mirip dengan Jova, Jack. Soalnya mereka 'kan laki-laki. Biasanya anak laki-laki itu mirip dengan ibunya. Tapi aku juga tidak tahu pasti, kita lihat saja nanti. I'm so wondering," sahut Zakia tersenyum sambil menatap Jova.
Jova terlihat tersenyum. Namun, senyumannya itu tidak bertahan lama karena tiba-tiba dia mengaduh kesakitan sambil memegang perutnya.
"Argh, sakit!" ringis Jova sambil memegang perutnya. Dan tentu saja hal itu membuat kita semua panik. Terutama aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHISPER (COMPLETED)
Teen Fiction"Bisikan-bisikan itu yang selalu aku dengar ditelingaku setiap hari. Baik siang maupun malam. Namun, aku tidak pernah merasa terganggu. Karena, aku senang bisa membantu mereka, selama aku mampu melakukannya." -Jacken...