Aku dan Jova masuk ke dalam ruang ICU. aku melihat dia di sana, orang yang aku cintai. Dia sedang terbaring lemah dengan kedua matanya yang tertutup rapat. Dia dikelilingi orang yang menyayanginya termasuk Bunda.
Semuanya masih terlihat sedih dengan kenyataan ini. Namun Bunda terlihat kaget saat melihat Aku dan Jova masuk. Mungkin Bunda kaget karena aku datangnya bersama Jova. Kalian pasti tahu alasannya, kan? Jadi jangan dibahas lagi.
"Bunda!" Jova langsung mencium tangan Bunda.
Bunda melirik ke arahku seolah dia sedang berkata. "Ada apa, Nak? Kenapa Jova bisa ada di sini?" Aku hanya menganggukkan kepalaku sambil tersenyum. Seolah menjawab, "tidak apa, Bun, dia sudah tahu semuanya. " Bunda yang mengerti dengan maksudku hanya mengangguk lalu kembali lagi dengan Jova.
"Eh, Sayang, kapan kamu ke sini?" tanya Bunda dengan nada yang agak canggung. Aku tahu Bunda juga merasa tidak enak kepada Jova karena dia juga sudah menutupi ini dari Jova.
"Baru saja, Bun," balas Jova sambil tersenyum. Bunda membalas senyuman Jova sambil mengelus sayang rambut Jova seperti biasanya.
Lalu, Jova mengarahkan pandangannya ke arah Umi dan Abi. "Saya ikut sedih dengan keadaan Azizah, Om, Tante. Semoga Azizah cepat sembuh, ya!"
"Aamiin ya Allah. Terima kasih atas doanya, Nak," tanggap Abi mewakili Umi. Sepertinya Umi masih sangat terpukul sehingga dia enggan untuk banyak bicara saat ini. Aku bisa mengerti dengan keadaan Umi, karena aku juga merasakan hal yang sama dengan beliau.
"Sama-sama, Om."
"Jangan panggil kami dengan sebutan Om dan Tante. Panggil saja kami dengan sebutan Umi dan Abi," tambah Abi.
"Baik, Abi, Umi, dan ini siapa?" tanya Jova sambil menujuk Azam yang sedang berada di dalam dekapan Umi.
"Namanya Azam. Dia adiknya Azizah." Akhirnya Umi angkat bicara juga.
"Oh, hai, Azam. Senang bertemu denganmu."
"Senang bertemu dengan Kakak juga. Pasti Kakak ini Kak Jova, ya? Kak Azizah sering menceritakan Kakak. Katanya Kakak adalah sahabat terbaik yang Kak Jack miliki di dunia ini," lanjut Azam.
Hmm, apa iya Azizah suka bercerita tentang Jovania kepada Azam?
Jova hanya tersenyum. "Pernyataan yang benar adalah, Jack sahabat terbaik yang Kakak punya."
Mendengar itu Azam juga tersenyum. "Sama saja, Kak."
"Hehe!"
Aku kembali menatapnya yang sedang terbaring. Aku dekatkan bibirku dengan telinganya. Lalu aku bisikan sesuatu di telinganya, "Zi, aku di sini untuk menjagamu. Aku merindukanmu. Segeralah buka matamu!"
Rasa sialan itu selalu datang setiap aku menyaksikan Azizah dengan kondisi seperti ini. Dadaku selalu terasa sakit dan sesak, jika terus seperti ini aku akan mempunyai riwayat panyakit asma, and i hate it. Ya Allah, Jack benar-benar takut kehilangan Azizah. Jack mencintai Azizah, ya Allah. Dadaku semakin terasa sesak dan sakit. Bersamaan dengan itu air mataku tumpah. Semakin aku tahan air mata ini semakin sakit juga rasa di dadaku ini. Aku langsung memeluk Bunda.
"Shhhhh! Jagoan Bunda tidak boleh menangis seperti ini! Kamu lupa dengan apa yang Bunda katakan tadi, ya?" Bunda berusaha untuk menenangkanku, didekapnya tubuhku yang terasa lemas ini.
Jova juga ikut memeluk tubuhku. Namun pelukan dari dua orang yang sangat aku sayangi ini tidak bisa membuat perasaanku membaik, justru aku semakin merasa sakit bersamaan dengan air mata yang selalu mengalir dari pelupuk mataku.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHISPER (COMPLETED)
Teen Fiction"Bisikan-bisikan itu yang selalu aku dengar ditelingaku setiap hari. Baik siang maupun malam. Namun, aku tidak pernah merasa terganggu. Karena, aku senang bisa membantu mereka, selama aku mampu melakukannya." -Jacken...