Juna & Joni #5

67 11 32
                                    


Saat di perjalanan...

"Kak, cepetan! sedang terjadi kerusuhan di rumah sekarang," ucap Joni yang datang tiba-tiba.

"kerusuhan apa, Joni?" tanyaku dengan wajah bingung sekaligus ingin tahu.

"Dia menyakiti Mama dan Papa, Kak," jawab Joni dengan nada yang cepat lalu dia menghilang seperti biasa. Padahal masih ada hal yang ingin aku tanyakan sama dia.

Namun dari jawabannya yang singkat itu aku bisa mengerti apa yang dimaksud Joni dengan kata 'Dia' tadi. Pasti itu Jujun. Jujun sedang menyakiti Mama dan Papa Kak Renal.

"Bisakah Kakak mempercepat laju mobilnya. Orang tua Kakak sedang dalam bahaya dan kita harus segera sampai di rumah Kakak secepat yang kita bisa," tukasku kepada Kak Renal yang sedang fokus menyetir di depan.

"Ya Allah. Mama, Papa." Dengan nada yang cukup kaget Kak Renal langsung mempercepat laju mobilnya.

"Semoga jalannya tidak macet," harap Jova.

"Semoga saja, Va," lanjutku.

Dan untungnya jalanan Bandung hari ini tidak macet. Terima kasih Ya Allah.

•••

Kita bertiga sudah sampai dan masuk ke dalam rumah Kak Renal. Kita dikejutkan dengan tetesan darah di lantai.

"Ya Allah, Jack, ini tetesan darah siapa?" tanya Kak Renal sambil menutup kedua mulutnya kaget dengan apa yang dia lihat.

"Ini seperti tetesan darah hewan, Kak, apa Kakak memelihara hewan? Jack, sangat yakin ini tetesan darah hewan. Karena Jack lihat Mama dan Papa Kakak sedang disekap oleh Juna maksud Jack Jujun di kamar atas," jawabku.

"Ya ampun Neko." Kak Renal langsung berlari dan mengikuti ke mana tetesan darah ini mengarah.

Dan benar saja di dekat ruang televisi ada seekor kucing berwarna kuning kecoklatan tergeletak di atas lantai dengan lehernya yang seperti habis digorok oleh sesuatu, mungkin dengan pisau.

"Neko. Kenapa dia tega membunuh Neko seperti ini? Salah dia apa? Dia hanya seekor kucing jantan yang baik. Tidak tahukah dia Neko sudah menemaniku sejak aku SMP? Tapi, dengan seenaknya dia membunuh Neko." Terlihat dengan jelas kesedihan di wajah Kak Renal.

"Juna pernah bilang. Bahwa Jujun akan menyakiti siapa saja yang dekat dengan Juna, jika Juna tidak mau menuruti permintaannya," ucapku.

"Kak Renal, yang sabar, ya," tambah Jova.

"Dia tidak bisa dibiarkan," geram Kak Renal.

"Tolong! Tolong!"

Ada suara orang minta tolong di lantai atas. Aku sangat yakin jika itu adalah suara Mama dan Papa Kak Renal.

"Mama! Papa!" Buru-buru Kak Renal lari ke atas untuk melihat orang tuanya. Jova juga mengikuti Kak Renal dari belakang.

Sementara aku tertahan di ruang televisi ini. Seperti ada sebuah aura yang menarikku untuk mendekati ruang televisi lebih dekat lagi. Sampai akhirnya aku mendapatkan sebuah penglihatan yang sangat penting. Di sana aku melihat terjadi perkelahian antara Ayah Jujun dan perampok itu, tapi sayangnya Ayah Jujun harus kalah karena dia terlanjur ditembak oleh perampok itu.

Namun sesaat sebelum ditembak, Ayah Jujun sempat melepaskan penutup wajah sang perampok, sehingga aku bisa melihat wajah Sang Perampok dengan jelas. Setelah itu, Perampok itu membantai sisa anggota keluarga Jujun termasuk Jujun dengan tembakan.

Itu adalah saat-saat terakhir keluarga Jujun berada di bumi.

"Aku harus memberitahu hal ini kepada Kak Renal dan Jova."

WHISPER (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang