"Va, kamu tunggu di deket gerbang sekolah, ya. Aku mau ke perpustakaan dulu. Ada buku yang harus aku pinjam untuk belajar," kataku kepada Jova. Dan aku berharap Jova tidak ingin ikut.
"Baiklah, tapi jangan lama-lama, ya. Aku tidak suka menunggu," balasnya dengan senyuman. Syukurlah dia tidak ingin ikut.
"Aku berjanji tidak akan lama. Nanti kita ketemu lagi di depan gerbang, ya."
"Iya, aku duluan, ya." Jova pun melangkahkan kakinya menuju gerbang sekolah. Sementara aku berjalan dengan terburu-buru menuju ruang perpustakaan. Aku yakin Alfan sudah ada di sana. Mengetahui jika dia adalah anak yang sangat disiplin, jadi pasti dia akan tepat waktu.
Dan benar saja. Saat aku sampai, Alfan sudah ada di sana. Dia sedang membaca buku tentang algoritma dan matrik. Ya, karena besok ada try out matematika, dan bahasa inggris juga, sih. :v
"Al?" sapaku, mendengar itu dia pun langsung menutup bukunya dan membalas sapaanku, "eh, hai, Jack."
Aku langsung duduk di sampingnya. "Jadi, hal penting apa yang akan kamu bicarakan denganku?" tanyanya.
"Mungkin ini adalah hal yang sangat sensitif, Al. Dan mungkin ini juga akan menyakitimu atau mungkin sudah menyakitimu. Bukan berupa fisik, tetapi batin," jawabku dengan sangat hati-hati.
Sebenernya aku tidak tega membahas hal ini dengan Alfan. Namun, jika aku tidak melakukannya aku akan akan dihantui oleh rasa bersalah seumur hidupku, karena aku sudah membuat sahabatku sakit hati. Dan aku tidak ingin hal itu terjadi. Jadi, mau tidak mau aku harus melakukannya. Tidak peduli dengan respon yang akan diberikan oleh Alfan nanti. Aku juga sudah siap jika tiba-tiba saja Alfan meninju wajahku atau perutku. Karena aku memang pantas mendapatkannya.
Alfan mengerutkan keningnya. "Hal yang sangat sensitif? Dan menyakiti batinku? Maksud kamu apa, Jack? Tolong jangan bermain teka-teki denganku. Jangan sampai karena ucapanmu itu rumus-rumus yang sudah aku hafalkan barusan menjadi lenyap dan digantikan dengan kata penasaran dan kebingungan. Jadi, tolong bicaranya langsung pada intinya saja," kata Alfan dengan nada yang tenang. Aku tidak mendengar kesan marah sama sekali dari ucapannya itu.
"Maaf, Al. Baiklah, aku akan to the point saja. Aku hanya minta kejujuran kamu saja, Al, dan kamu harus menjawabnya."
"Aku akan menjawabnya, Jack. Dan aku akan berkata jujur."
Aku menghela nafasku sebelum bertanya kepada Alfan, "apa kamu mencintai, Jova?"
Alfan terlihat kaget ketika aku bertanya seperti itu. "Kenapa kamu menanyakan hal itu, Jack?" dia balik bertanya kepadaku.
"Aku tidak memintamu untuk bertanya, Al, aku memintamu untuk menjawab pertanyaan dariku, dan tadi kamu sudah bilang jika kamu akan menjawabnya. Namun, jika kamu enggan untuk menjawabnya tidak apa-apa. Aku saja yang akan mencari jawabannya sendiri, aku akan mencari jawabannya melalui matamu. Dan aku akan mengetahui semuanya," kataku sambil menatap matanya, berusaha untuk mencari jawaban yang sedang aku cari. Namun Alfan menghentikannya.
"Apa begitu terlihat dengan jelas olehmu jika aku menyukai Jova?"
"Tidak terlalu. Namun, aku merasa jika kamu menaruh hati kepada Jova. Dan itu benar, kan?"
Alfan mengangguk. "Maaf, Jack, seharusnya aku tidak memiliki perasaan bodoh ini kepada Jova." Nah, kan. Apa kataku juga. Alfan itu memang menyukai Jova. Dan aku merasa berdosa sekarang.
"Kamu tidak usah minta maaf, Al, perasaan seperti itu memang selalu datang tiba-tiba. Dan itu menandakan jika kamu normal. Ternyata kamu bisa menyukai seorang perempuan juga, ya, hehe! Dan perempuan itu adalah sahabatku sendiri. Harusnya aku yang meminta maaf kepadamu, Al, karena aku sudah mengambil cinta pertamamu. Aku sudah membuatmu patah hati. Aku tidak mungkin bahagia di atas rasa sakit sahabatku sendiri. Maka dari itu, lebih baik aku putuskan saja hubunganku dengan Jova. Agar semuanya kembali seperti semula, dan tidak ada perasaan bersalah lagi yang menjalar di tubuhku."
KAMU SEDANG MEMBACA
WHISPER (COMPLETED)
Teen Fiction"Bisikan-bisikan itu yang selalu aku dengar ditelingaku setiap hari. Baik siang maupun malam. Namun, aku tidak pernah merasa terganggu. Karena, aku senang bisa membantu mereka, selama aku mampu melakukannya." -Jacken...