Malam semakin larut, tapi kedua mata Sojin masih saja enggan untuk terpejam. Seluruh keluarganya belum pulang, atau mereka memang tidak pulang.
Hari ini adalah ulang tahunnya, jangankan mendapatkan ucapan dari kakak dan ayahnya. Menyapanya saja tidak. Bahkan semua sahabatnya melupakan itu.
Lelaki Kim yang menjabat sebagai sahabatnya sejak bayi saja melupakannya. Oke, itu bisa Sojin maklumi karena Kai memang masih marah padanya.
Tapi, bagaimana dengan paman dan sepupunya yang selalu mengingat paling dulu? Mereka juga melupakannya.
Seharian ini Sojin sengaja menyibukkan diri agar tidak ikut ke Everland bersama keluarganya. Sejak kemarin sore, Somin selalu membujuknya untuk ikut, yang namanya Sojin si kepala batu, jika dia sudah berkata tidak ya tidak. Itu tak akan berpindah menjadi iya.
Dia mengambil ponselnya di atas nakas samping ranjang lalu mencari nomor telepon yang akan ia hubungi.
Di bunyi tut yang ketiga ponsel itu dijawab oleh si empunya.
"Halo," sapa orang di seberang sana.
"Singkat amat, kangen gue. Lo masih sibuk? Jangan main di studio terus ... nanti muka lo lama-lama berubah jadi huruf balok," oceh Sojin panjang lebar tak memberikan jeda padanya.
"Situ sehat, telepon malem-malem cuma buat bacotin gue?" sahutnya sebal, "kenapa lagi, sih, lo?"
"Lo lupa sekarang hari apa, Nyet? Tega lo sama sepupu sendiri,"
"Itu mulut, filter dikit kalau ngomong ... nyat nyet seenak jidat lo,"
"Maaf, Mr. Bantet, khilaf gue,"
"Lah, kurang ajar, lo panggil gue seenak jidat ... gue ini nggak bantet," sentak sepupunya.
"Iya, lo enggak bantet cuma pertumbuhannya telat," balas Sojin sambil tertawa.
"SOJIN SIALAN ... KALAU NGOMONG SEENAK MULUTNYA, UNTUNG NGGAK DEKET GUE LO!"
Sojin sudah bersiap dengan teriakan sepupunya itu, jadi dia sudah menjauhkan ponselnya dari telinga demi menyelamatkan pendengarannya agar tidak bermasalah nantinya.
Suara tawa kencang milik Sojin membuat Ji Hoon terdiam, pemuda itu tahu, sepupu gilanya sedang tidak baik. Tawa Sojin terdengar sangat hambar.
"Apalagi sekarang, Jin?"
"Nggak ada apa-apa, ya udah gue matiin ya," ucap Sojin cepat, setidaknya dia sedikit lega saat mendengar suara Ji Hoon.
"Tunggu, jangan dimatiin dulu, on ... lo kenapa? Jawab gue?" pinta Ji Hoon memaksa. Dia tahu saat ini Sojin lagi butuh hiburan.
"Apaan, sih? Udah ah, gue cuma kangen, i love you sepupu tampan gue," tutup Sojin dengan cengengesan.
Hembusan napas panjang membuat Sojin terlihat semakin frustasi. Ia merebahkan badannya kasar ke atas kasur. Susah payah ia memejamkan mata, tapi tak bisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD LIFE - Byun Baekhyun -
أدب الهواةGalak, nggak sopan, brutal, balapan liar, club, rokok dan sering berantem. Bagi Sojin itu adalah hal yang biasa. Siapa yang peduli? Hidupnya sudah hancur semenjak kematian ibunya. Semua kebahagiaannya juga ikut mati, terkubur bersama mendiang ibunya...