Siang ini kafe sangat ramai, mungkin waktunya jam makan siang sehingga pengunjung banyak yang mampir untuk mengisi perut atau hanya sekedar minum kopi sambil ngobrol dengan temannya.
Di salah satu sudut kafe, meja dekat dengan jendela kaca besar lantai dua. Sojin sedang menikmati kopi dingin yang menyegarkan tenggorokan. Matanya sesekali bergerliya ke arah tangga kafe, ia sedang menunggu seseorang.
Menghilangkan jenuh, ia berselancar di dunia maya untuk melihat apa yang sedang terjadi di luar sana. Berita utama hari ini masih sama, skandal percintaan antara sesama artis. Ah, penggemar zaman sekarang sangat posesif, sehingga banyak para bintang takut untuk mengungkapkan hubungan mereka ke publik atau sebagian dari mereka memang sangat menjaga kehidupan pribadinya terutama tentang kehidupan asmaranya.
"Kasihan nasib mereka, mau pacaran aja mesti sembunyi-sembunyi." Bibir Sojin bergumam menyuarakan isi hatinya.
Sojin belum menyadari jika sejak tadi ada seorang pemuda yang berdiri di belakangnya memperhatikan. Pemuda itu tersenyum saat Sojin sibuk mengomentari postingan yang ia lihat.
"Harusnya mereka terang-terangan saja, kenapa harus sembunyi? Fans sejati akan mendukung apapun yang idolanya lakukan selama itu baik." Mulut Sojin gatal jika tak mengungkapkannya. Padahal hidupnya sendiri sangat tidak baik.
"Tapi, mereka juga membutuhkan fans untuk karirnya—Ya Tuhan, Kai kemana? Kenapa gue jadi sibuk ngomentarin ginian? Awas aja Kai, pas dateng gue get—"
"Gue di sini," sahut pemuda yang sejak tadi diam memperhatikan.
Sojin memutar duduknya dan mendapati Kai sedang tersenyum lebar.
"Kai ... elo? Cepet duduk!" perintah Sojin yang langsung diikuti oleh Kai.
"Sibuk banget kayaknya Nona Park? Gue sudah dari tadi di sini aja, lo nggak sadar-sadar," oceh Kai saat pantatnya sudah mendarat di kursi.
"Aish, nyadar diri siapa yang udah buat gue nunggu." Tangan Sojin seakan ingin memukul Kai dengan wajah kesal. Sahabatnya ini selalu berhasil membuat moodnya turun.
"Lihat ... elo yang janji, elo yang telat Tuan Kim." Sojin menunjukan jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya.
Kai tertawa, "Maaf, elah ... tadi gue harus ganter Kak Yuna ke rumah temennya." Aku Kai membuat Sojin hanya mendengkus. Dia tahu betul jika sudah menyangkut kakak perempuannya, Kai akan selalu menomor satukannya.
"Kenapa ngajak gue ketemu? Tumben banget. Lo tahu, harusnya gue lagi nyaman tidur di kasur."
Kai tersenyum, "Elo benar sudah baikan sama Bang Ceye?" Pertanyaan Sojin dibalas pertanyaan oleh Kai. Sudah beberapa hari Kai selalu menanyakan perihal kembalinya Sojin ke rumah.
"Kai, gue nggak mau bahas itu. Gue selalu enek setiap ingat si Dablang sama keluarganya."
"Keluarga elo juga."
"Ah bodo lah, pokonya gue udah males kalau bahas mereka. Kalau bisa gue maunya tinggal sendiri."
"Bohong. Buktinya lo masih tinggal di sana."
"Tuan Kim Kai yang terhormat, lo mau gue lempar pake vas bunga?" Kedua mata Sojin mendelik ke arah Kai.
"Oke oke ... gue masih sayang sama muka ganteng gue," serah Kai.
Topik keluarga menjadi hal yang paling sensitif untuk Sojin. Kai tahu itu.
"Nah, gue ngajak lo ke sini untuk ketemu—Baekhyun, kita di sini!" Kai melambaikan tangannya.
Mendengar nama Baekhyun disebut, Sojin ikut mengedarkan pandangannya ke arah yang Jongin tuju. Pupil Sojin melebar, jantungnya berdetak tak beraturan. Bukan, ia bukan sedang berbunggah bahagia seperti melihat pria yang ia taksir. Tapi, Sojin mendadak kesal melihat sosok yang berjalan mendekat ke arahnya. Masih teringat jelas ucapan pemuda Byun padanya kemarin saat di atap.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD LIFE - Byun Baekhyun -
FanficGalak, nggak sopan, brutal, balapan liar, club, rokok dan sering berantem. Bagi Sojin itu adalah hal yang biasa. Siapa yang peduli? Hidupnya sudah hancur semenjak kematian ibunya. Semua kebahagiaannya juga ikut mati, terkubur bersama mendiang ibunya...