Matahari mulai mengintip di sela teduhnya langit pagi ini. Awan hitam menyelimuti langit yang biasanya biru.
Musim penghujan telah tiba, Sojin membenci sekaligus menyukainya. Ah, tidak ada yang mengerti dengan cara berpikir Sojin. Bahkan Kai yang sudah menemaninya sejak bayi sering merasa kesal dengan sahabatnya itu.
Gerimis mulai menyapa bumi, yang lain berlari pontang panting mencari tempat untuk berteduh. Tapi Sojin, ia berjalan dengan santai di tengah gerimis. Ia hanya menggunakan hodie sebagai penutup sebagian badan dan kepalanya.
Wajah Sojin menengadah ke langit sambil menutup mata dengan senyum menghiasi. Jelas terlihat sebuah luka dibalik senyum itu.
"Tuhan, sampaikan salamku untuk Ibu," kata Sojin dalam hati.
Rinai hujan yang membasahi wajahnya perlahan menghilang. Ia menyadari seseorang berada di sebelahnya sesang memayunginya. Ia membuka mata dan menoleh pada orang disampingnya.
"Elo!" katanya. Ia sangat terkejut karena kini Baekhyun yang sedang berdiri dengan senyum begitu hangat kepadanya.
Seketika Sojin terpana dengan senyum milik Baekhyun.
Tanpan. Itulah kesan yang Sojin dapatkan saat ini.
"Elo bisa sakit nanti kalau kehujanan," ucap Baekhyun.
Suara Baekhyun menyadarkan kekhilafan Sojin. Ia menggeleng cepat.
"Peduli apa, lo?" sentak Sojin. Sudah lama tidak ada yang memperhatikannya seperti ini.
Baekhyun menghiraukan pertanyaan Sojin. Pemuda itu malah semakin lebar tersenyum.
"Gue tahu, lo pasti nggak suka kalo jalan bareng gue." Baekhyun menelisik wajah Sojin yang mulai masam. "Pake payungnya," Baekhyun menyerahkan paksa payung ke tangan Sojin.
"Gue nggak ma—"
"Pake jangan dibuang," potong Baekhyun, lalu ia berlari meninggalkan Sojin.
Kedua netra Sojin refleks tak henti menatap kepergian Baekhyun. Bahkan ia sama sekali tak berkedip.
= = = = =
BUGHHH ....
Langkah Sojin terhenti saat melihat seseorang sedang di rundung, ia hanya menggeleng. Ini adalah momen paling menyebalkan baginya, ia bukan orang yang senang ikut campur dengan urusan orang lain. Langkah Sojin kembali menyusuri koridor sekolah, hari ini sekolah nampak sepi.
"Maafin saya, Kak. Saya benar-benar nggak tahu," kata pemuda yang sudah terkapar di lantai.
Mendengar suara pemuda itu membuat darah di sekujur tubuh Sojin mendidih, ia menghentikan langkah lalu berbalik dengan kepalan tangan begitu kencang. Langkahnya semakin cepat, tepat ketika si perundung hendak memberikan pukulannya kembali, Sojin menendang bokongnya hingga pemuda itu terkapar. Kedua temannya yang terkejut langsung memasang kuda-kuda untuk membalas perlakuan Sojin.
"Dasar makhluk nggak bermoral lo, beraninya keroyokan," sentak Sojin, semuanya terkejut karena yang ada dihadapan mereka adalah Sang Ratu Sekolah.
Sojin menolong siswa yang di rundung, "cepat bangun, lo."
"Elo nggak usah ikut campur, ini urusan gue," ucap cowok yang baru saja Sojin tendang.
Sojin menatap nyalang pada ketiga orang perundung itu. "Dengerin gue," Sojin menunjuk ketua genk yang tadi ia tendang, "Elo, elo, dan elo ...." Telunjuk Sojin bergantian menunjuk mereka satu persatu. "Jangan pernah sentuh Jisung, sekali lagi gue lihat kalian rundung dia, abis riwayat kalian di sekolah ini." Sojin memberikan smirk memotong leher, ketiganya merinding. tidak ada yang berani untuk melawan Sojin.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD LIFE - Byun Baekhyun -
Fiksi PenggemarGalak, nggak sopan, brutal, balapan liar, club, rokok dan sering berantem. Bagi Sojin itu adalah hal yang biasa. Siapa yang peduli? Hidupnya sudah hancur semenjak kematian ibunya. Semua kebahagiaannya juga ikut mati, terkubur bersama mendiang ibunya...