1. Begin

44.6K 537 2
                                    

Suatu sore yang gelap dengan awan abu yang bertengger menghiasi langit membuat beberapa orang yang berlalu lalang mempercepat laju langkahnya. Hujan akan turun sepertinya.

Namun berbeda dengan gadis berusia sembilan belas tahun ini. Gadis yang tetap mengayuh sepedanya ditrotoar jalan raya yang begitu ramai dengan ritme yang pelan tersenyum melihat langit tampak abu. Dia menyukai rintikan air yang jatuh dari sana. Begitu menyukai harumnya tanah yang basah akibat itu. Dia mencintai yang kata orang disebut hujan.

Dilihatnya beberapa orang berpakaian rapi sibuk berlalu lalang dengan cepat. Seperti menghindar dari langit abu mencoba mencari tempat beratap yang melindungi. Gadis ini sadar, rintikan air itu sudah mulai jatuh perlahan. Tapi tetap saja kayuhan sepedanya masih santai.

Bersepeda dalam hujan. Bersenandung dengan rintikan air. Tertawa bersama gemuruh. Ini begitu indah menurutnya. Ini bahagianya yang sederhana.

Tiba-tiba, bagian belakang sepedanya terasa begitu berat. Sebelum gadis itu menoleh, ada suara dari belakang menyapanya. "Hai, Breen. Ayok pulang. Ini sudah mulai hujan," ucap suara seorang gadis terdengar riang.

Gadis itu, Breenda, memutar bola matanya kesal mengetahui bahwa yang menduduki jok belakang sepedanya adalah Saskia.

"Sas, kau sangat berat." Breenda protes tentang seberapa beratnya beban tubuh Saskia yang dibawa Breenda sekarang.

Saskia memajukan sedikit bibirnya. Walaupun Breenda tidak melihatnya, namun Breenda tahu Saskia selalu melakukan hal seperti itu setiap kali bobot tubuhnya dibicarakan.

"Bohong. Aku sudah berlari mengelilingi desa tadi pagi dan hanya makan satu kali sampai hari ini. Pasti itu tidak berat." Saskia membalas protes Breenda dengan pembelaannya yang membuat Breenda sedikit terkikik.

Breenda memilih untuk tidak membalas lagi pembelaan Saskia. "Sas, pegang yang erat ya," kata Breenda sedikit teriak membuat Saskia yang tahu tujuan Breenda memeluk Breenda dengan erat.

"WHOAAAA," teriak Breenda dan Saskia begitu Breenda melajukan kecepatan sepedanya. Mereka menerobos hujan yang semakin lebat. Tertawa bersama menikmati dinginnya udara sore itu. Tidak peduli dengan tatapan aneh beberapa orang yang melihat tingkah mereka. Breenda dan Saskia tetap tertawa seperti mengulang masa-masa kecil mereka. Memang, mereka sudah bersama dalam waktu yang cukup lama.

Breenda mengendarai sepedanya kembali normal. Hujan masih tetap lebat. Namun untuk menghindari bahaya, Breenda menurunkan kecepatannya, sebab jalan menuju permukiman mereka cukup berliku dan rumit. Mereka harus melewati rimbunnya pepohonan dan semak belukar sebelum sampai tujuan.

Mereka masih tetap santai walau dengan keadaan basah kuyup. Masih bisa tertawa menceritakan keseharian mereka saat dinginnya udara semakin menusuk. Sampai  akhirnya mereka sudah sampai dirumah Breenda. Saskia biasa turun dirumah Breenda dan hanya berjalan sekitar puluhan langkah saja menuju rumahnya.

Setelah merasa Saskia sudah turun, Breenda memarkirkan sepedanya di samping rumahnya. Dilihatnya sekilas Saskia sudah berbalik badan kearah rumahnya yang tepat berhadapan dengan rumah Breenda. Lalu Breenda menaiki tangga depan rumahnya dan berniat masuk kerumah menjumpai ibunya.

"Breen." Namun tiba-tiba Saskia berbalik dan memanggil Breenda kembali. Terpaksa Breenda kembali menuruni tangga rumahnya dan menghampiri Saskia.

"Tahu tidak, tadi aku bertemu laki-laki tampan," kata Saskia girang.

Breenda mengangkat sebelah alisnya. "Lalu?"

"Benar-benar seperti mahkluk ciptaan yang sempurna. Aku kira dia bukan dari sini. Tampangnya seperti orang-orang kota besar," jelas Saskia lagi.

On You [19+] [ONHOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang