18+
Sudah hampir satu jam Arion berdiri di depan pintu kamar Breenda tanpa berbuat apapun. Dia terlihat sangat ragu untuk mengambil tindakan. Takut-takut, kalau wanita itu kembali mengamuk padanya mengingat begitu besar kebencian perempuan itu pada dirinya.
tok tok tok
Akhirnya laki-laki itu berani mengetuk pintu. Tunggu! Sejak kapan dia harus bersikap sopan di rumahnya sendiri!? Arion merutuki dirinya sekarang.
Pintu terbuka sedikit. Menampilkan setengah wajah Breenda yang mengintip dari balik pintu namun tak menatap matanya. Arion mengintip sekilas ke dalam. Suasana kamar yang gelap membuat kernyitan di keningnya.
"Kau.. sudah mau tidur?" tanyanya ragu.
Tanpa mengangkat dagunya, Breenda menggeleng pelan.
Arion menghela napas pendek melihat tingkah laku Breenda yang berbeda dengan yang dia temui siang tadi. "Aku dengar kau belum makan."
"Sudah," jawabnya singkat.
"Yang ku ajukan bukan pertanyaan, Breenda."
"Apa nafsu makanmu masih ada setelah apa yang terjadi siang tadi?" deliknya.
Bukannya menggubris apa yang ditanyakan Breenda, laki-laki itu lebih memilih memperhatikan Breenda yang menatap lantai di bawahnya dengan bola mata yang bergerak kesana kemari namun enggan menatap wajahnya.
"Apa yang kau lihat di bawah Breenda?"
Breenda mengurai napasnya jengkel. "Yang penting aku tidak melihat wajahmu."
Arion menggeleng kepalanya mendengar jawaban wanita itu. Tidak lagi menanggapi atau melempar pertanyaan pada Breenda, Arion menarik pelan tangan wanita itu keluar dari kamar dan menuju bawah. Pria itu berniat membawa wanita itu menuju meja makan.
Breenda yang terkejut dengan perlakuan tiba-tiba Arion tidak mengelak. Wanita itu hanya mengikuti langkah pria yang menariknya tanpa mengankat wajahnya. Dia sangat sadar bahwa dia sudah lelah memulai pertengkararan dengan pria itu.
Langkah mereka berhenti bersamaan dengan suara kursi yang digeret pelan. Breenda mengangkat wajahnya dan mendapati Arion dengan aura wajah yang sangat berbeda dengan yang Breenda temui selama ini. Wajah pria itu tampak bersahabat.
"Duduklah," pinta pria itu pelan.
Breenda mengerjapkan matanya sejenak sebelum akhirnya membuang pandang dari wajah Arion dan duduk. Indera matanya menangkap berbagai hidangan di atas meja makan yang menggugah seleranya.
"Makanlah," ucap Arion namun Breenda tak juga kunjung menggerakkan tangannya.
Arion yang melihat itu kemudian berdiri dari duduknya lalu mengambil beberapa jenis makanan dan meletakkannya pada piring wanita itu. Dan lai-lagi, tindakan pria itu membuar Breenda semakin terkejut keheranan. Namun kali ini ada sesuatu yang bergemuruh dalam dadanya.
"Makanlah," perintah Arion lagi dan kini tangan Breenda bergerak menyentuh alat makannya. Perempuan itu kemudian memulai suapan pertamanya.
Mata Arion yang tak terlepas dari setiap pergerakan Breenda membuat senyum laki-laki itu terbesit. Dan kemudian Arion ikut makan dengan sudut mata yang diam-diam mencuri pandang pada wanita itu.
- - -
Setelah makan tengah malam itu usai, Arion kembali ke atas diikuti Breenda di belakangnya. Laki-laki yang meletakkan kedua tangan di dalam sakunya itu terus memutar otak untuk memulai percakapan dengan wanita yang mengekorinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
On You [19+] [ONHOLD]
RomanceBreenda tidak pernah membayangkan dirinya akan menjadi semalang ini. Menjadi perempuan yang terjebak dalam sebuah insiden kotor membuatnya harus merasakan penderitaan yang menyakitkan. Bahkan bukan hanya dirinya, kehidupannya pun berada dibawah kuku...