14. Tanggung Jawab Mengerikan

6.3K 292 15
                                    

part kemarin seneng banget!! soalnya rame!!!

- - -

Arion menerjang Barron kemudian mencengkeram kerah baju pria itu begitu turun dari mobilnya. Barron yang tadi menyeringai saat Arion datang dan keluar dari mobilnya kini langsung tersedak. Merasakan sesak pada jalur pernapasannya yang terhimpit akibat cengkeraman tangan Arion pada kerahnya di tambah asap rokok yang belum dia hembuskan.

Rokok yang sedari tadi disesapnya sambil menunggu datangnya Arion sudah terhempas entah kemana.

Mata Barron membelalak. Memukul pelan kedua tangan Arion yang berada pada lehernya. Meminta laki-laki itu melepasnya.

Arion menatapnya bengis. Lalu segera melepas tangannya dengan kasar dan membuat Barron sedikit terhuyung kebelakang.

Barron terbatuk. Mengusap pelan lehernya dan mencoba meraup banyak oksigen untuk memulihkan pernapasannya. "Ka-u gila!?" umpatnya kasar dengan nafas yang masih terengah-engah.

Arion yang masih menatapnya dengan bengis itu kemudian mendecih. "Cih! Kau mau mencoba berkhianat padaku setelah apa yang kulakukan padamu kemarin?"

Barron terkekeh. "Bisa tidak kau sekali saja tidak emosi?" Barron benar-benar sedang menghantarkan nyawanya ke neraka sekarang. Kata-katanya itu malah memancing kembali emosi Arion yang sempat reda. Apalagi ditambah kekehan menyebalkannya itu.

"Mana dia?" tanya Arion maju selangkah dan mencoba mengintimidasi pria itu. Barron takut? Tentu tidak. Itu sudah hal yang biasa baginya.

Barron mengendikkan kepalanya ke arah mobil dan diikuti oleh tatapan mata Arion. Arion yang melihat Breenda yang tak sadarkan diri langsung ingin menerjang ke hadapan Barron. Berniat memukul pria itu. Namun, Barron mengelaknya.

"Kau apakan dia, Barron!?" katanya tajam dan menusuk. Matanya mengkilat marah menatap Barron yang memandangnya remeh.

"Oh, ayolah! Bahkan belum sempat aku menyentuhnya, dia sudah pingsan," ungkapnya jujur dengan seringai konyolnya. Barron senang sekali memancing amarah Arion.

Arion menggeram kemudian menghela nafasnya sebal. Mencoba mengontrol emosinya.

Ketika sudah tenang, pria itu kemudian bersandar pada mobil Barron. Diikuti Barron yang sempat memindahkan posisinya ketika Arion hendak memukulnya tadi.

Barron mengeluarkan sapu tangan dari saku jasnya lalu mengulurkannya pada Arion. "Bersihkan darah yang ada di tanganmu."

Arion memandang tangannya yang masih berlumuran darah. Dia bahkan tidak sadar bahwa penampilannya benar-benar kacau. Tanpa ragu, Arion menerima sapu tangan itu.

"Apa yang terjadi?" tanya Arion datar.

Barron mengeluarkan sebatang rokoknya lagi lalu memantikkan api pada ujung rokoknya. "Tidak tahu. Saat aku pulang, wanita mu berada di tengah jalan dengan kondisi yang mengerikan," jelasnya sambil mengulur bungkus rokok kepada Arion dan dengan senang hati Arion menerimanya namun sebelumnya sempat melempar sapu tangan yang penuh darah itu ke arah Barron dan membuat laki-laki itu mendelik.

"Bagaimana kau tahu dia wanita ku?"

Barron seperti sedang berada di ruangan interogasi sekarang. "Dia berkata bahwa ada orang gila yang mengurungnya di rumah besar ujung jalan. Dari mana lagi kalau bukan dari tempatmu."

Arion mencibir. Orang gila, katanya? Hah! Yang benar saja!

"Ngomong-ngomong, kau benar-benar ingin membunuhku tadi, ya?" Kini Barron menerjang Arion dengan pertanyaan disertai delikan sinisnya.

On You [19+] [ONHOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang