Masih terlalu pagi untuk terbangun. Ayam belum berkokok dan bahkan matahari belum memunculkan sedikit saja sinarnya. Namun kesibukan sudah melanda pagi Breenda. Breenda hari ini harus datang lebih pagi. Sebab atasannya membuka toko dua jam lebih pagi dari biasanya. Breenda heran, toko roti biasanya saja jika dibuka pukul sembilan tidak sampai sembilan orang bahkan yang datang. Apalagi jika jam buka lebih dimajukan. Ada-ada saja.
"Breenda, mari sarapan," ajak Darmi begitu melihat anaknya keluar dari kamarnya.
"Ibu, tolong siapkan sepotong roti dan segelas susu coklat untukku, kurasa aku tidak bisa makan makanan berat pagi ini." Breenda berkata sembari menyisir rambut hitam legamnya yang tidak begitu panjang.
Darmi menggelengkan kepalanya begitu melihat kerusuhan anaknya pagi ini. "Kau terlalu sibuk, Breen. Santailah. Telat sejam pun Anton tak akan berani bertindak padamu."
Breenda terkekeh geli mendengar perkataan ibunya. Memang benar, Anton, lelaki paruh baya yang menjadi atasannya kini adalah teman ayahnya sedari dulu. Maka dari itu, Anton sudah menganggap Breenda seperti anak perempuannya juga.
Kesibukan Breenda sudah berakhir. Namun tidak menghentikan gerakan tangannya bergerak cepat untuk mengambil roti dari atas piring yang sudah disediakan ibunya. Memakannya dengan terburu sampai meminum susunya tanpa tersisa setetes pun. Darmi menghela nafasnya ketika melibat kelakuan Breenda.
"Jangan terlalu terburu. Kau bisa mati tersedak."
Breenda yang mulutnya masih mengunyah terbatuk kecil mendengar teguran ibunya. Tanpa merespon perkataan ibunya, Breenda memasuki kamarnya lagi dan kembali dengan tas yang sudah tersampir dilengannya.
"Ibu, aku pergi," kata Breenda tanpa melihat ibunya lagi dan bergegas pergi keluar.
Darmi berteriak dari arah dapur mengingatkan Breenda untuk berhati-hati. Breenda mendengar namun tidak membalasnya. Breenda pergi menuju samping rumahnya tempat dia meletakkan sepedanya semalam. Menaikinya dan mengendarai sepedanya dengan kecepatan tinggi menuju toko roti tempatnya bekerja.
---
Pagi semakin menyingsing. Cahaya matahari menusuk mata seorang pria yang kini masih terpejam dengan setelan jasnya sama seperti kemarin. Matahari menyilaukan mata Arion dan terpaksa membuat Arion membuka matanya. Sadar ini sudah pagi, Arion mendesah berat.
"Hari ini akan benar-benar berat."
Arion mengangkat tubuhnya malas. Lalu berdiri menuju kamar mandi sampai tubuhnya tertelan dalam pintu kamar mandi. Tidak lama setelah itu, bunyi guyuran air menggema dikamar itu.
Arion keluar dari kamar mandi selang dua puluh menit kemudian dan mendapati satu setel baju sudah tersiapkan diatas kasur itu. Tanpa menunggu lagi, Arion membuka jubah mandinya dan memakai setelan yang disiapkan itu untuk satu hari penuh hari ini.
---
Breenda benar-benar kewalahan pagi ini. Tidak disangka, tokonya benar-benar sibuk hari ini tidak seperti biasanya. Bukan melayani pelanggan. Tapi menyiapkan pesanan untuk sebuah rapat perusahaan penting di kota ini yang mengundang banyak orang penting, kata Anton tadi saat Breenda bertanya.
Roti mereka mungkin hanya sekedar sebagai pajangan di piring saat rapat nanti. Namun Anton berusaha melakukan semua yang berbeda namun yang terbaik dari tokonya. Sebab baru kali ini Anton bagaikan menerima sebuah award karena rotinya terpilih untuk menjadi sajian bagi rapat yang sangat penting yang dilakukan oleh perusahaan terbesar dikota kecil itu. Anton sedikit bersyukur bahwa dia tidak sia-sia membuka toko roti dengan biaya mahal ditengah-tengah pusat kesibukan kota itu. Ini benar-benar keberuntungan baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
On You [19+] [ONHOLD]
RomanceBreenda tidak pernah membayangkan dirinya akan menjadi semalang ini. Menjadi perempuan yang terjebak dalam sebuah insiden kotor membuatnya harus merasakan penderitaan yang menyakitkan. Bahkan bukan hanya dirinya, kehidupannya pun berada dibawah kuku...