"Pagi! Whoa! Setelah seminggu kau tidak menampilkan batang hidungmu, kini kau malah datang dengan tubuh yang semakin menciut! Ada apa denganmu, anak kecil?" Olga muncul dengan ekspresi orangnya dan semakin heboh kala melihat Breenda yang sudah nyaris seminggu ini tak muncul dihadapan mereka.
Bibir pucat Breenda kemudian tersenyum. "Aku terlalu banyak memuntahkan makanan daripada menelannya. Bahkan mencium aromanya pun membuatku muak"
"Astaga! Kau seperti ibu hamil saja!" celetuk Olga lagi membuat Breenda menegang.
"Arhghhh!" tiba-tiba Olga mengerang kesakitan sembari memegang kepalanya.
"Mulutmu!" Anton datang dari belakang Olga dengan gulungan koran ditangannya. Koran yang sama yang membuat Olga mengerang kesakitan.
Olga mendelik kesal. "Sekali saja kau tidak memukulku dengan gulungan setan itu, Tuan." Pengalihan itu membuat Breenda kemudian bernafas lega.
"Selama mulutmu itu punya setting yang bagus, kepalamu akan selalu aman," ujar Kiki muncul dari gudang dengan kotak besar berisi bahan-bahan kue ditangannya.
Olga semakin mendelik kesal. "Aku kan hanya bercanda! Lagi mana mungkin gadis seperti dia hamil! Kecuali saat setelah aku menikahinya."
Breenda lagi-lagi menegang. "Lancang sekali mulutmu itu. Aku tidak Sudi anak perempuan ku menikah denganmu. Cepat bantu aku!" Anton menyeret Olga dengan menarik kerah kemeja yang dipakainya menuju dapur.
"Anton, kau gila!" jerit Olga yang tidak diindahkan Anton sama sekali. Dalam lubuk hati Breenda, dia merasa berterimakasih kepada Anton yang berkali-kali menyelamatkannya dari perkataan Olga yang seakan-akan mengetahui tentangnya padahal tidak sama sekali.
---
"Sekarang gadis itu kembali bekerja setelah nyaris seminggu tidak keluar, Tuan."
Erick melirik Arion yang sibuk berkutat dengan beberapa lembar dokumen di hadapannya. "Baiklah, sudah cukup Black. Terus awasi dan jangan sampai lengah." Erick memberi perintah kepada Black ketika melihat Arion tak memberikan respon sama sekali.
"Nyaris seminggu? Omong kosong!" kata Arion setelah percakapannya ditutup.
"Black bilang gadis itu sepertinya baru saja sembuh dari sakit. Terlihat dari wajahnya yang pucat hari ini, Mr." jelas Erick sambil menyerahkan ponselnya yang berisi beberapa gambar gadis yang dimaksud dalam pembicaraan mereka.
Fokus Arion pecah ketika melihat beberapa gambar yang menunjukkan gambar gadis itu. Amarah Arion meletup. "Apa yang kalian lakukan!? Mengapa dia begitu pucat!?"
"Kami tidak tahu, Mr. Kami sudah mencari keseluruh rumah sakit yang ada tapi tidak ada rekam medis tentang gadis itu." Erick menjawab lugas pertanyaan Arion dengan tenang.
Arion berdiri kemudian memakai kembali jasnya. "Kita harus menyelesaikan masalah Matrick hari ini," katanya dingin sambil berlalu dengan tergesa dari hadapan Erick yang menunduk hormat padanya.
---
Waktu istirahat sudah berlalu lima belas menit. Breenda terlihat merenung
"Breenda, apa kau yakin kau baik-baik saja?" Kiki, salah satu asisten Anton yang pendiam tiba-tiba bersuara saat mereka sedang berkumpul menikmati jam istirahat mereka.
"Aku baik-baik saja. Kau tidak perlu khawatir." Senyum paksa tercetak jelas pada bibirnya.
"Jika kau masih merasa sakit, lebih baik pulang, nak. Aku masih bisa mengatasi kesibukan di tempat ini." Anton muncul dengan memegang nampan berisi kopi juga camilan ditangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
On You [19+] [ONHOLD]
RomanceBreenda tidak pernah membayangkan dirinya akan menjadi semalang ini. Menjadi perempuan yang terjebak dalam sebuah insiden kotor membuatnya harus merasakan penderitaan yang menyakitkan. Bahkan bukan hanya dirinya, kehidupannya pun berada dibawah kuku...