Setelah ketiadaan menemani Taehyung, dia terus membalikkan kenyataan bahwa apapun yang terjadi bukanlah sebuah kebenaran. Dia selalu merasa bahwa kepergian wanitanya bukanlah hal yang benar.
Setelah melewati segala sunyi, Taehyung berpikir bahwa pernikahan tanpa cinta bukanlah hal yang bisa membuat hancur dunianya. Semua akan berjalan baik, itu adalah hal yang terus tertanam dalam benaknya. Sebab ada yang mengatakan bahwa cinta akan tumbuh seiring berjalannya waktu, itu cukup masuk akal bagi Taehyung.
Namun pria beriris hazel itu semakin menemukan dirinya yang terperangkap pada suatu kotak usang yang berisi keterbukaan. Dia berpikir bahwa tanpa mengatakan, segalanya akan selalu baik-baik saja, asalkan dia tidak melakukan kesalahan. Ia tak pernah menyadari bahwa kotak yang semakin dia tutup itu adalah sebuah awal yang membentuk titik kesalahan, membuat kotak itu makin usang dan tergerogoti.
Taehyung berpikir bahwa hidup itu seperti bermain lempar dadu, ia tak tahu apa yang akan ia dapatkan. Tetapi, harapan yang nyata adalah ketika dadu berada di udara, maka diri sendiri akan melihat seberharapnya hati tentang angka berapa yang ingin keluar.
Irisnya menatap ke ujung jalanan, memandangi gemerlap lampu-lampu yang tetap menyala di sepertiga malam, udara terasa begitu dingin. Alas kakinya terasa begitu tipis menapaki jalanan, menyadari ketiadaan yang semakin nyata dan kepergian yang semakin dekat.
Taehyung tak pernah berpikir begitu panjang jika sekarat yang dia alami bukan disebabkan kematian yang dekat, tapi bagaimana keluarga kecilnya begitu hancur karena segala egonya.
EPOCH
- Restyn,
KAMU SEDANG MEMBACA
EPOCH
Fanfiction[ᶜᵒᵐᵖˡᵉᵗᵉᵈ] [ᴮᵀˢ ᶠᵃⁿᶠᶦᵏˢᶦ] Ada beberapa potongan waktu yang seolah-olah ditakdirkan untuk beberapa hal, seperti seperempat waktu untuk bahagia, seperempat lainnya untuk menangis, kebohongan, kejujuran. Taehyung pikir semua akan baik-baik saja ketika...