Setelah pemantapan konsep project yang akan rilis tahun depan, seluruh tim produksi mulai disibukkan dengan tugas masing-masing. Begitu pula dengan Hanna. Meskipun dia hanya mahasiswa magang, tapi tenaga dan pikirannya dikuras habis-habisan untuk project besar pertamanya.
Namun, Hanna tidak mengeluh sama sekali. Justru dia merasa senang dan bangga, dia seolah mendapatkan apa yang memang dia harapkan sebelumnya. Menjadi bagian dari tim produksi perfilman memang sudah menjadi impiannya sejak kecil.
Ditengah kesibukannya membantu Ae Ra mempersiapkan segala hal untuk project ini, tiba-tiba ponselnya berdering.
"Kenapa paman tiba-tiba menelfonku?," tanyanya bermonolog.
"Eonnie, maaf aku harus mengangkat telfon sebentar," pamitnya pada Ae Ra yang dibalas anggukan."Hallo paman, ada apa menelfonku?," sapa Hanna pada pamannya yang berada di seberang sana.
"Apa kau sesibuk itu sampai lebih dari satu bulan ini belum pernah mengunjungi paman?," ucap paman Lee dengan nada kesal, yang mana membuat Hanna tertawa mendengarnya.
"Ya, aku benar-benar sibuk paman. Aku bahkan sampai lupa berapa kali aku mandi dalam satu balan ini," jawab Hanna sambil bercanda.
"Yha, aku tau kau menikmati pekerjaan mu. Tapi, jangan sampai kau lupa memperhatikan kondisi mu," ucap paman Lee memberi nasihat.
"Iya paman, aku mengerti," jawab Hanna.
"Tempat mu bekerja itu tidak jauh dari sini, setidaknya mampir lah saat pulang nanti. Joonhyun baru saja pulang, apa kau tidak merindukan oppa mu?,"
"Benarkah? Kenapa Jojo Oppa tidak memberitahuku kalau dia sudah pulang?,"
"Dia mungkin belum sempat, lebih baik nanti mampir kesini. Lalu ikut paman pulang,"
"Baik paman. Kalau begitu, aku tutup dulu telfonnya. Aku harus segera menyelesaikan pekerjaan ku agar bisa pulang cepat. See you soon paman,"
"ne.."
Setelah sambungan terputus, Hanna bergegas masuk ke dalam ruangan dan segera menyelesaikan pekerjaannya. Tepat pukul 4 sore, Hanna telah menyelesaikan tugas-tugasnya dan pamit kepada Ae Ra untuk pulang lebih dulu.
Ae Ra sempat heran, karena biasanya meski Hanna sudah selesai dengan tugasnya, gadis itu akan menunggu atau membantu Ae Ra menyelesaikan tugasnya yang memang jauh lebih banyak dari Hanna. Meski begitu, Ae Ra tetap membiarkan Hanna pulang.
Setelah berada di depan gedung SM C&C, Hanna langsung saja berjalan menuju SM Ent. Building. Letak gedungnya memang berdekatan, hanya membutuhkan 5 menit untuk berjalan kesana.
Tapi, sebelum masuk ke dalam gedung SM Ent. Building, Hanna menyempatkan dulu mampir membeli minum di SM Cafe. Karena bekerja terlalu keras akhir-akhir ini, membuat Hanna sering dehidrasi.
Setelah mendapatkan Chocolate Latte favoritnya, Hanna segera menuju ke tempat paman Lee.
Seperti biasa, Hanna selalu asyik dengan ponselnya setiap kali mengunjungi gedung tempat pamannya bekerja ini. Saat sampai di depan lift, Hanna harus merelakan waktunya terbuang untuk menunggu lift terbuka.
Sebenarnya, bisa saja dia menggunakan lift khusus petinggi-petinggi perusahaan. Namun, Hanna lebih nyaman menggunakan lift biasa daripada lift khusus itu. Katanya hawanya berbeda.
Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya pintu lift terbuka. Belum sempat dia masuk, seseorang dari dalam lift tidak sengaja menubruk nya dan membuat Chocolate Latte di tangannya tumpah sia-sia mengenai blousnya.
"Yak. Chocolate ku!," ucap Hanna spontan saat kehilangan minuman favoritnya.
"Ah. Maaf, aku tidak sengaja. Aku sedang terburu-buru tadi," ujar seseorang yang menabraknya tadi.
Mendengar suara yang terasa familiar di telinganya, Hanna pun mendongakkan kepala demi mendapatkan wajah dengan rasa bersalah milik seorang pria yang masuk daftar orang yang harus dihindarinya.
"Kau!," ucap Hanna sambil menunjuk wajah orang itu dengan telunjuknya, membuat orang itu refleks memundurkan wajahnya.
"Apa kau berjalan hanya mengandalkan mata kakimu? Lalu apa gunanya sepasang mata di kepala mu itu?," semprot Hanna langsung.
"Yak. Kenapa kau marah padaku? Aku sudah meminta maaf. Kenapa kau bicara kasar sekali?," saut orang itu tak terima.
"Ini mulutku! Jadi, mau bicara kasar atau tidak bukan urusanmu! Lagipula, maaf mu itu tidak akan bisa membersihkan baju ku dari minuman ini," ucap Hanna lagi masih dengan nada ketusnya.
"Astaga. Apa kau bermaksud memintaku membantumu membersihkan noda di bajumu itu? Baiklah, ayo kita ke kamar mandi, kita bersihkan bajumu," ujar orang itu sambil menarik tangan Hanna.
"Yak. Byun Baekhyun! Apa begini caramu bertanggung jawab atas kesalahanmu? Kenapa kau mesum sekali? Aku tidak menyangka, artis sepertimu punya fikiran seperti itu," ujar Hanna penuh drama seraya melepaskan genggaman Baekhyun dari tangannya.
Baekhyun yang memang sudah lelah dan ingin segera pulang ke apartemen nya pun menjadi semakin lelah menghadapi Hanna.
"Lalu kau mau apa? Kenapa kau memperbesar masalah ini? Apa maaf ku tidak cukup? Jangan membuang-buang waktuku. Kau tahu? Bahkan satu detik saja sangat berarti bagiku. Tapi kau membuatnya terlewat begitu saja dengan drama picisan ini," ujar Baekhyun tak kalah kesalnya.
"Wow. Wow. Wow. Kenapa kau jadi berbalik marah kepada ku? Kau yang bersalah disini, seharusnya kau minta maaf dengan benar bukannya marah-marah begini," jawab Hanna tak mau kalah.
"Sudahlah. Percuma bicara dengan mu, lebih baik aku pulang. Jangan lupa cuci bajumu ne, kau terlihat semakin berantakan karena bajumu yang kotor itu Yoo," ujar Baekhyun seraya berbalik meninggalkan Hanna.
Hanna yang tadinya ingin menyauti lagi, seketika terdiam karena mendengar panggilan yang dilontarkan Baekhyun untuknya. Seolah tersadar dari keterkejutannya, Hanna pun kembali berteriak kepada Baekhyun.
"YAK! BYUN BAEKHYUN, BERHENTI KAU!!,"
Seolah tidak mendengar teriakan Hanna, Baekhyun tetap melanjutkan langkah nya yang ringan dan tidak memperdulikan Hanna yang sibuk mengumpatinya di belakang sana. Untung saja tidak ada orang lain di tempat itu.
"Tidak pernah berubah," gumam Baekhyun.
****
Lee Yoon Hanna (21 y.o)
Byun Baek Hyun (26 y.o)
KAMU SEDANG MEMBACA
(COMPLETED!) Byun Baekhyun ; an Annoying Man I Love
FanfictionBerawal dari kegiatan Magang di salah satu stasiun tv Seoul, gadis berusia 21 tahun bernama Lee Yoon Hanna harus merelakan hidupnya berada di dalam lingkaran menyebalkan bersama pria yang tidak pernah ia bayangkan akan membobol kunci hatinya. Pria i...