Bagian Satu
Membiru dalam merah adalah satu satunya alasan agar aku tetap di sampingmu
***"POKOKNYA saya tidak mau tau, kalau anak ini harus menerima balasan yang setimpal dengan apa yang baru saja dia lakukan terhadap anak saya! "
Teriak seorang wanita keibuan yang tengah menunjuk lawan bicaranya di depan ruang IGD. Matanya basah karna air mata namun urat urat di lehernya menegang karna emosinya yang sudah tersulut.
Orang orang yang berada di sekitarnya langsung mengalihkan pandangannya pada si sumber suara merasa penasaran dengan konflik yang membuat seisi rumah sakit geger karna teriakannya yang begitu lantang
"Bu, tolong maafkan anak kami. Saya berjanji akan mengganti semua biaya rumah sakit dan akan membiayai semua perawatan anak ibu ke depannya. Saya Janji?! " Seseorang yang menjadi lawan bicara dari wanita itu sedang membujuk Wanita itu agar tak memperpanjang masalah
Wanita yang tengah menangis itu menatapnya tak percaya. Air matanya kembali menetes. Hidungnya sudah memerah sejak pertama kali meneteskan air matanya
"Mengganti? Anda bilang mengganti? ANAK SAYA KOMA DI DALAM SANA! DAN SAYA SAMA SEKALI TIDAK BUTUH UANG ANDA! Keluarga kami masih mampu membiayai rumah sakit ini, asal Ibu tau! " Sentak Wanita itu dengan amarah yang masih menyala nyala
"Saya akan tuntut anak Ibukarna telah menyebabkan anak saya seperti ini... "
"Ini bukan sepenuhnya salah anak saya, bu. Anak anda yang pertama kali menyerang anak saya dengan pisau lipatnya, ini buktinya" Seorang Laki laki memperlihatkan perut anak laki lakinya yang kini tengah berdarah karna sayatan di kulitnya belum mengering
"Oh ini juga" Kemudian tangannya menjulurkan henpon yang tengah menyala memperlihatkan video saat kedua anak laki laki itu tengah berbincang namun dari arah yang berlawanan dengan putranya menyerangnya lantas menyayat bagian perutnya dengan benda tajam tersebut
"Anak Saya hanya membela diri, dia yang memulai duluan bahkan dia menggunakan senjata tajam, sedangkan anak saya?Anak Saya bahkan menggunakan tangan kosong. Jadi, jika Ibu tidak mau menerima kejadian ini sebaiknya ibu lapor polisi, dan saya juga akan lapor polisi karna pencemaran nama baik dan percobaan pembunuhan" Papar laki laki itu dengan tenang dan penuh wibawa
"Kita obati dulu luka kamu. Bun, kamu juga ikut" Titahnya sambil menarik tangan anak laki lakinya dengan kasar
Kemudian meninggalkan Wanita yang berteriak teriak tadi tanpa pertimbangan. Wanita yang di panggil Bun juga ikut melangkah meninggalakan Wanita itu dalam kesendirian. Ia menangis lagi dalam diamnya.
^~^~^
Sebuah hantaman keras mengenai pipinya. Membuat tubuh kekar itu tersungkur jatuh ke lantai dingin yang seolah menjadi sambutan selamat datang dari laki laki yang beberapa langkah ada depannya kala ia melangkah hendak memasuki kamarnya sendiri.
Tanpa mengeluh atau bahkan meringis, laki laki itu nampak dengan tenangnya beranjak dari posisinya, sebelum berdiri tegak dia menundukan kepalanya
Menatap tas hitam yang jatuh di sebelahnya karna serangan tiba tiba yang mengenai dirinya
"Bagus! Apa kamu ingin membunuh ayah pelan pelan, Xabiru Arya Ganendra? " Pertanyaan yang menusuk hatinya itu terdengar, pertanyaan yang di ajukan oleh ayah kandungnya sendiri
KAMU SEDANG MEMBACA
MARSHED
Teen Fiction"Kalau tidak denganku, jangan bersama siapapun. Kau milikku, itu mutlak dan tak bisa di tawar!" Xabiru Arya Ganendra, pemilik mata tajam dan hampa tanpa rasa cinta di hidupnya karna masa lalu kelam yang membuatnya Trauma. Terlebih sikap Ayahnya yan...