Marshed| 07

46 6 0
                                    

Bagian Tujuh

Kamu adalah alasan di setiap lengkungan manis yang ku ciptakan
***

Dua hari yang lalu.

Sebuah usapan lembut terasa di pipi laki laki tampan yang tengah terlelap. Dengan suara isakan yang pelan sekali terdengar, namun mampu mengembalikan jiwanya yang tengah berada di alam mimpi kembali lagi ke raganya.

Laki laki itu mulai membuka matanya, dan samar samar ia melihat seorang wanita tengah menangis terisak yang sedang membelai rambutnya dengan sayang. Menyadari laki laki itu terbangun dari tidurnya, wanita itu menghapus air matanya dengan punggung tangannya

"Bunda?  " Panggilnya

"Biru pengen sesuatu? Mau minum? Atau mau Bunda buatin susu cokelat? " Tawar wanita itu yang ternyata adalah Bundanya

Biru beranjak untuk duduk, dia menggeleng lantas meraih tangan bundanya

"Bunda selalu nangis kalo liat Biru tidur, kenapa Bun? " Tanya Biru dengan lembut

Bundanya tersenyum, tangan putra kesayangannya yang sedari ia genggam lantas diciumnya  "Bunda cuma lagi kangen aja sama Biru, Biru kan ga pulang beberapa hari ini, jadi Bunda kangen banget sama Biru"

"Bunda jangan bohong sama Biru, ada apa bun? " Laki laki itu menatap mata Bundanya dalam

"Ga papa sayang, kita turun yah, Bunda udah buatin sarapan. Ayah pasti marah kalo nunggu kelamaan" Ucap Bundanya penuh kasih sayang.

Satu satunya alasan Biru untuk tetap berjuang mempertahankan hidupnya adalah Bundanya

Biru membingkai wajah cantik bundanya, pipi kananya tertutupi oleh rambut pirang bergelombang sang empunya. Meski sudah 40 tahun, Bundanya masih sangat cantik dan awet muda, hingga jika sedang berjalan bersama Biru, banyak orang yang mengira bahwa Biru dan Bundanya adalah adik-kakak

Biru mengusap pipi kanan Bundanya namun Bundanya nampak meringis kesakitan.Biru segera menyingkabkan rambut yang menghalangi pipi bundanya, dan saat melihat lebam biru tercetak jelas di pipi indah Bundanya matanya melebar sempurna, rahangnya mengeras

"Siapa? " Tanya Biru khawatir

Bundanya segera menutupi pipinya kembali "Engga sayang, kemaren Bunda kepentok pintu, Bunda teledor kemaren"

"Dia kan? Harusnya Biru  ga ninggalin Bunda sendirian sama Bajingan itu" Amarah Biru mulai tersulut, ia mengepalkan tangannya menahan emosi

Tangan Bundanya menahan tangan Biru yang tengah mengepal keras "Biru. Bunda ga pernah ajarin kamu jadi anak yang durhaka sayang, bagaimana pun dia itu ayahnya Biru. Biru harus menghormati Ayah seperti Biru menghormati Bunda, ya? " Pinta Bundanya, air matanya kembali menetes

Biru menggeleng, ia bangkit dari tidurnya,  ia mengepalkan tangannya dan meninggalkan Bundanya seorang diri di kamar nya

"Bi...Biruu!! " Teriak Bundanya dengan khawatir. Ia khawatir akan terjadi sesuatu dengan putra dan suaminya

"Ya tuhan cobaan apalagi yang menimpa keluarga ini? "

Bagaimana bisa dua orang yang saling memiliki ikatan darah bertarung. Dan yang akan Biru lawan adalah ayahnya sendiri. Bukankah itu gila?

Dengan langkah pasti, Biru menuruni tangga dan menuju ke ruang makan, amarahnya sudah mendidih di ubun ubun.  Ia boleh saja disakiti, namun Bundanya adalah hidupnya, Bundanya adalah segalanya untuk Biru, tak boleh ada siapapun yang boleh menyakitinya selama Biru masih bernapas

MARSHEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang