Marshed|08

22 3 0
                                    

Bagian Delapan

kamu lebih dari sekedar indah
***

Kini di ruangan VVIP tersebut tinggal ada Marsya dan si Tampan yang sedari tadi mengalihkan pandangannya dari manik indah gadis itu. Saat mata mereka beradu, kini Marsya yang mengalihkan pandangannya

"Sekarang lo boleh tanya apapun" Ujar Biru memberi lampu hijau

Marsya mengulurkan tangannya menuju wajah Biru, gadis itu sudah siap menerima tepisan tangan si Tampan ketika mengulurkan tangannya, namun kali ini Biru tak melakukan apapun, laki laki itu hanya menerimanya tanpa mengalihkan pandangannya dari manik indah itu

"Sakit? " Pertanyaan itu terlontar begitu saja saat tangan halusnya berada di sudut matanya yang membiru

Biru menggeleng namun tak menjawab sepatah katapun.

"Kenapa bisa kayak gini? " Tanyanya lembut

"Teledor, ikut MMA" Bohongnya, gadis itu ingin sekali merutuki dirinya sendiri mengapa ia memilih mempercayai alasan seperti itu, tapi bukankah itu cukup masuk akal

"Gue pengen banget percaya, tapi lo ga jago boong" Ujarnya meledek

Biru tertawa kecil, pasalnya ia tak pernah berhadapan dengan gadis di saat saat seperti ini. Ini kedua kalinya Marsya melihatnya dengan kondisi yang memalukan tak berdaya seperti ini

"Jadi kenapa? "

"Hadiah dari bokap"

Dada Biru kembali sakit saat ia mengingat wajah ayahnya. Pandangannya ia lemparkan ke sembarang arah agar tak terlalu menampakan kalau dirinya sedang rapuh

Gadis itu ingin memeluknya, tapi memangngya dia siapa. Dia hanya sekedar teman nya saja saat ini "Gue gatau sesakit apa yang lo rasain, tapi ga usah di sembunyiin kalo sedih, gue ga bakal ngatain lo, lo bisa marah, nangis atau apapun di depan gue"

"Gue ga tau bisa selemah ini di depan lo" Lirih Biru dalam

Marsya tersenyum "Gue ga pernah liat lo lemah,Bi. Manusiawi kalo lo sakit karna punya banyak luka segila ini"

"Lo gatau apa apa tentang hidup gue,Sya. Ini jauh dari hidup lo yang kaya di negeri dongeng"

"Anggap aja kaya gitu. Tapi gue bakal berusaha ngerti sebagai temen lo. Lo pernah nyeritain rasa sakit lo ke orang lain?"

Pertanyaan yang sontak membuat mata Biru mengarah ke manik cantik itu, tatapan yang membuat Biru dua kali  lebih dalam pada pikirannya namun sangat menyesakkan.

"Kenapa lo peduli sama gue? "

Marsya diam sejenak "Mungkin karna dari awal gue ketemu lo, lo adalah orang yang butuh pertolongan Jadi bawaannya gue pengen nolong mulu"

Biru malah terkekeh "Semenyedihkan itu ya gue?"

"Lebih tepatnya ada hal di diri lo yang bikin gue pengen ngelindungin lo. Bukan karna menyedihkan tapi karna kayanya gue punya kapasitas itu." Jelas si cantik

"Kaya anak pejabat di lindungin segala" entah kenapa hati ya benar benar tenang ketika berbicara dengan gadis ini

Marsya yang sadar Biru tengah tersenyum sontak tersipu sendiri, sepertinya jantungnya mulai tak terkendali, dan kakinya sedikit lemas namun ia harus menahan nya.

MARSHEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang