Bagian Dua
Tuhan tidak pernah salah alamat mempertemukan
***DENGAN teliti gadis dengan bersweater kuning cerah itu menghitung uang receh yang ia susun menjadi sebuah gunung di meja kasir sebuah supermarket. Di kantongnya masih ada puluhan uang receh lainnya yang harus kembali ia hitung.
Ia merutuki dirinya sendiri mengapa ia dengan bodoh menerima tantangan bodoh dari saudaranya dengan membeli perlengkapan dapur dan persediaan dalam kulkas dengan menggunakan gundukan uang receh yang ia tak tau berapa jumlahnya
Kakinya yang sudah mulai pegal karna sudah hampir 2 jam berdiri disana, serta Mulutnya yang sudah hampir berbusa karena tak henti hentinya menghitung uang receh yang nominalnya 100-500 rupiah. Sebenarnya dia sudah ingin pergi dan meninggalkan belanjaannya begitu saja. Namun niat baiknya itu ia urungkan karna mengingat dia akan mendapat ejekan dari saudara dan teman temannya.
Bibirnya yang sudah seperti terkena serangan tawon mulai maju kedepan dan kemudian tersenyum saat maniknya tak sengaja melihat penjaga kasir di depannya
"Bentar yah, masih banyak mba" Ujarnya dengan polos pada penjaga kasir di minimarket 24 jam ini
"Mohon di percepat mba, atau mba bisa mundur dulu ke belakang untuk melanjutkan acara hitung menghitungnya. Kasian yang di belakang sudah menunggu dari tadi" respon penjaga kasir itu yang sudah mulai terlihat jenuh melihat acara hitung menhitung uang receh, namun sebisa mungkin dia tetap memaksakan diri untuk tersenyum pada gadis itu
Gadis itu memutar kepalanya untuk memastikan berapa orang yang tengah mengantri di belakangnya. Hanya satu orang, dan itupun sepertinya sedang menikmati gadjetnya yang sedari tadi mengeluarkan bunyi seperti sedang berperang. Entahlah
Ia kembali fokus pada acara hitung menghitung nya dengan hidmat dan agak sedikit di percepat. Setelah beberapa saat, atau lebih tepatnya beberapa puluh menit ia habiskan akhirnya dia melompat kegirangan
"Yes, selesai" Girangnya "Nih mbak, Uangnya 2 juta 234 ribu 5 ratus"Ia menggeser gunung uang nya ke arah pegawai kusir
"Ini mbak, totalnya cuma 360 ribu. Terimakasih atas kunjungannya"
Rahangnya seketika jatuh, lantas selama beberapa jam dan berpuluh puluh menit ia menghitung gunung receh itu untuk apa? Ia pikir belanjaannya akan sampai jutaan, mengingat yang ia beli lebih dari sepuluh bahkan 15 barang.
"Oh iyah, mba makasih" Tuturnya kemudian memasukannya kembali pada tas khusus yang ia jinjing. Kemudian meraih kantong kresek putih yang sudah tersedia di depannya lantas pergi meninggalkan kasir itu
"Huuh, yaampun badan ampe pegel taunya cuma 360 ribu doang" Gumamnya ketika kakinya sudah sepenuhnya keluar dari minimarket itu
Dibukanya pintu mobil nya dengan susah payah karna kedua tangannya sudah menjinjing dua kresek putih dengan isi yang penuh
Saat ia hendak memasuki mobil kuningnya, sesuatu seperti menabrak mobil depannya. Karna benturan keras itu membuat mobilnya bergetar cukup keras
"Shit, apaan si tu? " Umpatnya yang kemudian melihat apa yang terjadi
Sebuah motor besar tergeletak bersama pengemudinya yang terkapar lemas di bawah motornya, kakinya terjepit oleh body motor hitamnya. Amarahnya yang sudah meminta untuk di ledakan itu, harus ia urungkan saat melihat si pengemudi itu tak bangun dari posisinya
"Woiy? Lo mati? " Kakinya menggerak gerakan kaki si pengemudi itu
Tak ada jawaban. Dia mulai panik, dan membuka helm full face yang pengemudi itu kenakan dengan segera.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARSHED
Teen Fiction"Kalau tidak denganku, jangan bersama siapapun. Kau milikku, itu mutlak dan tak bisa di tawar!" Xabiru Arya Ganendra, pemilik mata tajam dan hampa tanpa rasa cinta di hidupnya karna masa lalu kelam yang membuatnya Trauma. Terlebih sikap Ayahnya yan...