©Lavita5
Sebenernya gue agak males ngelanjutin cerita ini, tapi gimana lagi yak.
Emak gue mungkin ngidam keyboard waktu hamil, gg. Canda elahSkipp____
Aku suka dengan lukisan
Mencari makna di setiap goresan
Meredakan hati yang merasa bosan
Dengan semua masalah dalam kehidupan
✒Lucas|Happy Reading❤|
LUCAS POV
Hari itu aku pulang dengan keadaan sangat berantakan, aku menyalahkan diriku sendiri. Kenapa aku bisa melakukan ini pada victoria.
"ARGH" erangku.
Aku kesal dengan diriku sendiri. Aku yang telah membuat Mark menampar victoria. Apakah victoria telah mengetahui tentang semua ini?
Aku mengayuh sepedaku. Aku menuju tempat pameran lukisan di Trotoar jalan. Tempat itu sudah jarang dikunjungi. Tempatnya sepi dan terdapat sebuah lukisan, aku sangat suka.
Lukisan itu hanya gambar sebuah air hujan yang dihiasi pelangi. Saat mengingat pelangi, aku teringat akan victoria. Ia adalah pelangiku, ia yang membuat hidupku lebih barwarna.
"Maafkan aku" lirihku.
Sungguh aku ini seorang laki-laki, tapi aku tak dapat menahan air mataku yang terjun bebas dari pelupuk mata. Aku ini memang lemah.
Setelah pergi dari trotoar itu, aku bergegas menuju pantai. Pasti sangat indah. Aku rindu kesunyian, agaknya aku perlu menenangkan diri.
Aku mengayuh sepedaku sekuat tenaga yang kupunya. Mengendarai sepeda itu menuju pantai. Saat aku sampai, disini sungguh sunyi dan sejuk.
Aku memarkirkan sepedaku di dekat batu besar, kemudian aku berjalan keatas batu itu. Aku mendudukkan diriku pada batu besar itu. Memandang langit malam, langit malam ini terlihat sangat cerah, tetapi bulan itu cahayanya begitu redup.
Agaknya semesta tau apa yang sedang kurasakan. Aku diam dan melamun beberapa saat. Seperkian detik kemudian, ada yang aneh dengan tubuhku.
Ya, ini sering sekali terjadi padaku. Tadi pagi, tadi sore, malam ini, kemarin, dan seterusnya. Setiap 6 jam sekali, tubuhku serasa lemah tak berdaya.
Dadaku terasa sesak, aku memegangi dadaku dan mengatur napasku. Kepalaku tiba-tiba berputar-putar. Ini sangat menyakitkan. Keringat dingin keluar dari pelipis dan dahiku. Hudungku juga mengeluarkan darah. Astaga, aku mimisan.
Aku berusaha tetap baik-baik saja sekarang ini. Aku tersenyum getir, jika ada victoria pasti ia sedang panik sekarang. Aku ini lemah, miskin, bodoh, tak berguna, aku penyakitan.
Aku ingin mengadu semua pada ayah dan ibu. Tapi mereka telah dibunuh Voldemort 10 tahun lalu. Kadang, aku rindu pada ayah yang selalu mengajariku bela diri, tapi aku tidak pernah menggunakannya dan ibu yang selalu mengajariku untuk tetap kuat, tapi aku ini begitu lemah.
"Ayah ibu" ringisku sambil menahan rasa sakit yang masih mendominasi tubuhku.
"Cih, lemah. Ini baru permulaan"
Aku yang mendengar suara itupun menolehkan kepalaku ke samping. Dan yang kutangkap adalah sosok yang selalu mengganggu kehidupanku.
Dia adalah Taeyong.
Aku masih setia memegang dadaku masih terasa sakit. Aku mencoba untuk berdiri. Dengan susah payah, akhirnya aku dapat berhadapan dengan Taeyong.
"M-mau a-apa k-kau?" tanyaku.
Bukannya aku takut, tetapi dadaku masih sakit dan hidungku terus keluar darah. Jadi bicaraku terbata-bata karena menahan rasa sakit.
Taeyong hanya tersenyum sinis.
"Kita mulai?" tanyanya dengan menaikkan satu alisnya.
Aku bingung. Apa yang akan dilakukan Taeyong. Aku berpikir sejenak sembari memegang dadaku yang masih terasa sesak.
Tanpa aba-aba, Taeyong mengeluarkan tongkat sihirnya.
"Curcio" ucapnua sembari mengarahkan tongkat itu padaku.
Astaga. Curcio adalah mantra untuk mengendalikan seseorang. Aku masih diam tak mengerti. Sesaat setelah itu, kepalaku terasa berputar-putar dan aku tak ingat apapun.
----Taeyong POV----
Setelah aku memantrai anak sialan itu, aku menyeretnya membawanya ke suatu tempat. Aku yakin, rencanaku untuk menjauhkannya dari Victoria akan berhasil.
Aku melajukan mobilku dengan kencang, tapi rasanya tidak akan seru jika aku tak menyiksa Lucas lagi.
"Cih" aku berdecih melihat wajahnya, dasar anak sialan.
Kalau bukan karena victoria, aku tidak akan membawanya dan membiarkannya duduk di mobilku.
Aku punya ide untuk menyiksanya lagi.
"Bersiap-siaplah"
Aku mengeluarkan tongkat sihirku dan mengarahkan kearah Lucas. Aku mengubah style dan dandanannya yang tadi seperti seorang pengemis. Aku mengubahnya menjadi seperti seorang berandalan. Rambutnya aku warnai dengan warna merah. Celananya aku ubah menjadi celana jeans hitam yang dilututnya terdapat sobekan.
Tak lupa aku juga memberinya jaket hitam ala-ala berandalan. Daun telinganya juga aku beri sebuah anting. Begitupun bagian mulutnya, kuberi dia 2 tindik.
Aku menyeringai melihatnya.
"Tunggu tanggal mainnya"
TBC...
Gatau kenapa, aku awalnya belum mempublish ini cerita tapi kok bisa ada yang baca. Padahal jelas-jelas 0 (nol) cerita dipublikasikan. Gatau nih wattpadnya, aku jadi ingin ngehapus cerita ini.
Padahal ini cerita mau aku selesaiin sampe part 30 baru kemudian gue publish, eh malah udah 38 kali dibaca jadi males nih gue, sumpah gue pengen nangis.
Yaudin deh nanti sampe part 25 aj END gajadi sampe part 30 :(
KAMU SEDANG MEMBACA
✔About . L . [END]
FantasyOn the life under wizard Aku lebih suka menghabiskan seumur hidup denganmu, dan menghadapi semua sisa usia dunia ini denganmu ✒Lucas