24. Last Christmas

1 1 0
                                    

©Lavita5

Why is it so dark without you
It’s dangerous, broken my figure
Save me, I can’t hold my self
✒BTS Save Me

|Happy Reading❤|

"J-jangan menangis, kau tambah cantik" lirihnya dengan suara bergetar.

Bisa-bisanya Lucas bercanda saat ia sedang merasa kesakitan sepeerti ini. Aku mencoba membantu Lucas untuk berdiri tapi selalu gagal.

Dia mengulas senyum padaku. Aku tau, ia menginginkan aku agar tak secemas ini. Tapi ini darurat, kaki kanannya terluka sangat parah.

Tak tau mengapa, air mataku terus terjun bebas dari pelupuk mataku. Aku tau bahwa sekarang Lucas sedang menahan sakit yang luar biasa. Tetapi dengan keadaan sepertinya ia masih menunjukkan seulas senyum.

Bibir Lucas pun terlihat bergetar saat dia berbicara padaku. Dia juga memegangi dadanya. Ah, aku baru ingat setelah membaca novel itu, Lucas terkena kutukan yang ada di bagian jantungnya.

Miris.

"S-sudah j-jangan m-menangis" ucapnya dengan suara parau.

Aku tak bisa mengangkat tubuh Lucas yang lebih besar dariku, akhirnya aku merangkulkan tangannya di pundakku untuk membantunya berdiri.

"A-aku bisa s-sendiri"-Lucas

Aku menghela napas pelan. Kenapa Lucas selalu menyembunyikan masalahnya kepadaku. Aku jadi merasa sangat bersalah.

" Tidak, kau harus ke rumah sakit sekarang ya?" lirihku.

Tetapi Lucas menggeleng keras, sepertinya ia tak mau bila harus di bawa ke rumah sakit. Aku membawanya ke tepi jalan. Dengan jalan yang tertatih-tatih, Lucas terlihat menahan rasa sakitnya dalam diamnya.

Aku mendudukkan Lucas di trotoar jalan yang dibangun khusus orang-orang yang berjalan kaki. Saat mau mendudukkannya, ia sedikit meringis menahan luka di kakinya.

"Kakimu itu harus diobati, ayo!" perintahku.

Tetapi Lucas menolaknya, ia mengulurkan tangannya yang masih bergetar itu padaku dan mengusap punggung tanganku lembut.

"Tidak, ini tidak apa-apa. Aku punya satu permintaan" lirihnya yang kurang jelas.

"Apa permintaan itu?"

"Jalan-jalan denganku"

BOMB...

Aku kira dia mau minta apa, ternyata hanya jalan-jalan. Baiklah aku akan menuruti permintaannya karena dia tadi juga sudah menyelamatkan diriku.

Dengan jalan yang terpogoh-pogoh, aku dan Lucas berjalan bersama. Katanya, dia ingin mengajakku kesuatu tempat.

Sekitar 30 menit,

"Sampai"-Lucas

Aku mengernyitkan dahi, tempat apa ini. Tempat ini sangat sepi.

"I-ni adalah makam ayah dan ibuku dan disana itu makam ayah dan ibu Granger, orang tuamu"

Deg..

Aku ingin menangis saat Lucas mengatakan itu. Jadi makam ayah dan ibuku bersebelahan dengan makam orang tua Lucas.

"L-lucas mengapa kau membawaku kemari?" tanyaku.

Lucas tak menjawab pertanyaanku. Dia menarik tanganku lembut dan berjalan menahan rasa sakitnya menuju ke tengah-tengah diantara makam kedua orang tua kami.

Aku berjongkok untuk melihat apa yang sedang dilakukan Lucas. Dia menggumam lirih. Matanya mulai berair dan tangannya bergetar.

"Ayah ibu, lihat aku membawa victoria. Kata ibu, ibu sangat senang bila bisa bertemu victoria. Belajar memasak bersama, menyapu bersama, minum teh bersama...." Lucas menghentikan kalimatnya.

Punggungnya naik turun. Tunggu, apa Lucas menangis?

Tanganku terulur untuk memegang batu nisan pada makam ibu Granger. Aku terisak saat melihat makam yang begitu damai. Apakah mereka dulunya mati karena berkorban?

Tiba-tiba salju turun, ah aku lupa sekarang itu tanggal 25 Desember. Pantas saja jika salju turun. Sedari tadi aku melamun dan baru menyadari sekarang. Lucas sedang terisak dan bersujud di makam ibunya.

"I-ibu, aku merindukan ibu" lirihnya

Aku mengusap punggung Lucas pelan.

"Lucas, ayo pulang. Salju mulai turun" desisku.

Lucas tak menjawab. Aku baru ingat, dari novel yang kubaca orang tua Lucas meninggal ditengah turunnya salju dan saat itu adalah natal. Mereka sedang merayakan natal, tetapi Voldemort menghancurkan kebahagiaan mereka.

Aku tak sanggup, akupun ingin menangis. Tetapi hawa dingin mengusik kegiatan kami.

"Kau tak apa?" tanya Lucas dengan mata bengkak dan sembab serta hidung yang memerah karena menangis.

Dia memberikan jaketnya padaku. Memakaikan jaket itu di tubuhku. Aku sudah hapal kebiasaan Lucas. Dia pasti kedinginan, dia hanya memakai baju atasan yang tak ada lengannya, yaitu singlet.

"Lucas, mantra untuk menbuat jaket, aku ingin membuatnya untukmu tapi aku tak tau" ucapku polos.

Lucas mengulas senyum dan terkekeh ringan.

"Tidak ada mantra seperti itu" lirihnya.

"Ibu selalu bilang, gunakanlah kemampuan sihir kita untuk menyelamatkan dunia. Kepentingan pribadi kita harus dikesampingkan" sambungnya.

Jadi walaupun Lucas bisa menggunakan sihir, tetapi ia tak pernah menggunakannya di dunia ini.

Aku beralih menatap Lucas dalam.

Grep

Aku memeluk Lucas. Aku mulai terisak dibahu lucas, ternyata hidup Lucas semenderita ini. Kenapa aku tak pernah bisa memahami keadaan Lucas.

"Kenapa, kenapa aku ini bodoh sekali, lucas, hiks"

Aku menenggelamkan wajahku pada dada bidang Lucas. Aku menangis dan membuat baju singlet Lucas itu basah.

"L-lucas kau tak apa?" tanyaku

Sedari tadi Lucas merintih lirih, mungkin dia menahan sakit di kakinya yang terluka karena aku.





















To be continued....

Jgn lp vote and comment

✔About . L . [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang