Di jalan ini kala awal kita
berjumpa dan saling menyapa.Kala kita berusaha tuk semakin menyetarakan tiap derap langkah.
Kala kita saling genggam tangan guna cari kehangatan.***
Bintang menuangkan air dingin pada gelasnya. Matanya menyelidik ke tepi-tepi atap di rumah Elan. Selepas dari Mall, ia bergegas bertamu di rumah Elan, si cowok cantik.
Bagaimanapun, Bintang dan anak yang lain lebih suka menyebut temannya itu dengan sebutan 'cantik' daripada 'tampan'. Entahlah bagi anak-anak perempuan di sekolahnya Elan bak aktor Korea, Lee Jong Suk. Tapi jika Derryl mendengarnya ia akan bermonolog Lee Jong Suk apanya, dijejerin sama tukang cilok aja gantengan tukang cilok.
"Tang, lo gak mau cerita?" Panjang usia, Elan tiba merebut atensi Bintang dari sekadar menikmati dinginnya air putih yang mengalir pada pembuluh darah.
"Lagi antri makan di Mall sama Gladys, ada rusuh gitu alarm kebakaran bunyi. Dari antrian, gua liat dua anak cewek lagi bayar, yang satu make rok SMA Garta," Bintang membayangkan kejadian semula sembari menaruh gelasnya pada meja yang kebetulan ia lewati di ruang tengah.
"Gua liat tu anak panik banget sampe gak nyadar kartu dia ada yang jatuh. Ya gua kan udah ganteng, rupawan, gak afdol kalo ga-"
"Bacot yang gak jelas, gua suntik mulut lo pake merkuri." Elan melayangkan tatapan sinis begitu Bintang mulai berkelakar sok jagoan dengan berkacak pinggang.
Bintang tertawa geli. Anak cowok di sebelahnya ini di dalam emosi sepuncak apapun selalu terlihat gemas. Bintang bersumpah memuji Elan 'gemas' secara langsung ia takkan kuasa, rasanya ingin memuntahkan segala yang ia makan seharian ini. "Tegang banget lo, pms?"
"Gimana caranya bisa pms bego, gua gini-gini laki tulen." Elan benar-benar kesal jika Bintang sudah dalam mode 'aku fanboy oppa Elan'.
Bintang melebarkan mulut memperlihatkan gigi-giginya yang rapi. "Ya gua ambil dah, terus pas liat fotonya gua kaya kenal. Maunya si gua bakil aja. Tapi pas inget mukanya, yang pas siang itu keliatan cute, jadi balik pikiran," Bintang menggaruk tengkuk sesekali memiringkan kepala, anak itu tengah sibuk membayangkan ocehannya sendiri.
Elan jengah menatap makhluk playboy satu ini. Tidak bisa dicap playboy sebenarnya, namun bagi Elan bukankah Bintang telah menggandeng primadona sekolah? Maheswari Gladys Laksita, yang terkenal karena selain berparas cantik ia juga dinobatkan menjadi Duta Primadona se-SMA Garta. Mengapa masih saja sanggup melirik yang lain?
"Sebenernya Kinan standar lah, mata gua aja yang waktu itu sableng," lanjut Bintang.
Begitu melangkahkan kaki sampai di pintu kamar Elan, kedua anak laki-laki itu dikejutkan sesuatu. Derryl dan Atras yang sedang bertumpang tindih.
"Homoan gak usah numpang dikamar gua anjir!" seruan Elan menghampiri kedua temannya. Elan memang terlihat seperti perempuan namun percayalah anak itu benar-benar anti melihat keadaan seperti ini.
Atras menyadari kedatangan Bintang dan Elan, ia segera membuang tubuh Derryl dengan segala dramanya yang menyimpan kesan 'Derryl kuman rabies, jadi jauh-jauh'.
"Milih milih juga kali kalo gua homo. Mana mau gua sama Derryl, mending gua sama janda beranak satu." Atras membenahi kaosnya.
Derryl pun angkat bicara, "Sarap anjir kalo sampe homoan," tukasnya sambil geleng-geleng lalu membuka pengait kaleng minuman yang ada pada pojok nakas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintan
Teen FictionAkasa Kinan Maranta, gadis pemilik syndrome langka dengan sejuta rahasia. Baginya tak ada yang spesial dari bumi raya. Baginya dunianya terlampau kelabu, hanya menyimpan sekotak puing-puing cerita yang siapapun enggan untuk menerka. Kendati demikia...