12 | Bukan Manusia?

108 36 81
                                    

Memang benar adanya perihal bumi raya tak melulu tentang luka. Namun, perlu diketahui jikalau akhir bahagia abadi adalah salah satu hal fana yang tak perlu kau damba.

***

Tanpa disadari hari ini adalah hari puncak dari rangkaian rapat yang telah Kinan ikuti. Mulai dari mengedarkan selebaran sampai merevisi file yang telat beberapa jam, rasanya Kinan ingin memukul kepala Brivia.

Semalam ia baru menerima file dari Brivia sekitar pukul 10 lewat 15 menit, ia melawan rasa kantuk ditemani secangkir kopi favoritnya di ruang tamu.

Tetapi, gadis itu tak bisa membohongi matanya bahwa mereka merengek untuk dipejamkan. "Yaampun ngantuk banget gua," keluh Kinan sembari memakai sepatunya di depan pintu.

Ayahnya datang menawari secangkir teh yang dibuatkan istrinya pagi tadi. "Mau, Nduk? Lagian kamu masih jam enam udah mau berangkat? Biasanya bareng sama Anya?" tanyanya lembut memandangi Kinan dari posisi duduknya di salah satu kursi teras.

Kinan menolehkan kepala, "Kinan jadi panitia festival, jadi harus lebih cepet."

Ayahnya tersenyum mengerti. "Berangkat sama Raven kan? Bentar lagi dia selesai makan." Ia mengangguk-angguk sesekali menyesap tehnya sembari mengamati langit cerah pagi ini.

"Mbak? Udah belom?" Raven datang lengkap dengan pakaiannya yang terlihat lebih rapi.

Kinan mengangkat kedua alisnya, "Uuu rapi bener, Dek, mau kemana?"

Raven sedikit melirik ke arah Ayah, "Nganter mbak lah, siapa tau kakak kelas sana cantik-cantik nyantol sama aku, Mbak," katanya narsis membenahi kerah kemejanya.

Disela-sela Kinan melebarkan bibirnya, ia teringat Bintang, cowok narsis yang terus melontarkan ucapan-ucapan percaya dirinya. Ah, tolong jangan ingatkan apapun.

"Kamu itu pacaran terus, udah itu anter dulu mbak biar gak telat, Ven," ujar Ayah mengikuti perbincangan kami.

"Gak usah jadi playboy kaya bapakmu itu waktu SMA," tambah suara wanita dari ambang pintu.

Kinan tertawa sekilas lalu ia segera berpamitan dengan keduanya, tak terkecuali Raven pula.

Meong~

Selangkah sebelum Kinan menaiki motor Raven, kakinya dikejutkan dengan Koko yang sedang bergelayut manja di sana. Tangan Kinan tergerak untuk menggendongnya. "Uuuu gemasnyaa udah sarapan belum, Ko?"

Meong~

Meong~

"Bu, Kinan minta tolong nanti dikasih sarapan ya. Jangan dipakein tempe dong, ntar Koko kena gizi buruk," tukas Kinan seraya membungkukkan badan hendak melepas Koko.

Ibunya tertawa sekilas, "Itu Anya yang ngasih loh bukan Ibu." Beliau mengelus kepala Koko sejenak sambil memperhatikan perginya motor yang membawa kedua anaknya.



#12 - Bukan Manusia?



Gedung pertemuan maupun lapangan utama SMA Garuda Nusantara telah dipenuhi dekorasi. Mulai dari panggung, sound system, tratak, deretan kursi untuk penonton, tak lupa tempat photobooth yang selalu menjadi andalan SMA Garta dalam menyelenggarakan acara apapun.

Hiruk pikuk siswa-siswi terdengar riuh, semakin berjalannya waktu menuju saat yang tiba membuat anak-anak tersebut disibukkan dengan sejumlah tugasnya.

Terutama untuk organisasi semacam OSIS yang membantu berjalannya acara, dan ekskul jurnalistik yang melatar belakangi acara festival tahunan ini.

"Ren, bisa tolong benerin printer gak? Tintanya juga," pinta Kinan menunjuk printer diujung sana.

BintanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang