03 | Modusnya Bintang

203 72 118
                                    

Meski kerap kali meneriakimu untuk pergi, sejujurnya berdiri di sisimu adalah hal yang selalu aku nanti.

***

Senin pagi menunjukkan pukul 6.45. Sepuluh menit ke depan gerbang SMA Garuda Nusantara akan ditutup. Detik-detik penghujung batas waktu ini lah para siswa berlarian meraih pintu gerbang, semata hanya karena tidak mau berurusan dengan BK jika sampai berada di luar gerbang.

Namun, tidak bagi Kinan. Gadis itu terlampau santai hendak menyebrangi jalanan selepas memarkirkan motornya di sebrang sekolah. Selanjutnya, ia melewati trotoar dengan langkah enteng seperti tak ada beban.

Begitu menghadap ke depan, tak jauh laki-laki yang pernah menjadi salah sasarannya sedang berjalan sambil mengunyah permen karet. Ia ingat meski samar, caranya menyilangkan tangan di dada cukup unik.

Kinan segera mengalihkan pandangannya sebelum kena pergok lagi, kebetulan sekali mang Asep penolong. "Itu ransel abu-abu cepet jalannya!" pekik mang Asep berancang-ancang segera menutup gerbang.

Setelah beberapa langkah memasuki gerbang, otaknya berpikir keras mengenai hal ini. Bukankah dia adalah Bintang? Ya, dia mengingat nama anak itu, namun tidak tahu bagi sang pemilik nama, apakah dia mengenal seorang Kinan atau tidak?

Bintang, Pradipta Bintang Wijaya, cowok tampan yang sempat menarik perhatian Kinan saat MPLS kelas 10 dulu. Sayangnya, Bintang membawa gadisnya dari SMP untuk  masuk ke SMA yang sama. Jadi, nope lah pikir Kinan.

"Kinan 'kan?"

Jantungnya terkesiap begitu mendengar suara berat yang melafalkan namanya. Langkahnya terhenti menanggalkan pertanyaan dalam benaknya.

"Kinan 'kan?" tuturnya sekali lagi. Kali ini pelakunya berdiri di samping Kinan. Matanya berusaha menatap wajah Kinan.

"Ya?"

"Kenal gak siapa gua? Sebenernya gak usah tanya, kayanya udah tau, ya?" Basa-basinya membuat Kinan menghembuskan nafasnya perlahan.

Kinan berdecak, "Kalo gak penting, gak usah ngomong."

"Wow! Udah kayak bang Bagas cara ngomongnya, kaget ini orang ganteng." Bintang menyimpulkan senyumnya yang paling tampan.

Keliatan ganteng si kalo dari deket gini, tapi sokap banget asli. Pikir Kinan merasa cowok yang kini tengah menghalangi jalan Kinan sedang mengulur waktu.

"Nanti ketemu sama gua bisa? Pulsek ya di depan perpustakaan, deket kelas gua soalnya." Cengirannya keluar menyapa mata Kinan untuk pertama kali dalam jarak sedekat ini.

Kinan menggeleng, "Gua gak bisa, jadi minggir ya."

Bintang selangkah lebih dekat saat dimana Kinan lebih memilih untuk menyingkir. Bisa mendadak breaking news yang bakal jadi buah bibir, Kinan ngobrol berdua sama pacarnya primadona. Satu sekolah juga tahu, Bintang membangun komitmen dengan Gladys.

"Yakin? Kalo gua nyamperin kelas lo, ntar bakalan rame," Bintang mengangkat bibirnya lagi untuk senyum pepsodent pada Kinan, gadis yang sedari tadi tak mengukir senyum apapun.



#3 - Modusnya Bintang



"Totalitas banget modus dadakannya," tukas Kinan tengah meneguk segelas es jeruk berguna meredam otak panas Kinan yang tak kunjung padam karena pelajaran Kimia pagi hari.

Deva memicingkan matanya tak mengerti. "Siapa si? Ada juga yang mau modusin nyai gua pas mode galak kaya gini?"

"Gua gak ngerti deh, mentang-mentang ganteng nyuruh orang seenak jidat."

BintanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang