Suara bel pagi mengejutkan semua orang di Al Mahad Al Islami, termasuk seorang remaja bernama Gee. Benda merah bulat yang terbuat dari besi itu berbunyi keras tepat di saat Gee berjalan di bawahnya, ia menutup kupingnya erat-erat dengan kedua tangan.
Sial, baru saja masuk sudah sial begini! kesal Gee dalam hati, ia berjalan lemas ke lapangan bersama lebih dari seratus murid lainnya.
Tak mau sebenarnya ia sekolah, tahun itu ia sudah mencapai titik muak menjalani rutinitas sekolah.
Sendal Tawash hitamnya berbunyi seiring kakinya melangkah, seragam sekolahnya, Kandura (sebuah gamis putih), tak terkancing dua, kotor sedikit karena ada noda selai coklat bekas sarapan tadi. Rambutnya acak-acakan lupa disisir, matanya hanya terbuka setengah, berusaha tetap terjaga.
Lapangan futsal yang terbuat dari pavling blok kasar ini selalu dipakai untuk upacara pagi setiap jam tujuh lewat sepuluh, seluruh murid berbaris sesuai kelasnya dan guru pelajaran pertama wajib berdiri di samping tiap kelas. Gee berdiri lesu di paling belakang di barisan kelas sepuluh IPA.
"Hoaaaam.." Gee menutup mulutnya dengan tangan kiri, matanya sedikit berair. Seorang teman di depannya menengok ke belakang setelah mendengar Gee menguap.
"Begadang lagi, Gee?" tanya Jet dengan aksen Thailand-Inggrisnya yang khas.
"Yah begitulah," jawabnya tersenyum tipis sambil membetulkan kancing Kandura-nya. Jet, temannya yang berasal dari Thailand hanya tersenyum girang memerlihatkan giginya.
Heran gue sama orang yang moodnya selalu bahagia, kayak kelewat positif, pikir Gee. Setelah merasa tak ada basa-basi lain, temannya yang memakai jaket hijau ini kembali melihat ke depan.
Suasana lapangan ramai seperti pasar, tingkat keramaiannya semakin naik dari kelas 12 ke kelas 6, anak kecil sudah pasti berisik, kan? Meskipun namanya sekolah menengah, tapi sistem di negara ini berbeda dengan sistem di Indonesia, tempat Gee lahir dan sekolah sampai kelas 2 SMP. Di Al-Ain, sekolahnya dimulai dari kelas enam, sedangkan untuk kelas satu sampai lima lain lagi sekolahnya.
Di depan, ada salah satu guru olahraga yang bertugas sebagai petugas upacara tiap pagi, ada dua guru olahraga di sini dan dua-duanya punya perut besar, Gee selalu tersenyum ketika memikirkan itu, sangat tidak cocok menurutnya, guru olahraga tetapi badannya seperti orang yang justru malah butuh olahraga.
Di sekolah ini, semua guru dipanggil Ustadz, guru olahraga yang satu ini dipanggil Ustadz Dardiri, ia penggemar brand Reebok, dari sepatu, celana, sampai ke baju semuanya bermerk Reebok, sangat mungkin juga bahwa di dalam dompetnya ada member card Reebok. Ia mengenakan sepatu abu-abu dengan strip biru di samping, yang sangat serasi dengan baju abu abunya, sementara celananya berwarna coklat muda, rambutnya putih dengan beberapa sentuhan hitam dengan style potongan militer, wajah tegasnya membuat murid-murid segan berbicara santai dengannya, ditambah lagi dengan janggut putih kasar yang dicukur tipis setiap dua hari, tapi Gee tak pernah merasa segan, setiap Senin dan Selasa ia punya pelajaran olahraga dan ia kerap bercanda dengan Ustadz Dardiri di tiap pelajaran, selama masih menghormati, ia tak takut dengan muka seramnya itu.
Tangan kiri berbulu Ustadz Dardiri mendekatkan mikrofon ke mulutnya, memberikan komando untuk merentangkan tangan agar tercipta jarak. Gee dengan malasnya mengikuti.
"Siap siap semuanya, tangan di samping, kepala diangkat. Lagu kebangsaan, mulai!" komandonya.
Suasana seketika hening, para guru dan staff yang tadinya mondar-mandir langsung diam di tempat, murid-murid yang telat datang juga berhenti di pintu masuk.
Lalu satu momen kemudian musik kebangsaan UAE keras memenuhi lapangan, gelombang suaranya menusuk gendang telinga yang tidak siap menerima suara keras, semua murid menyanyikan lagu kebangsaan Uni Emirat Arab atau yang biasa disingkat UAE, terpampang besar lirik lagu tersebut dalam bahasa Arab, dicetak sekitar tiga kali dua meter dan digantung tepat di atas tempat Ustadz Dardiri berdiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Mati Di Abu Dhabi
Fiction généraleSeorang remaja bernama Gee berangkat ke Abu Dhabi meninggalkan keluarga dan kekasihnya tercinta, di sana ia bertemu berbagai macam persoalan hidup yang tak pernah selesai. Update setiap malam Minggu!