1|• Full Time

1.3K 44 8
                                    

Pepohonan berhembus mengikuti arah angin. Suara kicauan burung gereja terus terdengar. Udara sejuk sore ini mampu membuat seluruh tubuhnya rileks dan tenang. Seorang gadis melangkahkan kaki nya ke dalam sebuah toko yang bernama The Flower's. Harum khas bunga langsung menyeruak di indra penciuman nya.

"Hai!" sapa seorang gadis yang seumuran dengannya. Tasya membalas nya dengan seulas seyuman.

"Bunga tulip lagi?" tanya Aletta-pemilik toko bunga itu, sekaligus teman dekat nya.

"Ya, seperti biasa, almarhumah Mamah suka banget itu" ucapan itu disertai dengan seulas senyuman di bibir nya.

Aletta mengelus punggung Tasya pelan. "Almarhumah Mamah kamu pasti senang kok liat anak gadis nya yang cantik ini," Aletta berusaha menenangkan Tasya sebagaimana adanya.

"Kamu masih ga berubah Aletta, makasih buat semuanya" Tasya memeluk Aletta layak nya saudara kandung.

Mata nya memburam. Buliran air mata yang sudah tidak dapat di tampung lagi, harus segera di tumpahkan. Fisik nya sudah tidak kuat lagi untuk menutupi kesedihan yang menimpa nya beberapa tahun lalu. Punggung nya bergetar, suara tangisan semakin terdengar di telinga Aletta.

"Kamu boleh nangis sekarang, Sya, keluarin semua air mata yang kamu tahan selama ini. Tapi kamu ga boleh nangis lagi besok. Cukup sekarang kamu sedih-sedih kayak gini. Aku disini selalu siap nemenin kamu."

"Let, aku gabisa, aku rapuh, aku lemah," Tasya melepaskan pelukan nya. Aletta menghapus air mata Anatasya yang terus mengalir. "Kamu kuat, Tasya" Aletta sangat yakin bahwa Tasya adalah perempuan kuat. Kuat menyembunyikan semua perasaan sedih nya.

Aletta bangkit untuk mengambil sebuket bunga tulip yang sudah ia rangkai khusus untuk Tasya. "Ayo, aku temenin" Aletta meraih tangan Tasya dan menggegam nya. Lalu berjalan keluar toko.

🌙

Tasya menapakan kaki tepat di pemakaman keluarga besar nya. Terlihat beberapa bunga
kamboja yang berjatuhan di sekeliling nya. Bau khas tanah menyeruak di hidung nya. Sungguh sangat menenangkan.

Tasya menatap batu nisan yang bertuliskan nama Mamah nya, ia membersihkan beberapa tanah yang menempel, lalu memeluk nisan itu dengan penuh kehangatan.

"Mah, Tasya disini" gadis itu mengusap gundukan tanah yang telah mengubur Mamah nya. Tidak peduli itu membuat tangan nya kotor ataupun semacam nya.

Aletta menatap Tasya dengan sendu. Ia sangat tahu bahwa teman nya sangat kehilangan kasih sayang, kehangatan, dan kehadiran dari seorang Ibu. Ia mengusap punggung Tasya pelan, berusaha memberikan ketenangan.

Aletta membantu Tasya menaburi bunga yang di beli dari penjual di depan sana. Sentuhan terakhir, Tasya meletakan sebuket bunga tulip yang di letakan di depan batu nisan. Biasa nya Tasya berkunjung ke pemakaman Mamah nya tiap seminggu tiga kali, bahkan kadang seminggu full jika Tasya benar-benar merindukan Mamah nya.

Suatu saat nanti Tasya juga bakal nyusul Mamah kok. Batin Tasya.

🌙

Tasya selalu suka berada di cafe, karna itulah ia menyempatkan waktu untuk mengajak Aletta. Aroma coklat yang menguar di seluruh penjuru ruangan, aroma kopi yang di seduh, aroma manis dari cupcakes yang terpajang di etalase dan suara decak kagum para pembeli. Ia selalu bahagia disini. Terutama ketika menghabiskan waktu nya bersama Aletta.

AnatasyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang