8|• Olimpiade Sains

219 29 0
                                    

Hari demi hari berlalu. Masalah kemarin-kemarin sudah terselesaikan. Pagi yang cerah ini sebagai pertanda bahwa hari akan dimulai.

Tasya sudah siap dengan seragam khas sekolahnya. Kemeja putih berlengan pendek yang sangat pas di badannya, lengkap dengan dasi berbentuk pita berwarna merah di bagian kerah nya. Rok bermotif kotak-kotak berwarna merah bata dan hijau army lima centimeter di atas lutut. Sepatu putih mengkilap. Serta jas almamater yang sengaja di sampirkan di lengan kanan nya.


"Papa! Good morning !" ucap Tasya sambil menuruni anak tangga satu persatu.

"Too sayang," balas Hendrawan dengan senyumannya.

Tasya menarik kursi yang tersedia di samping Hendrawan. Tangannya meriah sehelai roti tawar lalu mengoleskan selai strawberry favoritnya. Tasya suka selainya. Tetapi tidak dengan buahnya.

Mbak Surti meletakan susu cokelat di hadapannya. "Diminum Non, supaya semangat sekolahnya"

"Makasih Mbaaaak" ujarnya seraya tersenyum manis.

"Sama-sama Non cantik" sanggah Mbak Surti lalu kembali ke dapur untuk melanjutkan pekerjaanya.

Tasya bangkit dari duduknya. "Pah Tasya berangkat dulu yaa, udah mau jam tujuh"

"Iya, belajar yang bener looh supaya bisa jadi pengacara kaya Papah"

"Gamau ah, nanti orang-orang takut sama aku. Tasya mau nya jadi dokter, tapi jijik sama darah"

"Papah nyeremin yaa sampai orang-orang takut?"

"Banget. Sampai pacar-pacar aku yang dulu keringet dingin"

"Dia cemen berarti Sya. Engga mau menghadap Papah"

"Gimana mau menghadap. Natap Papah aja ga berani"

"Itukan fungsi orang tua Sya. Menjaga anaknya dari godaan syaiton yang terkutuk"

"Manusia Pah" ralat Tasya.

Selama ini memang tidak ada lelaki yang berani mendekati Tasya, terakhir kali dua tahun yang lalu, William Sinatria.

Padahal Tasya cantik, imut, gemesin, pinter lagi. Masalahnya bukan disitu. Mereka terlalu takut untuk menghadap Hendrawan-yang dikenal sebagai pengacara sekaligus ketua geng motor klasik terkenal di kota Bogor.

Syarat mendekati Tasya minimal harus menduduki peringkat tiga besar. Bermobil mercendes. Keturunan mapan. Muka juga harus tampan. Bukannya apa-apa. Hendrawan tak mau sembarang lelaki mendekati Tasya tanpa persyaratan di atas.

Bukan bermaksud jadi Papah yang egois. Ini semua demi masa depan yang cerah untuk anak semata wayang nya.

Tiap lelaki yang menjadi pacar Tasya. Pasti akan langsung di panggil kerumah, lalu di wawancarai habis-habisan dengan Hendrawan. Pertanyaan yang dilontarkan seperti;

Kamu peringkat berapa?

Marga kamu apa?

Papah punya perusahaan apa?

AnatasyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang