Tasya mengiris bawang merah yang di gunakan sebagai bumbu pelengkap. Butiran kristal yang tak dapat di bendung lagi kini jatuh membasahi kedua pipi nya. Austin yang menyadari itu pun segera mengungkapkan pertanyaan nya.
"Lo nangis Sya?" tanya Austin yang membuat semua orang menoleh pada nya.
"Enggak. Ini cuman gara-gara ngiris bawang doang" Austin ber oh ria lalu melanjutkan pekerjaan nya, yakni menyiapkan arang.
Ryan memandang Tasya dengan ekor mata nya. Apa benar gadis itu menangis hanya karna memotong bawang? Atau karna perlakukan diri nya tadi sore? Ah sekarang Ryan menyesalkan semua nya.
Tak seharus nya ia berkata seperti itu kepada Tasya. Terlebih lagi dengan nada membentak. Ryan tahu hati wanita itu gampang rapuh dan retak, tetapi mengapa masih melakukan nya? Dasar bodoh.
Revan. Lelaki itu menutup mulut nya rapat-rapat agar tidak keceplosan berkata kepada yang lain nya bahwa Ryan lah yang membuat Tasya menangis.
Setelah semua sudah di siapkan mereka duduk di atas karpet tipis, sembari menunggu Austin membeli batok kelapa.
Dipangkuan Elno terdapat gitar berwarna coklat muda. Lelaki itu tampak mencoba memainkan nya beberapa kali. "Nyanyi bisa kali Bang," sahut Vero.
"Ayo gais, mau request lagu apa?" tanya Elno kepada teman-teman nya.
Mulut Kaira menganga hendak mengatakan sesuatu. "Perfect, Ed Sheeran" Elno menggaruk tengkuk nya yang tak gatal.
"Lagu indo aja napa, bebelit-belit ntar ni lidah" sahut Elno yang membuat Kaira mendengus kesal.
Vio menatap Elno. "Gue kaga tau judul nya, tapi tau lirik nya, dengerin ye, siapa tau lo apal," Elno menganggukan kepala nya.
Semua orang menatap Vio. Tetapi Vio tak kunjung mengeluarkan suara dari mulut nya. "Nungguin yaaa!" ledek Vio.
"Belum ae gue jual kornea mata nya" dengus Galang.
"Buat bangun warteg ya Lang?" tanya Alesya.
Galang mengangguk. "Iya lah, bisnis sampingan" ucap nya bangga.
"Bagaskara menangis mendengar ini."
Vio memejamkan mata nya dan mulai bernyanyi. "Aku yang minta maaf, walau kau yang salah, aku kan menahan walau kau ingin pisah ....,"
"Kenapa lo pada liatin gue? Suara gue merdu yak?" kaga ada merdu-merdu nya, bikin conge si iya.
Dengan cepat mereka mengalihkan pandangan nya. "Ada yang HALU tapi bukan FEBI." ujar Berlin dengan penekanan di setiap kata nya.
"Ada yang retak tapi bukan kaca" Ryan melempar tatapan sinis pada Revan. Seperti nya lelaki itu merasa tersindir.
Elno berdehem. "Diem ya. Mau nyanyi ni gue" semua orang memanggut-manggut.
Jreng! Jreng! Jreng!
"Aku yang minta maaf walau kau yang salah"
"Aku kan menahan walau kau ingin pisah."
"Karna kamu penting. Lebih penting. Dari semua yang ku punya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Anatasya
Teen Fiction'aku dan kamu hanya ditakdirkan untuk bertemu, bukan bersatu' dijaga, hilang dikejar, lari dipertahankan, pamit disempurnakan, rusak diharap-harap, ingkar begitulah takdir, sederhana sesuatu yang takdirnya bukan milik kita, dipaksakan sekuat apapun...